Hanakotoba : Secret Love

Bagi Taehyung bunga adalah surat. Bunga punya pesan, bunga pun berbicara dalam keelokan mahkota dan semerbak wanginya. Bunga akan bicara saat tak ada kata yang terucap, saat suasana pilu membiru, atau semarak ceria penuh warna. Bunga adalah simbol perayaan; kebahagian, kesedihan dan perayaan cinta. Semua dapat diungkapkan oleh setangkai bunga.

Maka dari itu, Taehyung menyukai pekerjaannya sebagai pegawai toko bunga di salah satu toko di Seoul. Jika satu bunga membawa satu kata di setiap tangkainya, maka tugas Taehyung adalah merangkainya hingga menjadi sebuah surat sederhana yang ingin disampaikan oleh sang pengirim. Ada yang diberikan untuk orang tua sebagai ucapan terima kasih, ada yang diberikan untuk ucapan kelulusan dan tak jarang untuk pengganti kata selamat tinggal dengan orang tersayang. Memastikan setiap bunga yang keluar dari toko nya membawa pesan yang diinginkan dan merangkai surat dalam buket adalah tugas Taehyung yang dia banggakan. 

Tak ada satupun surat yang tidak berhasil dia rangkai dan segalanya sangat mudah dan menyenangkan. Kecuali Enigma satu ini..

Jeon Jungkook.

Taehyung tidak tahu pastinya, tapi lelaki itu sering datang di awal bulan untuk menagih setoran. Dia seperti preman–atau memang preman?Badannya besar, pakaiannya serabutan bahkan Taehyung pernah melihatnya hanya memakai singlet saja dengan lengan kanan penuh tato datang ke tokonya. Tak lupa di wajahnya terdapat tindikan; di alis kanan dan di bibir bawah. Taehyung tahu dia tidak boleh menilai seseorang dari penampilannya tapi Jeon Jungkook orangnya memang kasar dan tidak bisa Taehyung tebak.

Seperti sekarang dia tiba-tiba membuka pintu toko kasar hingga lelaki dengan rambut perak yang sibuk membereskan pot terperanjat kaget. Suara berdenting keras tak sabaran, lelaki itu masuk bagai badai yang akan memporak-porandakan taman kecil Taehyung. “S-selamat datang!! Kau datang cukup pagi hari ini ya.”

Alis bertindik itu bertaut, nyaris bertemu dengan wajah sangat dan tatapan tajam menatap Taehyung yang tergesa-gesa kembali ke belakang kasir.

Lelaki berjaket hitam itu berjalan ke kasir, mimiknya masih tak berubah dan mata hitam bulat itu memandang Taehyung penuh intimidasi sampai membuat dirinya sendiri ciut. “Setoran. Bulan ini,” singkat, jelas dan padat. Lelaki ini memang irit kata dan membuat Taehyung makin bingung.

Suara kasir terbuka dan Taehyung mengambil beberapa lembar uang dari penjualan beberapa minggu kemarin dengan tangan sedikit gemetar. Tangannya menghitung uang itu beberapa kali, memastikan jumlahnya benar dan sesuai baru diberikan kepada lelaki bertampang sangar itu.

Dengan lirikan tajam, Jungkook mengambil uang itu dan menghitung singkat. “APAAN INI?!?!” Suaranya meninggi sampai Taehyung berjengit kaget.

“A-ada apa ya? K-kurangkah???” Tanya Taehyung takut-takut.

Tangan Jungkook menjulur ke arahnya dengan beberapa lembar uang, “KELEBIHAN?! INI KEMBALIAN!!!” Tukas lelaki itu masih dengan suara keras dan mimik wajah serius dan 70.000 won ditangan.

Taehyung mengerjap beberapa kali baru kemudian meraih uang ‘kelebihan’ itu. Selalu seperti ini, Taehyung memberi Jungkook 80.000 won untuk setoran tapi lelaki itu akan mengembalikan sisanya. Kadang dia hanya mengambil 15.000 kadang hanya 5.000, berubah-ubah, tak tertebak. Cuaca pun bisa Taehyung tebak dengan ramalan cuaca di tv, tapi Jungkook adalah enigma. Tak ada ramalan untuk menebak suasana hatinya.

“B-baiklah… T-terima kasih?” Taehyung sendiri sampai bingung haruskah dia berterima kasih atau tidak, tetapi atensi lelaki itu sudah beralih ke kumpulan bunga bermahkota kecil berwarna putih.

Jari Jungkook menunjuk bunga tak bersalah itu, menatap bunga itu bagai tengah menghakimi nya karena terlalu cantik dipandang atau bagaimana? 

“I-itu bunga baru dan sedang musim sekarang, Gardenia. Artinya secret love, cinta rahasia.”

Kedua alisnya menukik tajam dan sudah bertemu di tengah, mata nya membesar dan bibirnya memberengut gemas, sayang wajahnya terlalu sangar. Entah apa yang dipikirannya sampai perlu menatapi bunga mungil itu seperti ingin melahapnya. “Bungkuskan aku satu!!”

Sekali lagi, Jungkook membuat Taehyung terkejut. Keputusannya sama sekali tidak terduga dan Taehyung selalu dibuat terperangah dengan tindakan ajaibnya. Sama sekali tidak tertebak.

“Baik,” dengan segera Taehyung mengambil beberapa tangkai bunga putih itu. Memetik lembut. Setiap gerakan terasa halus, seakan Taehyung berusaha untuk tidak menyakiti bunga itu saat merangkainya ke dalam buket mungil dengan kertas tisu. Begitu fokus pada rangkaian gardenia, Taehyung tidak sadar sepasang mata coklat memperhatikan lekat-lekat.

“Sudah, 8.000 won.” Taehyung memberikan buket mungil nan cantik itu pada Jungkook. Bisa dia lihat telinga Jungkook merona dan mata itu berbinar. Aih gemasnya, sayang mukanya masih sangar.

“APA??! TERLALU MURAH!!!”

Taehyung bergeming. Murah? Harganya memang segitu untuk buket kecil. Harganya mau berapa lagi? “M-memang segitu harganya, m-maaf?” Taehyung tidak tahu kenapa dia meminta maaf tapi yang jelas dia ingin urusan nya cepat selesai.

Jungkook merogoh dompet kemudian mata itu tertuju pada deret kartu ucapan dekat mesin kasir, “aku ambil satu, yang putih,” ucapnya tanpa basa-basi kemudian menaruh uang 10.000 won diatas meja.

“9.500 won ya,” sebelum kotak kasir, Jungkook memasukan beberapa lembar uang di kotak tip, mengambil kartu ucapan dan buket bunga lalu beranjak pergi tanpa sepatah kata bahkan uang kembalian, “J-Jungkook?! Jungkook?! Kembalian!! Hei! Kembalian….” Taehyung tahu kalau suaranya karena lelaki itu sudah keburu keluar dari toko dengan langkah panjang. Bahkan menengok ke belakang pun tidak. Sebenarnya masalahnya apa sih??

Menghela nafas panjang, Taehyung kembali menaruh beberapa lembar koin di dalam mesin kasir sambil mengecek toples tip. Penasaran dengan berapa yang lelaki itu berikan tapi pundaknya langsung jatuh begitu melihat pecahan uang 50.000 won sendirian di dalam toples kaca.

Jadi dia baru saja dipalak, diberikan 80.000 won tapi dikembalikan 70.000 dan balik modal 50.000 won? Taehyung bingung, kita bingung.

Taehyung menghela nafas panjang dengan senyum yang tak bisa dia tahan. Sungguh enigma, Jungkook datang bagai badai tapi selalu pergi dengan kejutan yang tak disangka. Wajahnya memang sangar tapi Taehyung tahu lelaki itu memiliki hati selembut bunga hibiscus. Siapapun yang diberikan bunga oleh Jungkook, dia sungguh beruntung.

—-

Pukul tujuh lebih enam belas, Taehyung keluar dari tokonya tanpa apron pastel, hanya kemeja putih gading dengan celana panjang berwarna coklat. Jam operasional tokonya hanya sampai jam lima tapi bebenah dan membersihkan toko dari tanah dan dahan selalu memakan lebih lama. Ditambah jadwal pengiriman bunga yang harus dia atur jauh jauh hari agar tidak lupa. Hari ini cukup melelahkan, banyak pengunjung yang datang karena hari kelulusan. Banyak siswa yang membeli bunga untuk teman, orang tua yang memesan buket untuk anak dan kekasih yang ingin mengucapkan selamat. Hari ini melelahkan tapi menyenangkan. Belasan surat berhasil dia rangkai dan kebanyakan adalah ucapan selamat dan Taehyung sangat menikmatinya.

Mengunci pintu toko dan memastikan gembok terkunci rapat, Taehyung beranjak ke parkiran tempat dia menaruh sepeda yang biasa dia gunakan untuk pergi bekerja.

Namun langkahnya berhenti beberapa jengkal dari sepeda nya saat matanya melihat buket bunga mungil yang sangat dia kenal. Dadanya berdegup dan cemas menyergap. Taehyung tidak berani menduga tapi dia tetap takut jika buket yang tengah tergeletak di keranjang nya memiliki pesan tidak enak. 

Dengan langkah ragu, pria itu mendekat. Buket bunga gardenia putih berlapis kertas tisu putih. Taehyung hafal betul kertas tisu milik toko nya yang mempunyai cap khas di setiap sudutnya. Lalu bunga gardenia, hanya satu bunga gardenia yang dia bungkus hari ini dan itu milik Jungkook seorang.

Pikiran cemasnya sempat terjeda saat melihat kartu ucapan mengintip dari kelopak putih. Dengan helaan nafas dan jantung berdebar di dada, Taehyung mengambil kartu itu dan membacanya.

‘Makan malam? Hari ini, selepas toko tutup? Y or N?’

Taehyung terperangah, sungguh sebuah kejutan lain yang sama sekali tak Taehyung duga dari seorang Jungkook. Tak ada satupun pikirannya, dimana Jungkook akan mengajaknya makan malam apalagi dengan cara ini? Dada Taehyung tiba-tiba terasa penuh dengan perasaan hangat.

“Ehem…,” Taehyung mendongak dan mendapati Jungkook sedari tadi di ujung parkiran sambil bersandar pada dinding. Pakaiannya lebih rapi tapi tetap santai walaupun masih dominan berwarna hitam. Rambutnya disisir ke belakang dan mata bulatnya bergerak cemas, tak berani balas menatap Taehyung. “Yes or No?”

Taehyung mendengus, senyuman yang sedari dia tahan mengembang sempurna dengan tawa kecil diselanya.

Alis lelaki di depannya lantas menukik dan bibir memberengut. Wajahnya kelihatan marah dan Taehyung semakin geli melihatnya, “jawab ishh!!”

Taehyung justru tertawa lepas, suaranya mengisi parkiran kosong di sela bangunan. Terdengar begitu renyah sampai telinga Jungkook merona. Taehyung benar-benar tidak boleh menilai seseorang dari pakaiannya. Karena dari balik pakaian asal, tangan penuh tato dan wajah bertindik, Jungkook benar-benar lelaki manis yang hanya sulit meminta crushnya untuk makan malam bersama.

“Yes Or No!! Kim Taehyung!!!” Jungkook kembali bersuara, terdengar lebih memaksa dan tergesa. Hanya ada satu lampu jalan di parkiran dan itu sudah cukup menunjukan rona merah yang sudah menjalar ke pipi Jungkook.

“Sejak kapan??” Taehyung balas bertanya, sontak Jungkook kehilangan kata untuk menjawab. Lelaki itu gelagapan menjawab dan terlihat makin menggemaskan kendati wajahnya seperti sedang marah.

“Jawab dulu!! Yes or No!?!”

Tawa Taehyung mereda, tatapannya teduh menatap lelaki yang berada cukup jauh di bawah bayangan bangunan. “Sejak kapan, Jeon Jungkook??”

Tahu kalau pembicaraan mereka tidak akan maju sampai yang lebih tua mendapat jawaban, Jungkook akhirnya menjawab sambil membuang muka, “sudah lama. Dari awal…”

Bibir Taehyung menipis, alis terangkat, “hee? lalu uang yang selama ini kau kumpulkan??”

Lelaki itu menunduk dan Taehyung tidak bisa melihat ekspresi Jungkook lagi, “h-hanya alasan… aku.. aku tidak menggunakan uangmu sepeser pun!! O-oh, makan malam aku yang bayar!! Tanpa menggunakan uang mu sama sekali! Dan malam ini akan ku kembali kan! Mereka masih utuh!!” Lelaki itu terdengar begitu panik dan menggemaskan. Kesan sangar seakan menguap dari Jungkook.

“Baiklah…”

“A-apa? Jadi Yes?? Or No!?”

Taehyung menimbang-nimbangm jelas hanya bercanda dan itu membuat Jungkook kelihatan makin  frustasi dan Taehyung makin senang. Setelah mengulur panjang hanya demi melihat wajah gemas Jungkook, Taehyung akhirnya menjawab, “Yes, Jeon Jungkook..”

Bagai sedang memenangkan sesuatu, Jungkook mengepalkan tangannya lega. Lelaki itu segera berlari ke Taehyung dan tanpa disuruh dia melepas standar sepeda Taehyung kemudian menuntunnya. “Aku tahu restoran ayam enak di sini!!” Anak itu kelihatan menggebu-gebu dan begitu semangat.

Taehyung berjalan beriringan, mendengarkan lelaki itu bicara panjang lebar soal saus rahasia dan hadiah jika berhasil menebak saus rahasia sebuah restoran. Lucu sekali, dia bicara begitu lancar tentang makanan tapi butuh beberapa kali kunjungan hanya untuk mengajaknya berkencan.

Ternyata Taehyung adalah orang beruntung yang mendapatkan surat cinta itu itu. Sungguh dia tidak menyangka, rangkaian surat yang dia buat dalam buket bunga gardenia itu justru kembali lagi padanya sebagai penerima. Dadanya begitu penuh dan perutnya rasanya seperti ladang bunga yang penuh dengan kupu-kupu. Jungkook adalah enigma, badai yang tidak bisa ditebak dan mungkin mulai saat ini Jungkook akan menetap di kehidupannya dan memporak-porandakan hati Taehyung dan pemilik toko bunga itu tidak masalah. Dia suka kejutan dan dia akan menantikan badai bunga di kehidupannya nanti.

Image

Leave a Comment

Item added to cart.
0 items - Rp 0
Beranda
Cari
Bayar
Order