To Eternity

 

——To Eternity

 

 

 

“Aish”

 

Remaja itu mengusap pipinya yang terasa dingin karena kotak susu yang disodorkan oleh temannya.

 

“Jangan melamun, Soobin-ie”

 

Seorang remaja lain mengambil tempat duduk tepat di samping Soobin. Ia meletakkan dua nampan berisi menu makan siang untuk dirinya dan Soobin.

 

“Hyung, aku malu sekali” Soobin berkata dengan bibir mengerucut yang terlihat imut di hadapan Yeonjun.

 

“Malu? Kenapa kau malu?” tanya Yeonjun sebelum menyumpit makanannya. Satu tangannya mendorong pelan nampan makanan Soobin, menyuruh remaja itu agar ikut memakan makanannya.

 

“Hyung tahu kan jika tadi aku menyuruh hyung untuk berjalan lebih dulu kesini?”

 

Yeonjun menganggukkan kepala, ia menelan makanan yang ada di mulutnya sebelum kembali bertanya pada Soobin.

 

“Oh ya tentang itu, Ada apa memangnya?” 

 

Soobin menyedot susu coklatnya pelan sebelum menjawab pertanyaan Yeonjun. Ia memperhatikan sekitarnya, lalu berbisik pelan pada remaja di depannya.

 

Aku curiga jika Kim ssaem berkencan dengan daddy

 

Yeonjun yang hendak menyuap kembali makanannya seketika urung.

 

“K-kau, apa!??”

 

Soobin menganggukkan kepalanya santai.

 

“Tapi, bagaimana bisa!??”

 

Soobin lalu menceritakan semuanya pada Yeonjun, namun dengan berbisik tentunya. Yeonjun membulatkan matanya mendengar cerita Soobin.

 

Goshh.. that’s—” 

 

“—Stupid. I know” Soobin menyela ucapan Yeonjun dengan cepat.

 

“Kau tahu sendiri kan jika banyak pemuda yang memacari pria dewasa demi uang? Aku tidak menuduh Kim ssaem seperti itu, aku yakin Kim ssaem adalah orang yang baik. Aku hanya ingin memastikan jika orang itu benar-benar tulus mencintai daddyku”

 

Yeonjun menggelengkan kepalanya tidak habis pikir.

 

“Jadi awalnya kau takut jika Kim ssaem hanya mempermainkan Kim ahjussi?”

 

Soobin mengangguk.

 

“Aku melakukannya karena aku takut jika seseorang menyakiti daddyku. Dan yeah, rasa penasaranku juga tinggi, hyung”

 

“Tapi ternyata mereka tidak berkencan kan, Bin?”

 

“Itu dia masalahnya, hyung. Orang yang di foto itu ternyata bukan Kim ssaem”

 

“Jadi maksudmu, ada orang yang mirip dengan Kim ssaem?”

 

“Hu’um, kurasa itu kekasih daddy ketika masih muda” Soobin menjawab dengan mulut yang masih mengunyah makanan.

 

“Kalau begitu lebih baik kau harus bertanya langsung pada ayahmu”

 

“Iya, Kim ssaem juga mengatakan hal yang sama padaku, hyung”

 

 

🍀🍀🍀

 

 

 

 

Lalu lalang orang yang melakukan aktivitas di sekitarnya sama sekali tidak mengganggu fokus Seokjin pada hamparan sungai besar di depannya.

 

Bunyi gelak tawa yang berasal dari beberapa anak muda yang sedang berkumpul juga tak bisa mendistrak fokusnya. Seokjin terlalu tenggelam dalam pikirannya saat ini.

 

Hampir tiga dekade lamanya, ia meninggalkan kota ini. Berpikir jika itu adalah keputusan terbaik agar lelaki yang dicintainya bisa memiliki kehidupan yang diimpikan oleh pria itu. Dan sekarang, ketika kembali melihat selembar foto pria itu  nyatanya bisa membuat hati dan pikiran Seokjin menjadi tak karuan.

 

“Tolong jangan pertemukan kami lagi, Tuhan. Aku takut tak bisa menahan diri” bisik Seokjin dengan lirih.

 

 

🍀🍀🍀

 

 

 

Tok Tok Tok

 

Namjoon menghentikan kegiatannya ketika mendengar pintu ruang kerjanya diketuk.

 

“Hi, dad.. Can we talk?” Soobin menyembulkan kepala lewat celah pintu yang terbuka.

 

Sure, masuklah son

 

Soobin segera berjalan masuk ke dalam ruang kerja sang ayah dan mengambil tempat duduk di single sofa tepat di depan ayahnya.

 

“So, what do you want to talk about, son?” Namjoon meletakkan bukunya, total fokus pada sang anak.

 

“Aku ingin bertanya sesuatu pada daddy, but promise me, you’re not gonna mad at me after this?”

 

Namjoon sedikit mengernyitkan dahi, bingung akan ucapan Soobin.

 

“Okay, I promise. So, kau ingin bertanya tentang apa, son?

 

Soobin menghela nafas lalu menghembuskannya pelan.

 

“Aku menemukan ini beberapa hari lalu, tanpa sengaja tentunya. Who is he, dad?”

 

Namjoon menerima kertas foto yang disodorkan oleh sang anak, ia lalu menghela nafas ketika melihat foto itu dan tersenyum kecil.

 

“Soobin, apa kau pernah bertanya-tanya alasan daddy tidak menikah dan hanya membesarkanmu seorang diri?” Namjoon balik bertanya.

 

Honestly, aku menyimpan pertanyaan itu dalam hati kecilku, dad” jawab Soobin pelan.

 

“Lalu kenapa kau tidak langsung bertanya pada daddy? Kau takut daddy memarahimu?”

 

Soobin menggeleng pelan.

 

No, aku tidak takut daddy memarahiku. Aku takut menyinggung perasaan daddy, aku hanya.. takut menyakiti hati daddy”

 

Namjoon memandang sang anak dengan teduh.

 

“Daddy tidak akan marah atau tersinggung karena rasa penasaranmu, Soobin. Kau berhak bertanya perihal itu pada daddy. We only have each other, son

 

Soobin tersenyum mendengar kalimat Namjoon.

 

“So, are you gonna tell me everything now, dad?”

 

“Daddy bersyukur, akhirnya kau berani bertanya tentang hal ini dan yeah.. daddy akan jelaskan padamu, siapa pria cantik ini jadi pasang telingamu baik-baik, son

 

“I’m all ears, dad” Soobin menyilangkan kedua kakinya ke atas sofa yang ia duduki. Remaja itu berpose seolah siap mendengarkan dongeng dari sang ayah.

 

Namjoon memandang ke arah foto ditangannya, ingatannya kembali pada masa awal pertemuannya dengan sang kekasih yang ada pada foto itu.

 

“His name is Park Jinseok. He is my lover and always be. Kami bertemu tanpa sengaja di sebuah gereja, lalu daddy mengajaknya untuk minum kopi dan dari situlah kami banyak mengobrol dan mulai dekat. Dia adalah pria cantik yang sangat pintar dan.. unik. Jinseok banyak tahu hal-hal berbau tentang pengetahuan, bahkan terkadang ia berbicara seolah ia datang dari masa lampau” Namjoon terkekeh kecil.

 

“Jinseok menyukai buah strawberry namun tidak dengan sesuatu yang memiliki rasa strawberry. Ia juga menyukai sesuatu yang memiliki rasa coklat namun tidak dengan coklat yang benar-benar coklat”

 

Sekarang Soobin yang terkekeh kecil karena mendengar kalimat Namjoon.

 

“Namun, dia sosok yang sangat tulus dan sangat perhatian, son. Daddy merasa sangat beruntung bisa menjadi kekasih dan dicintai olehnya. Begitupun juga dengan daddy. Aku sangat mencintainya hingga tak lagi tersisa tempat untuk orang lain di hati ini, son

 

Namjoon memejamkan mata mengingat sebaris kalimat yang diucapkan oleh Jinseok setelah mereka bercinta.

 

“Aku suka dimple ini, pasti sangat menyenangkan jika bisa mempunyai anak lelaki yang punya dimple yang sama sepertimu, Joon” Jinseok berucap pelan dengan mengusap dimple yang muncul di pipi Namjoon ketika pria itu tersenyum padanya.

 

“Jinseok adalah alasan mengapa daddy tidak menikah dan memilih untuk membesarkanmu seorang diri. Kau tahu son, daddy sangat bersyukur bisa bertemu denganmu”

 

“Aku juga bersyukur daddy yang menjadi orang tuaku. Karena aku tidak bisa membayangkan jika itu orang lain” ucap Soobin dengan senyum haru. Namjoon tersenyum mendengar kalimat sang anak.

 

Soobin bukanlah anak biologis dari Namjoon. Pria itu mengadopsinya dari panti asuhan ketika Soobin berusia dua tahun.

 

“Lalu, kemana ‘Jinseok’ ini, dad? Apa yang terjadi dengan kalian?” Soobin bertanya hati-hati.

 

Raut wajah Namjoon berubah menjadi sendu mendengar pertanyaan itu.

 

“Kapal yang ditumpanginya mengalami kecelakaan dan tenggelam. Daddy sudah mengusahakan agar tim SAR benar-benar melakukan pencarian, namun mereka bilang jika lokasi tenggelamnya kapal itu terlalu berbahaya untuk dilakukan penyelaman, so yeah.. semua awak kapal dinyatakan meninggal. Tapi bagi daddy, Jinseok akan tetap hidup disini” Namjoon membawa tangannya menyentuh dada.

 

Soobin menutup mulutnya tidak percaya, akhir kisah cinta ayahnya sangat-sangat tragis.

 

“Dad, i’m so sorry.. i didn’t mean to hurt you”

 

“Don’t worry, son. I’m okay. So, apa itu cukup menjawab rasa penasaranmu, son?”

 

Soobin mengangguk sebagai jawaban.

 

“Thank you for sharing with me, dad” 

 

No problem, son. Sekarang daddy yang ingin bertanya padamu”

 

Sure, apa yang ingin daddy tanyakan?”

 

Namjoon berdeham sejenak untuk membasahi kerongkongannya.

 

“Setelah melihat foto Jinseok, kau pasti familiar dengan itu bukan?”

 

“Ya, Jinseok sangat mirip dengan Kim ssaem. Guru baru di sekolahku, dad. Beliau mengajar mata pelajaran Sejarah. Tunggu, bagaimana daddy tahu?”

 

“Daddy terkejut ketika melihatnya sekilas beberapa hari lalu. Kau ingat saat daddy mengantar buku milikmu, bukan?”

 

Ah, ya. Soobin baru ingat jika beberapa hari lalu ayahnya pasti tanpa sengaja melihat Kim ssaem yang berjalan menuju ke arah kelasnya.

 

“Oh, ya tentang itu. Aku juga sempat berpikir jika daddy diam-diam berkencan dengan Kim ssaem karena foto ini” Soobin berucap jujur, namun ia tak menceritakan bagian dimana dirinya yang bertanya pada gurunya.

 

Namjoon terkekeh mendengar ucapan jujur sang anak.

 

“Dia sangat mirip dengan Jinseok. Apa mungkin mereka orang yang sama?” Namjoon berucap pelan.

 

“Dad, Kim ssaem baru pindah kesini belum lama ini. Lagipula Kim ssaem masih sangat muda” ucap Soobin.

 

Namjoon menganggukkan kepala menyetujui ucapan Soobin.

 

“Siapa nama gurumu, son?”

 

“Kim Seokjin, dad. Kenapa? Daddy mau mengajaknya berkencan?”

 

Namjoon terkekeh kecil mendengar pertanyaan Soobin.

 

“Jangan khawatir, daddy sudah tidak tertarik untuk berkencan dengan orang lain, son

 

 

Well, jika ayahnya sudah berucap seperti itu, Soobin bisa menurunkan sedikit rasa protektifnya pada sang ayah.

 

 

 

Tbc

Item added to cart.
0 items - Rp 0
Beranda
Cari
Bayar
Order