- •••••••
Orang bila persahabatan antara seorang perempuan dengan lelaki pastinya tak murni hanya persahabatan semata. Satu di antaranya tentu menyimpan rasa kepada yang lain. Namun, terkendala oleh alibi bilamana dia menyatakan perasaannya, hubungan mereka di kemudian hari akan merenggang ataupun berakhir canggung. Sonata tau hal itu. Si gadis Vriska pun mengakuinya. Ironisnya dia juga mengalami hal yang sama. Diam-diam menyimpan perasaan kepada sahabatnya sejak mereka kanak-kanak, Christian Carter.
Sonata tidak ingat pasti bagaimana perasaan ini mulai tumbuh. Dia berasumsi kalau perasaan ini bermula dari rasa kagumnya kepada Christian yang social butterfly. Seiring usia mereka beranjak dewasa, perasaan kagum itu pun perlahan berubah menjadi rasa suka dan kemudian Sonata menaruh hati pada pemuda Carter. Sayangnya Sonata tak berani mengutarakan kejujuran itu. Dia lebih memilih menyimpannya sendiri, sampai dimana dia takkan pernah bisa mengungkap hal itu kepada Christian.
Rasa-rasanya Sonata akan menyerah saja. Tak ada harapan lagi untuk mewujudkan hal itu menjadi nyata. Gadis itu menghela nafas panjang memikirkan hal itu. Dia menatap sendu sang surya yang hampir terbenam di ufuk barat. Sembari mengayunkan pelan ayunan yang tengah didudukinya. Satu diantara banyak kegiatan yang Sonata gemari. Menikmati sunset di taman tempat penuh kenangannya bersama Christian.
Teringat kembali kenangan dahulu saat mereka kecil dan kemudian Christian dengan lantang mengatakan, ‘Nata nggak boleh ninggalin Christian ya ! Pokoknya harus sama-sama terus sama Christian ! Kalau perlu kita nikah bareng aja nanti biar Nata nggak pergi dari Christian !’ Lucu sekali bila mengingat kalimat polos yang dilontarkan si kecil Christian. Tapi, apa yang Sonata harapkan dari omongan itu. Nyatanya bukan Sonata yang meninggalkan Christian. Tapi, Christian lah yang meninggalkan Sonata.
Biasanya ada Christian yang menemaninya. Hanya saja pemuda itu tengah sibuk dengan kekasihnya. Alasan lain Sonata tak ingin mengutarakan perasaannya. Kenyataan pahit yang menampar dirinya bahwasannya Christian tak memiliki perasaan lebih padanya. Mereka memang hanya sebatas sahabat yang begitu dekat. Meski sekarang Sonata meragukan hal itu. Nyatanya Christian perlahan mulai melupakan eksistensinya. Sonata merenggut pelan merasakan dadanya yang semakin sesak akan sakit yang tiba-tiba menyerang.
“Tenang Nata, tarik nafasmu pelan-pelan kemudian hembuskan. Jangan terlalu berpikir yang tidak baik” gumamnya berusaha menenangkan dirinya. Di sela-sela kegiatannya yang berusaha menghilangkan sesak itu, tanpa disangka orang yang telah mencuri seluruh perhatiannya hadir di belakang. Berjalan mengendap-ngendap dengan tangan yang dibuka lebar hendak mengejutkan gadis Vriska.
“Surprise ! Kaget nggak kamu Nata ?!” katanya dengan nada mengejutkan yang spontan membuat Sonata tersentak kaget dan nyaris jatuh dari ayunannya.
Sonata menengok ke arah belakang kemudian menatap Christian dengan pandangan kesal. “Kurang ajar kamu ! Kalo aku jantungan gimana ?!” omelnya.
Christian memutar mata malas kemudian memasang ekspresi mengejek. “Nggak usah berlebihan deh Nata. Masih muda kok gampang jantungan ckckckck.”
Sonata berdecak pelan mendengar itu. “Suka-sukamu saja. Ngomong-ngomong tumben sekali kamu kesini, nggak kencan sama pacarmu ?” Sonata melempar tanya keheranan.
Christian mendengus sebal mendengar itu. Dia berjalan menuju ayunan yang berada di sebelah Sonata kemudian duduk disana. “Sudah putus dengannya 2 hari yang lalu. Kalo kamu tanya alasannya apa, klasik kami sama-sama bosan dengan hubungan ini. Kupikir memang dia bukan cinta sejatiku jadi ku akhiri saja” jawabnya dengan nada enteng.
Sonata menepuk jidatnya tak percaya demi mendengar jawaban itu. “Astaga Christian, tak habis pikir aku mendengar kamu bilang begitu.”
Christian menghentakkan kaki pelan. “Ya mau gimana lagi Nata. Kami nya ternyata sama-sama nggak cocok. Daripada nantinya jadi hubungan toxic mending diakhiri saja kan. Tenang saja kami sama-sama setuju kok. Lagipula, aku sudah menemukan penggantinya” Christian mengakhiri kalimatnya dengan cengiran lebar.
Sontak saja Sonata menatap tak percaya ke arah Christian. “Secepat itu kamu move on dari dia ? Kamu sebenarnya serius nggak sih pacaran ? Kamu kelihatan seperti orang brengsek tau. Bukan bermaksud mengatai loh ya. Tapi, kelakuanmu yang begini bisa bikin orang berpikir begitu.”
Christian mengedikkan bahu acuh. “Aku tidak peduli orang mau mencap diriku brengsek atau apa. Memang siapa yang bisa tau bahkan kamu akan mencintai seseorang. Cinta kan suka datang tiba-tiba tanpa peringatan.”
‘Kamu benar. Perasaan ini tiba-tiba saja datang tanpa permisi. Aku pun tak bisa mengelak darinya.’
“Dan lagi pula, aku sebenarnya sudah jatuh cinta pada salah satu senior kita duluan. Tepatnya setelah aku mulai menyadari bosan berpacaran dengan mantanku. Ini aku datang kesini mau pendekatan dengannya. Kebetulan karena dia datang terlambat dan aku melihatmu sendirian disini, ya sudah aku hampiri saja sambil menunggu. Kupikir tidak ada salahnya menemanimu melihat matahari terbenam seperti yang sering kita lakukan dulu” sesak itu kembali hadir kala mendengar pengakuan Christian. Tapi, apalah daya bila memang Sonata sendiri yang memilih untuk menyimpan segalanya. Beginilah konsekuensi yang harus ia terima.
Sonata tak menyadari bila Christian telah bangkit dari ayunan yang ia duduki. “Nah Nata, aku duluan ya. Doi ku sudah tiba. Sampai jumpa lagi Nata. Jangan pulang malam ya ! Lagi Pula matahari sudah terbenam” pamitnya sambil mengacak rambut Sonata kemudian segera berlari menuju tempat janji kencannya.
Sonata tak membalas hanya menatap sendu ke arah Christian sembari memegang dadanya yang kembali berdenyut sakit, kemudian gadis itu bergumam pelan, “Christian, matahari terbenamnya indah ya ?
•••••••
Waktu berjalan dengan cepat. Pun tak terasa bagi Sonata setelah hari menyakitkan itu, dia telah melewati masa-masa tanpa kehadiran Christian. Sayang sekali, padahal dulu mereka selalu bersama. Tapi, setelah Christian menyatakan perasaannya pada senior yang dia sukai hari itu, mereka jarang menghabiskan waktu bersama kembali. Christian terlalu sibuk berkencan hingga melupakan entitas Sonata Vriska yang notabene selalu menemani Christian sejak mereka masih kanak-kanak.
Tapi, tidak untuk hari ini.
Tiba-tiba saja Christian menghubunginya, mengajak untuk bertemu di taman yang biasa mereka datangi. Mengabaikan bagaimana wajahnya yang mulai memucat dan juga sesak di dada, Sonata berusaha memberikan penampilan terbaiknya. Dia tidak ingin mengecewakan Christian akibat penampilan buruknya belakangan ini. Gadis itu terlanjur senang karena Christian ingin menemuinya. Ada rasa bahagia membayangkan mereka akan menghabiskan waktu bersama seperti dulu.
Memang cinta itu kadang membutakan kita. Hingga kita lupa bahwasannya ada realita yang menampik ekspektasi yang tercipta dalam benak. Sonata lupa bahwasannya tak mungkin Christian tiba-tiba meminta bertemu dengannya tanpa alasan tertentu. Dia lupa kalau Christian datang kepadanya setiap pemuda itu memerlukan tempat untuk mencurahkan perasaannya. Sama seperti yang mereka lakukan saat ini. Sonata rasa deja vu hadir menyelimutinya kala tiba di tempat Christian minta. 2 buah ayunan juga pemandangan matahari terbenam, pun ada Christian yang murung hendak bercerita, persis sama dengan kejadian beberapa waktu belakangan. Bodohnya Sonata yang malah diam mendengarkan keluh kesah Christian saat ini.
“Aku putus kembali” itu kalimat pertama Christian setelah mereka lama saling berdiam.
Sonata menghela nafas lelah, “Kali ini apa yang mendasari kalian putus ? Sudah bosan dengan hubunganmu huh ? Kuberitahu ya Christian, bosan itu hal lumrah yang terjadi pada kita. Tapi, sekarang bagaimana kita bisa mengatasi masalah itu. Meminimalisir supaya bosan bukan menjadi alasan hubungan kita berakhir rusak. Entah mencari tahu apa ada yang salah diantara. Ataupun komunikasi dengan pasanganmu. Lagipula, kamu bilang ingin mencari cinta sejatimu bukan ? Kalau kamu begini ya nggak akan ketemu Christian. Memang apa sih arti cinta sejati bagimu ?”
Christian memainkan jarinya gugup hendak memberitahu jawaban daripada pertanyaan yang diajukan Sonata. “Ini terdengar konyol sebenarnya, tapi faktanya memang ini alasanku menjalin hubungan berkali-kali meski kandas di tengah jalan. Aku ingin mencari cinta sejatiku. Iya tau terdengar konyol dan kekanakkan. Tapi, aku serius. Aku serius ingin mencari orang yang merupakan cinta sejatiku. Maka dari itu, meski hubungan pacaranku selalu berakhir gagal dengan kata putus, aku tak menyerah dan berusaha mencari yang lain.”
Sonata terdiam mendengar itu sebelum dia mengusap wajahnya kasar. “Astaga Christian…”
“Mau bagaimana lagi. Aku cuman ingin segera bertemu dia. Makanya saat kupikir dia bukan cinta sejatiku, langsung kuputuskan saja” Sonata memijat kepalanya yang mendadak pusing mendengar hal itu. Tak habis pikir dia dengan Christian.
“Memang menurutmu bagaimana cinta sejati itu ?” meski dia kesal mendengar apa yang Christian katakan, Sonata tetap mencoba mencari tahu bagaimana pandangan pemuda itu. Mungkin dia bisa membantu, ya meski tanggungan sesak itu pasti akan tiba.
Christian menelan ludah ragu dan gugup saat mendapatkan pertanyaan itu. Sejujurnya dia tidak pernah terpikir tentang itu. Selama ini dia hanya melihat saja tanpa tahu bagaimana maksud yang diinginkan. “Tidak tahu” itu jawabannya. “Kelihatan bodoh ya ? Sok ingin mencari cinta sejati tapi saat ditanya begini malah tidak tahu jawabannya. Kalau menurutku Nata bagaimana ?”
“Aku pun tidak tahu bagaimana mendefinisikannya Christian. Tapi, aku pernah membaca tentang hal ini. Tidak pasti siapa yang mengatakan hal ini, ada cerita seorang guru dan juga muridnya. Muridnya bertanya sama persis seperti yang kamu tanyakan. Apa itu cinta sejati ? Gurunya mengatakan pergilah ke ladang, petiklah lalu bawalah setangkai gandum yang paling bagus dan besar, tapi ingat satu hal, kamu hanya boleh berjalan dalam satu arah. Setelah kamu melewatinya, kamu tidak boleh kembali dan kesempatanmu hanya sekali saja. Murid itu melakukan persis yang gurunya katakan. Tapi, saat ia kembali ke gurunya hanya tangan kosong tanpa setangkai gandum yang dia bawa” Sonata mulai bercerita dengan Christian yang memandang dalam diam tak berani menginterupsi. Entahlah mendadak ada rasa takjub saat mendengar gadis itu mulai bercerita pasal apa itu cinta sejati.
“Gurunya pun bertanya mengapa si murid tidak membawa tangkai gandum yang dia minta ? Si murid pun menjawab dia melihat beberapa gandum yang besar dan berkualitas baik saat melewati ladang, tetapi dia pikir akan menjumpai gandum yang lebih baik, maka dia pun melewatkannya dan mencari gandum lain yang jauh lebih baik. Namun nyatanya dia tidak menemukan yang lebih baik dari yang dijumpai di awal, akhirnya dia tidak membawa gandum satu pun. Gurunya tersenyum kemudian mengatakan bahwa itulah cinta sejati. Semakin kau mencari yang terbaik ataupun sempurna kau takkan pernah menemukannya. Sama seperti yang kamu rasakan Christian. Kamu tidak pernah puas dengan pasangan dan semuanya berakhir gagal” diakhiri dengan Sonata yang menasehati Christian.
Christian menatap takjub ke arah Sonata kemudian bertepuk tangan heboh. “Luar bisa Nata ! Kamu terlihat seperti orang bijak !” puji Christian. “Lalu, bagaimana denganmu Sonata ? Kamu tahu apa itu arti cinta sejati. Jadi, apakah kamu sudah menemukannya ?” Christian bertanya.
Sonata terdiam sejenak. Ada begitu banyak pikiran yang mendadak beradu satu sama lain di dalam benaknya. Pikirnya bila tak sekarang mengungkapkan, maka semua akan terlambat. Dia mungkin takkan memiliki kesempatan lain, mengingat sesak di dadanya yang belakangan semakin terasa menyakitkan. Sonata tersenyum sendu, memang sudah saat mengakui apa yang dia sembunyikan selama ini. “Aku mencintai seseorang.”
“Woah benarkah ? Siapa ? Siapa ? Kenapa tidak pernah bercerita kepadaku” Christian mendadak heboh setelah mendengar pengakuan sahabatnya ini.
Sonata bangkit dari ayunan yang dia duduki. Sesak itu kembali hadir menyerang dadanya. Dan dia tidak ingin terlihat kesakitan di hadapan Christian. “Bagaimana bisa aku mengatakannya bila nyatanya orang yang kucintai mencintai orang lain. Aku memang mencintainya, tapi aku tidak yakin dialah cinta sejatiku. Bahkan dia terlihat bahagia saat menceritakan orang yang dia sukai.”
“Tunggu dulu, maksudmu-“
“Iya Christian, kamu adalah orang yang aku cintai” Sonata mengukir senyum kecil di wajahnya.
“Nata…maaf…”
“Tak perlu meminta maaf Christian. Perasaan ini milikku. Kamu tidak bersalah atas semua rasa sakit yang kurasakan. Memang inilah konsekuensi yang harus kuterima” Christian mendadak merasakan lidahnya kelu tak dapat membalas. Ada rasa nyeri yang dia rasa saat mengetahui fakta ini.
Sonata mengangkat tangannya mengelus sejenak wajah rupawan yang mendadak sendu tersebut. “Maaf aku tak bisa menunggu lebih lama. Sampai jumpa Christian. Semoga di lain waktu kita dapat bertemu kembali, bila takdir mengizinkan. Terima kasih sudah banyak bercerita denganku. Aku mencintaimu” itu kalimat terakhir Sonata sebelum meninggalkan Christian yang masih terpaku disana.
••••••
Katakanlah Christian bodoh. Nyatanya setelah mereka lama tak bertemu pasca pengakuan yang dibuat Sonata, Christian baru menyadari. Dia baru menyadari siapa yang selama ini dia cari. Dia menyesali kebodohannya yang baru menyadari bahwa selama ini yang dia cintai adalah Sonata Vriska. Sahabat masa kecil yang selalu menemaninya. Akhirnya dia menemukan penantian akhir yang dia cari.
Maka, ketika dia melihat Sonata yang lama tak terlihat tengah duduk di tempat biasa mereka datangi, Christian tanpa pikir panjang berlari kesana. Dia bersimpuh di hadapan gadis dengan wajah pucat itu kemudian memegang tangan yang terasa dingin, tak sehangat dahulu. “Nata ! Aku bodoh sekali ya. Aku baru sadar alasan kenapa hubunganku tak pernah bertahan lama. Karena yang selama ini kucintai adalah Sonata. Cinta sejatiku adalah kamu Sonata Vriska. Maaf karena terlambat menyadarinya” Christian nyaris menangis ketika mengungkapkan hal itu.
Sonata tersenyum lembut ke arah Christian. Tangannya terulur mengelus lembut rambut pemuda itu. “Terima kasih karena telah membalas perasaanku Christian. Tapi, kamu tau kan kita tidak akan bisa bersama.”
Mendadak rasa sakit bercampur sesak menyerang Christian. “Kenapa ? Apakah ada yang salah Nata ?” dia bertanya dengan nada panik berusaha menahan diri agar tidak menangis. Namun, nyatanya tidak bisa. Tanpa seperizinannya air mata itu luruh membasahi wajah Christian.
Sonata menatap sendu ke arah sahabatnya. “Kamu tahu aku sudah tidak ada di dunia ini Christian. Kamu terlambat mengungkapkannya. Terlambat disaat aku sudah memenuhi panggilan sang takdir.”
Christian tak kuasa menahan isakannya. Pening mendadak menyerang pun juga rasa sakit kala mengingat bahwa yang berada di hadapan bukanlah sosok Sonata yang selalu menemaninya. Nyatanya Sonata telah pergi meninggalkannya. Dia pergi akibat penyakit lama yang dideritanya. Semua sesak yang Sonata rasakan bukan hanya karena sakit hati akibat cintanya yang tak terbalas. Tapi, ada rasa sakit akibat penyakit kronis yang mendiami tubuh rapuh itu. Sayang beribu sayang, Christian baru mengetahui hal itu saat sang kuasa telah memanggil Sonata kembali. Kembali ke hadapannya untuk melepas semua rasa sakit yang mendera tubuhnya.
Christian menangis meraung-raung di hadapan sosok Sonata yang merupakan bagian dari imajinasinya.
Nyatanya ketika kamu ditinggalkan oleh seseorang bukan mengikhlaskan yang menjadi cobaan terberatmu. Tapi, menerima kenyataan bahwa dia telah pergi. Sampai saat ini, Christian belum bisa menerima fakta bahwa Sonata telah pergi meninggalkannya. Meninggalkannya bersama dengan penyesalan karena baru menyadari bahwa dia mencintai gadis itu.
-Selesai-