LONG TIME NO SEE

Setelah hiatus cukup lama dari dunia fotografi Kim Seokjin sang fotografer terkenal kembali dengan membuka pameran di galerinya yang bertemakan “Kedai Es Krim” tema tak biasa atau bisa dianggap biasa saja oleh sebagian orang, apa bagusnya sih jepret kedai es krim? Tapi lain halnya bagi mereka yang menjadi penikmat fotografi, mereka akan merasakan perasaan emosional dari foto-foto yang dipamerkan hanya dengan berdiri dan menatapnya lebih lama.

“Seokjin-ssi”

“Ya”

“Ada salah satu pengunjung yang ingin membeli karya anda”

“Foto yang mana?”

“Kedai es krim di sudut distrik”

“Katakan padanya foto itu tidak untuk dijual”

“Saya sudah menyampaikannya diawal tapi ia masih terus memaksa”

“Siapa orangnya?”

“Kim Taehyung”

Namanya seperti tidak asing bagi Seokjin.

“Hmm.. kalau begitu dimana dia sekarang?”

***

Setelah pameran selesai dan beberapa foto terjual Seokjin memutuskan untuk segera pulang, ia rindu kamarnya, ia rindu wine, dan ia rindu surat-suratnya. Hampir setiap malam Seokjin menghabiskan malam-malamnya hanya dengan wine dan tumpukan surat yang semuanya ditujukan kepada Kim Seokjin. Seokjin tak menyangka lembaran-lembaran yang mulai menguning itu akan menjadi sumber inspirasinya hingga detik ini. Seokjin terus memikirkan pengirim dibalik surat-surat yang ia terima ketika SMA, apa kabar sang pengirim, kehidupan seperti apa yang ia jalani, apakah ia makan dengan baik, apa ia bahagia, entahlah. Pertanyaan yang sama akan terus berulang hingga Seokjin menghabiskan winenya dan tertidur di samping lembaran surat-suratnya.

***

“Seokjin lo ingatkan hari ini cuti lo udah habis?”

“Mm”

“Seokjin cepat bangun atau lo gue siram pakai air sabun! biar lo  mandi sekalian ditempat tidur!” Yoongi sang sahabat fotografer yang merangkap menjadi asisten Seokjin karena Seokjin sendiri yang memintanya. Seokjin aslinya manja, suka merengek, sulit diatur, dan banyak mau. Biasanya para model dan rumah mode terkenal akan mengandalkan Yoongi ketika Seokjin memiliki banyak keinginan untuk dijadikan syarat agar ia setuju menjadi fotografer mereka, agak aneh memang tapi jepretan Seokjin sangat berharga dan berpengaruh, seperti ucapan pemilik rumah mode dan direktur majalah berikut:

Fabiano Ricca, pemilik rumah mode asal Paris, secara personal saya sangat mengagumi jepretan Seokjin, Kim. Setiap jepretan yang ia hasilkan terlihat lebih hidup, memiliki daya tarik, dan jauh terasa lebih emosional.

Loui Sanders, CEO Long Last Beauty Magazine, saya sudah cukup lama bekerja sama dengannya (Kim Seokjin) dan hasilnya tidak pernah mengecewakan. Apapun foto yang ia ambil, kau pasti akan merasa “hidup” disetiap jepretannya.

“Lo jangan kebanyakan mimpi karena gue mau resign jadi asisten lo.” Ucap Yoongi datar dan dingin

“HA?! APA?!!”

“DEMI TUHAN SEOKJIN LO LANGSUNG DUDUK! dari tadi gue bangunin gak bangun-bangun, ampuh juga ancaman gue”

“Ancaman lo ga asik gi”

“Terserah, buruan mandi sana!”

***

“Hari ini model kita dari Paris, lo jangan aneh-aneh, dia model profesional yang mulai naik daun karena dia ini berkilau banget, menarik, dan punya tatapan seksi dan tajam. Kalau kata author AU yang gue baca tu gini, tatapannya yang tajam seolah kau sedang ditelanjangi.”

“Lebay gila!”

“Ga percaya? Liat aja ntar, awas kalau lo malah ngajakin dia ons, gue betot pala lo” Seokjin hanya tertawa menanggapi celotehan sahabatnya. Sahabat yang sudah menemaninya lebih lama dari siapapun, susah senang selalu ada Yoongi disisinya. Gaya bicara Yoongi yang super pedas adalah makanan hari-hari Seokjin, ia hanya akan menganggap omongan pedas Yoongi adalah love languagenya.

***

Setiba di lokasi pemotretan Seokjin disuguhkan minuman brazilian lemonade demi menaikkan moodnya. Hari ini ia kedatangan model baru yang bermarga sama dengannya, Seokjin tidak mau tahu nama lengkapnya asalkan sang model bisa bekerja dengan profesional dan tak banyak membuat kesalahan hingga moodnya bisa berubah jelek dan ingin muntah.

Seokjin yang sedang mensetting kamera dan mengarahkan pekerja untuk menata studio sesuai tema majalah dan rumah mode terkenal inginkan. Ketika pintu utama studio dibuka dan semua orang menoleh terpaku pada manusia yang berdiri dengan begitu tampan, tinggi, dan matanya yang berkilau tajam.

Seokjin berbisik, “Gi kalau kaya gini modelnya kayaknya bakal gue yang mohon-mohon minta di ons sama dia.”

“Gue betot beneran lo ya. Jangan centil, geli gue liatnya!”

“Huh! Bilang aja sirik! lo emosi karena Jimin mantan lo ga mau diajak balikan kan?” Seokjin tertawa puas sambil berlalu ingin minum, tenggorokannya kering karena model asal Korea yang menetap lama di Paris itu telah mencuri seluruh perhatiannya.

***

Namjoon lelah sekali hari ini. Penerbangannya dari Paris ke Korea yang memakan waktu kurang lebih 12 jam lalu dilanjut dengan jadwal pemotretannya untuk cabang majalah dan rumah mode asal Paris yang ada di Korea.

Belum lagi harus bekerjasama dengan fotografer yang katanya profesional seantero negeri. Nyatanya Namjoon begitu dingin melihat Kim Seokjin, ia memberikan pandangan tak suka, marah, sekaligus kecewa. Belum lagi Namjoon dengan tindakannya yang tiba-tiba dan kasar dengan menarik pinggang Seokjin kuat ketika mereka berpapasan di toilet dan Seokjin terang-terangan menggodanya, setelah itu sang fotografer hanya diam tak bersuara, dan saat itulah kesempatan Namjoon untuk menatap dalam-dalam manik kilau milik Kim Seokjin, tak berubah, batinnya. Kim Seokjin yang kini di hadapannya tetaplah Kim Seokjinnya dulu. Cinta monyet masa sekolah yang ia seriusi. Perasaan cinta main-main yang ia kira akan hilang seiring mereka berjarak dan beranjak dewasa.

Siang berganti malam, malam berganti siang, dan begitulah seterusnya. Tapi ingatanku tentangmu belum juga hilang, aku yakin, diriku telah kehilangan waras. (Namjoon, L.T.N.S, Fic.)

***

Hari ini hari terakhir dari jadwal pemotretan mereka. Mereka semua hingga petugas mengurus catering bekerja keras dan serius. Hari terakhir harus diakhiri dengan baik dan sempurna. Seokjin yang sudah tiba lebih dulu sibuk mengutak-atik kameranya, menyeimbangi lighting yang terlalu terang atau redup, dan berbicara dengan seorang hair stylist yang bernama Jeon Jungkook. Jungkook mengatakan kalau Namjoon benar-benar tampan, baik, dan ramah. Jungkook pun menjadikan Namjoon sebagai role modelnya. Jungkook juga menambahkan informasi kalau menurut gosip yang beredar Kim Namjoon memiliki seorang kekasih yang tak pernah ia tampakkan.

Mendengar hal itu bahu indah Seokjin langsung turun merosot, ia pikir hilang sudah semua kesempatan, harapan, dan cintanya. Bertahun-tahun menanti pertemuan justru hal menyakitkan ini yang ia dapatkan, apa ini yang disebut karma? Sejahat itukah ia pada Kim Namjoon dulunya? Sudah berusaha menghilangkan rasa bersalah dan cintanya dengan melakukan one night stand sesuka hatinya namun bayangan Namjoon semakin kuat dan melekat meski sudah 12 tahun berlalu.

Ketika SMA Seokjin sering kali menerima surat dari inisial pengirim yang sama. Surat-surat yang selama ini dikirim hanya berisi tentang bagaimana seokjin menjalani hari, apakah seokjin makan dengan baik kemarin, atau ungkapan kekaguman sang pengirim kepada Seokjin yang mampu meraih nilai-nilai sempurna.

Surat-surat itu terus dikirim hingga akhir ujian kelulusan mereka melalui petugas kebersihan sekolah, diselipkan dalam sebuah buku bersampul coklat muda. Isi suratnya tentang pengirim yang menunggu seokjin di kedai es krim yang tak jauh dari sekolah mereka.

Tapi sayangnya Seokjin tetaplah Seokjin, selama ini ia tahu betul siapa sosok dibalik surat-surat itu. Seokjin tidak akan datang, tidak mau, dan tidak akan pernah memenuhi ajakan anak laki-laki bertubuh tinggi itu.

Surat yang ditulis dengan inisial K.N.J itu menyiratkan makna yang sama sekali tak menuntut balasan. Ia hanya ingin melegakan perasaan cintanya yang begitu dalam dan penuh, ia hanya ingin seokjin tahu bahwa dirinya ada, dirinya yang selama ini selalu mengitari Seokjin layaknya anak bulan, dan dirinya yang selalu memperhatikan Seokjin dalam diam melalui tatapan-tatapan sendu dengan ribuan kali helaan nafas, sungguh ia tidak tahu kenapa cinta monyet ini bisa sampai segitunya, apa karena ini adalah cinta pertama sang pengirim? Entahlah.

Ditempat yang berbeda duduk seorang anak laki-laki yang sudah memesan es krimnya lebih dulu tanpa ingin memakannya, hanya dilihat, dan mencair begitu cepat karena cuaca sedang terik-teriknya. Ia menunggu dengan sabar kedatangan seseorang yang sudah ia sukai dari lama, ia sangat kagum hingga rela menyukai dalam diam karena takut orang yang ia kagumi itu risih dan menolaknya.

Waktu terus berjalan dan es krim vanilla pun total mencair bersama toppingnya yang melembek dan coklat warna warni yang meluntur. Anak laki-laki yang ia tunggu tak kunjung datang, ia kecewa. Apa ia sekarang seperti es krim yang mencair? Berakhir sia-sia padahal sudah berusaha tampil dengan baik dan manis? Apa usahanya selama ini kurang? Apa anak laki-laki itu muak menerima surat-suratnya? Tidak, tidak mungkin karena sering kali setelah membaca surat darinya, ia akan tersenyum manis bak gula kristal.

Diluar langit mulai menurunkan rintiknya, semakin lama semakin lebat, yang ditunggu tak kunjung datang, akhirnya ia memutuskan untuk pulang dengan sedih bercampur marah, menerobos derasnya hujan sambil meremas buku catatan bermotif madras lalu membuangnya sembarangan.

Tanpa Namjoon sadari, tak jauh dari tempatnya berdiri ada seorang anak laki-laki yang memperhatikannya membuang buku dengan kecewa, buku yang akhirnya ia pungut dan ia peluk bersama dengan seluruh tangisnya.

Kim Namjoon maafkan aku, bisiknya.

***

Hasil kerja keras mereka hingga malam hari tak sia-sia, hasilnya memuaskan. Namjoon, Seokjin, Yoongi, Jungkook, dan seluruh staf bekerja dengan sangat baik. Setelah semua selesai Seokjin meminta izin tidak ikut bergabung dengan makan malam dan minum bersama, tubuhnya lelah, hatinya apalagi. Ingin segera sampai di apartemen, melepas semua pakaian yang melekat lalu berendam sambil menegak wine mahal yang ia beli dua hari lalu. Wine yang ingin ia minum bersama Namjoon tapi semuanya musnah setelah ia tahu kalau Namjoon telah memiliki seorang kekasih.

Seokjin nangis sesenggukan menatap tumpukan surat dari Namjoon. Demi apapun ia ingin sekali memperbaiki hubungannya dengan Namjoon, ingin kembali meraih cintanya kembali. Seokjin pun sangat ingin membalas semua surat-surat yang ditulis dengan rapi dan penuh perasaan. Seokjin terlalu kecewa dan sakit hingga ia merasa sangat mual.

Hanya dengan berbalutkan pakaian dalam dan bath robe putih diatas lutut Seokjin mengambil sebotol air putih dingin di kulkas. Tubuhnya sudah wangi, bersih, dan setengah botol wine pun sudah habis diteguknya. Seokjin tipsy sehingga masih cukup baik untuk berjalan menuju pintu apartemennya, bel berbunyi tak sabar, sungguh ia ingin marah kepada siapa saja yang ada dibalik pintunya saat ini, ia hanya ingin memiliki waktu untuk bersedih, menyesali, dan mengutuk diri.

“Huh?”

“Seokjin”

“A-ada apa? Ini sudah malam Namjoon”

“Apa aku boleh masuk?”

Seokjin memundurkan tubuhnya agar Namjoon dapat masuk dengan leluasa.

“Terima kasih”

“Kenapa datang kesini? Apa hasil pemotretan mu kurang memuaskan, huh?”

“Justru sebaliknya, aku ingin berterima kasih atas kerja kerasmu menjadikan ku model yang paling tampan untuk majalah dan rumah mode”

“Ya sama-sama, terus sekarang kau boleh pulang”

“Mengusir?”

“Menurutmu? Apa kau tak ingin merayakan kerja kerasmu dengan kekasihmu? Dia pasti akan menyambut hangat dirimu lalu memberikan kecupan kecil-kecil di bibir dan diseluruh wajah tampan mu itu. Hiks” Hati Seokjin perih tapi ia tak bisa berbuat apa-apa

“Seokjin kau mabuk? Ayo kita duduk di sofa, aku akan mengambil kan mu air dingin”

“Aku tidak mabuk dan aku sudah minum! Apa kau ingin membuat ku kembung, hah?”

“Ah maafkan aku, aku tidak tahu kau sudah minum, kalau begitu aku pulang saja supaya kau bisa beristirahat, maaf sudah mengganggu waktu mu Seokjin-ssi.”

“Namjoon-ahh hiks .. jangan pergi, jangan meminta maaf, jangan tinggalkan aku, aku merindukanmu, aku membaca seluruh surat-surat yang kau  kirim, mereka menjadi pelipur laraku selama 12 tahun berjalan. Kau pasti ingat kedai es krim yang ku maksud di galeri ku, dulu aku juga disana memperhatikan mu sedekat yang ku bisa, aku terlalu pengecut untuk datang menemuimu, kau anak laki-laki baik, pintar dan kaya raya tak cocok berpasangan dengan ku, terlebih orang tuamu tahu kau menulis banyak surat untuk laki-laki miskin seperti ku. Mereka sungguh marah padamu tapi lebih marah padaku karena mereka takut aku menyambut cinta monyet mu. Mereka tak ingin anaknya sampai berdampingan dengan bocah miskin yang bersekolah di tempat mahal berkat belas kasih dari kepala sekolah yang bersahabat baik dengan ayahnya.

Aku.. aku sekarang akan menjawab semua pertanyaan dalam suratmu Namjoon-ahh. Pertama, aku menjalani hari ini dengan sangat baik karena sudah menyelesaikan pekerjaan besar bersamamu. Kedua, aku makan dengan sangat baik karena selera makan ku bertambah karena kau disisiku. Hidupku beberapa hari ini menyenangkan Namjoon-ahh tapi semuanya tak bertahan lama ketika akhirnya aku tahu bahwa kau sudah memiliki kekasih. Aku ingin menyerah saja rasanya.”

Mendengar isi hati Seokjin yang menyesakkan Namjoon pun membawa Seokjin dalam dekapannya yang begitu erat, dan hangat. Namjoon tersenyum lega hingga menitikkan air mata. Tak menyangka bahwa perasaannya selama ini terbalas. Seokjin adalah cinta monyetnya, cinta yang ia anggap main-main ternyata membawanya pada 12 tahun merindu menginginkan Seokjin. Masih terus mendekap hingga membawa Seokjin ke atas pangkuan Namjoon layaknya anak koala. Seokjin maupun Namjoon tak mengucapkan apapun karena sentuhan demi sentuhan sudah memenuhi dan menjawab semuanya.

Ragu-ragu Seokjin menghadiahi Namjoon sebuah kecupan manis yang disambut dengan lumayan lembut. Seokjin yang mulai candu mulai memperdalam kecupan nya, nafasnya terengah tapi tak ingin berhenti, begitu juga Namjoon, merasa mendapatkan izin untuk menjelajahi seluruh rongga mulut Seokjin maka Namjoon pun leluasa menyatukan salivanya hingga menetes di celah bibir cintanya.

“Seokjin, kita harus berhenti, aku takut tak bisa mengendalikan diriku. Aku memang sangat menginginkanmu tapi aku tak mau melakukannya tanpa consent.” Seokjin seperti tidak mendengar, justru yang ada ia menekan dan menarik turunkan tubuhnya di perut Namjoon.

“Seokjin, please.. jangan seperti ini”

Seokjin berhenti, wajahnya bersemu hingga ke leher, ia kepalang ingin karena orang itu Namjoon, selama ini tak ada yang bisa membuatnya semenggebu seperti sekarang. Seokjin tidak menyesal jika setelah ini Namjoon meninggalkannya dan lebih memilih kekasihnya.

“Namjoon-ahh let’s do it”

“Seokjin ..”

“Namjoon-ahh, please, I want you so bad”

“Okay honey, jangan memohon untuk sesuatu yang sulit aku hentikan, kau akan menangis setelah ini”

Namjoon membawa Seokjin layaknya koala menuju kamar. Setelah kamar ditutup rapat, malam-malam tersiksa mereka rasakan selama 12 tahun ini terbayarkan oleh perasaan saling menginginkan, saling memenuhi, saling berbagi. Yakinlah siapapun akan merasakan nyatanya desahan, erangan, dan gemetaran dari kaki mereka berdua ketika mencapai klimaks yang hanya dengan mendengarkannya dari sebalik pintu.

***

Seokjin terbangun dengan tubuh yang wangi dan bersih. Ia menoleh ke samping tempat tidurnya, ia mendapati Namjoon dengan lelapnya memeluk Seokjin nyaman. Seokjin mengelus rambut Namjoon, halus, wangi, tapi sayang bukan miliknya.

“Seokjin .. sudah bangun sayang?”

“Eh.. Namjoon maaf ..”

“No need to sorry love, I’m yours.”

“Huh? Kekasihmu bagaimana Namjoon? Kita melakukan ini saja sudah salah apalagi aku egois memiliki mu”

“Kekasih?”

“Jangan pura-pura bodoh ya, seluruh staf tahu bahwa kau sudah memiliki kekasih”

Namjoon tertawa lepas hingga perutnya sakit.

“Ketawanya udah? Sana pergi! Aku ga mau ya dituduh merebut pacar orang”

“Seokjin, Seokjin .. hey sayang dengerin aku dulu, aku memang mengatakan ke semua orang bahwa aku memiliki kekasih agar aku tak digoda, aku benci dirayu dengan orang yang tidak aku inginkan. Kekasih yang ku maksud juga sebenarnya adalah dirimu, dirimu yang ku cintai sejak masa sekolah. Tak peduli apa yang sudah kau lewati selama aku tak disini, aku mencintaimu dengan seluruh hatiku.”

“Seokjin ..”

“Ya?”

“Tinggallah di hatiku selamanya.”

Mereka akhirnya saling berpelukan, menangis bersama, berjanji untuk tidak saling meninggalkan, dan mencintai hingga selesai.

—The End—

📝📌: Ada beberapa part yang Cotton tulis sambil dengerin Serendipity ☺️✨💜

Leave a Comment

Item added to cart.
0 items - Rp 0
Beranda
Cari
Bayar
Order