Behind The Lust

 

 

 

 

Aku butuh uang, dimana tempat yang dapat membuatku mendapatkan uang banyak dalam satu malam? Aku mohon bantulah aku, Bamie…”

“Aku akan menolong mu asalkan kau tak menyesal jika sudah terjun ke dunia itu Jimin…”

“Justru aku akan menyesal jika tak bisa menyelamatkan ibu ku Bam..”

lelaki berperawakan tubuh mungil berjalan dengan sahabat karibnya mengunjungi sebuah bar ternama yang selalu ramai, tak pernah sekalipun sepi akan pengunjung kelas atas. kedua manik mata berwarna kecokelatan miliknya sedikit menatap takut pada sekeliling bar yang ramai lalu lalang oleh pengunjung bertransaksi jual beli jasa pemuas nafsu menghangatkan ranjang. namun ada yang berbeda pada malam ini, terlihat beberapa pengunjung itu begitu rapi duduk di tempat yang sudah disiapkan sebelumnya. Minuman alkohol berjejer begitu banyak di atas meja bundar. Dan juga—di depan sanaa terdapat sebuah panggung mini.

 

“Kau lihat itu Jim…”

Mata sipitnya mengikuti arahan Bambam yang merujuk pada panggung mini itu. Ia hanya menggeleng, karena memang tidak mengertip.

“Kau akan berdiri di sana, lalu di perkenalkan pada banyak Master yang akan membeli mu nanti…”

Jimin sedikit terkejut.

“A-apa kau juga seperti itu?”

“Hmm, tapi jangan takut. Aku tidak akan pergi kemana pun. Aku akan menunggu mu di bawah panggung.”

Jimin sedikit merasa lebih lega setelah mendengar ucapan itu. Hingga tak lama datanglah seorang wanita berpakaian sangat seksi menghampiri mereka berdua.

“Jadi dia orangnya, Bam?” Ucap wanita bergincu merah mentatap Jimin dari atas sampai bawah.

“Iya, madam…”

Wanita itu mendekat pada Jimin, tangan lentiknya mengusap pipi gembil Jimin dan menarik dagu lelaki manis itu.

“Wajahnya cukup cantik. Sepertinya kau membawakan sebuah berlian padaku…” Ucapnya sembari menyeringai.

Jimin sedikit takut melihat itu.

“Siapa nama mu, manis?”

“Ji-jimin. Park Jimin.”

“Oke. Kau langsung ikut bersama Bambam untuk mengganti pakaian mu sebelum naik ke panggung.”

Jimin hanya mengangguk. Lantas wanita itu pergi begitu saja meninggalkan mereka berdua.

“Ayo Jimin, aku akan mendadani mu sedikiy saja. Kau harus terlihat berkilau”

Bambam menarik lengan sahabatnya. Membawa si manis pada suatu ruangan khusus berganti pakaianu.

 

Disinilah Jimin sekarang. Ia berdiri gelisah di atas panggung bersama dengan beberapa orang. Arah mata terus bergulir melihat pemandangan yang membuat jantung miliknya berdebar kencang. Keringat Jimin mulai mengucur deras pada kulit putihnya. Bibir tebal kini di poles dengan lipstik merah menyala. Wajahnya pun mendapat riasan tipis hingga siapa pun yang melihat ke arahnya terpesona. Siapa yang menyangka jika dirinya adalah seorang pria? Kecantikan yang di milikinya merupakan anugerah dari sang kuasa.

Jimin sangat paham betul tatapan para calon pembeli di depan sana. Penuh nafsu serta hinaan. Ia meremat ujung kemeja yang menjuntai sampai paha saja. Seorang MC mulai berbicara tanda  bahwa acara telah dimulai. Jimin yang diam saja kini mendapat tarikan kuat dari wanita yang ia kenali sebagai madam. Wanita yang dikenal sebagai mucikari kelas atas.

Tubuh Jimin di balik, punggung sempitnya ditekan hingga ia membungkuk dan otomatis bulatan bokong menungging tepat pada penonton di depan sana. Suaraa ricuh terdengar bersahutan saling berlomba ingin memegang sepasang pipi sekal.

Jimin malu luar biasa. Ia hanya mampu menunduk. Kedua tangan meremas lutut dengan kuat saat pipi pantat di remas oleh tangan wanita itu.

“Lihatlah Master, betapa dia sangatt tembam bukan? Apa kalian tidak menginginkan sebuah noda di pipi tembam ini?”

Teriakan mulai dari pujian hingga umpatan bergantian menyoraki bokongnya. Jimin melirih memanggil nama sang ibu di dalam hatinya.

“Apa kalian ingin mendengar erangannya”

Plak

Satu tamparan pada pipi pantat membuat Jimin meringis dengan nada lembut. Semua orang semakin berteriak gaduh hanya ingin mengklaim si manis itu.

Namun suara maskulin membuat keriuhan terdiam sempurna, ketika mendengar ucapan dengan mengatakan nominal angka.

Satu milyar dollar… Berikan dia padaku sekarang juga!”

Wanita itu tersenyum lebar setelah mengetahui siapa yang baru saja berbicara di kursinya. Ya, dua orang lelaki tampan telah terpikat oleh Park Jimin seorang. Dua lelaki yang terkenal akan kekayaannya. Popularitas nya di negara Asia.

Jeon Namjoon dan Jeon Jungkook.

Dua kakak beradik yang menatap mainannya penuh suka cita. Namjoon dengan tatapan datarnya yang terkesan dingin. Sementara Jungkook, dengan tatapan buasnya.

“Terjual!”

Jimin mencelos mendengar itu, air matanya turun begitu saja. Seharusnya ia sangat senang karena itu tandanya jika dirinya akan mendapatkan bagian besar setelah ini. Lalu biaya operasi sang ibu akan segera ia bayarkan. Namun, hati terdalam membuat Jimin sedih. Seakan kedua Master itu merantainya dari makna kebebasan.

 

To be continued

Item added to cart.
0 items - Rp 0
Beranda
Cari
Bayar
Order