UNCONDITIONALLY (By. Moiselle’Ei)

Agape : Unconditionally

By. Moiselle’Ei

 

 






“Selamat pagi!”

Jungkook menoleh pada sumber suara, bibirnya tersenyum lebar menyambut sang kekasih.

“Selamat pagi kecil, tumben pagi sekali datangnya?”

Meletakkan keranjang buah diatas nakas, Yoongi segera bergabung dengan Jungkook ke atas ranjang dan memeluk erat kekasihnya.

“Kata siapa ini masih pagi?” tanya Yoongi sembari menduselkan wajah pada perut datar Jungkook.

“Kata burung-burung di luar”

“Emang apa kata mereka?”

“Katanya si cantik baik hati datang” Jungkook mengusap surai halus si manis.

“Jangan percaya, siapa tahu itu serigala yang sedang menyamar” kepala bersurai coklat mengejar usapan.

“Benarkah? Mana coba aku periksa dulu”

“Ahaha jangan! Geli Jungkook! Haha!”

Gelak tawa terdengar, bantal dan selimut berjatuhan akibat tendangan Yoongi demi menghindari Jungkook yang menggelitikinya.

“Sudah sudah aku capek” Benar saja, Yoongi dengan pelipis berkeringat mengambil napas rakus. Sedangkan si pelaku penggelitikan nampak tersenyum geli.

“Jadi siapa sebenarnya yang datang?”

Yoongi membuat pose berpikir, “Tidak keduanya”

Kerutan nampak di dahi Jungkook, “Lalu?”

“Yang datang adalah kekasihnya Kookie!” Yoongi berseru dan menerjang pelukan Jungkook yang terbuka lebar untuknya.

Menjadi tempat ternyamannya. Tempat yang selalu Yoongi rindukan.

Jungkook mendekap tubuh sang kekasih erat, menyalurkan perasaan cinta miliknya. 

“Kamu bawa apa tadi?” 

“Bawa buah. Kamu mau?”

“Aku belum lapar” sahut Jungkook.

Tidak lagi mendengar suara Yoongi dan pergerakan yang minim, Jungkook kembali bertanya.

“Ngantuk ya? Emang semalam tidur jam berapa?”

“Lupa” jawab Yoongi, suaranya samar teredam dada bidang Jungkook.

“Yaudah tidur lagi aja”

“Tapi peluk?”

Jungkook menciumi gemas pucuk kepala si manis yang mulai melemah suaranya. “Iya sayang. Aku peluk sampai kamu bangun”

Dan Yoongi semakin merangsek masuk dalam rengkuhan, menyamankan posisi memeluk dari samping tubuh besar Jungkook. Matanya yang sudah memberat perlahan tenggelam seluruhnya. Menyisakan keheningan yang kembali mengisi kamar luas persegi.

 

“Aku mencintaimu, selalu”




 

***




 

“…gi..”

“Yoongi”

“Bangun dulu sayang”

“Eunghh kenapa?” sayup-sayup panggilan lembut membangunkan Yoongi dari tidur nyenyaknya. Dia menggeliat, masih dalam pelukan erat sang kekasih.

“Yoongi makan dulu ya? Kamu lama banget tidurnya sampai lupa makan siang”

Yoongi mendongak, menatap wajah tegas Jungkook. “Eh? Emang udah jam berapa?”

“Ga tau, tapi kayaknya udah sore” ujar Jungkook.

Yoongi melirik jam digital di atas nakas dan terkejut. Pukul 3 sore dan setidaknya dia sudah tidur 8 jam. Tidak heran jika sudah terperangkap pelukan Jungkook maka Yoongi akan lupa waktu.

“Hehe iya, soalnya pelukan kamu itu paling enak”

Jungkook gemas, dia mengusak surai halus Yoongi. Lalu, dia menegakkan badan dan meregangkan otot yang kaku karena terlalu lama dalam posisi memeluk, belum lagi satu tangannya kebas karena dijadikan bantal oleh Yoongi.

“Kamu masak, mau? Aku kangen masakan kamu”

Yoongi ikut menyusul Jungkook turun dari ranjang, wajahnya masih sedikit kusut karena mengantuk. Dia segera saja menggandeng tangan kekar milik Jungkook.

“Padahal aku tiap hari masak buat kamu loh”

“Tetap kangen, sama orangnya juga” Pipi Jungkook bersemu, dia sedikit malu mengatakannya.

“Gombal huu!” Begitu katanya tapi semburat merah juga hinggap di pipi gembil si mungil.

“Mau masak apa hari ini?” tanya Jungkook.

“Nasi goreng kimchi sama chicken katsu mau?”

“Mau. Apapun masakan kamu pasti selalu enak”

Yoongi tertawa tapi jarinya justru mencubit pinggang ramping Jungkook lantaran malu dipuji, apalagi oleh kekasihnya sendiri.

“Kan chef Yoongi yang masak”

“Iya chef Yoongi”

 

 

***



“Aku bantu apa?” tanya Jungkook begitu mereka sudah sampai di dapur. Yoongi tampak berpikir lalu ia segera menggiring Jungkook untuk duduk di kursi meja makan.

“Kamu duduk aja biar aku yang masak”

Jungkook berdiri lagi, “Tapi aku mau bantu”

Yoongi menarik kedua pipi Jungkook sampai empunya mengaduh kesakitan. Yoongi tertawa dibuatnya. “Duduk aja, tugas kamu nemenin aku ngobrol”

Pada akhirnya Jungkook mengalah, dia duduk menghadap Yoongi yang sudah berkutat dengan bahan masakan di kulkas. Kulkas yang penuh bahan masakan karena Yoongi yang rajin mengisinya. Semuanya karena Yoongi.

Jungkook memandang lurus punggung Yoongi yang bergerak lincah dalam mengambil dan mengolah bahan, bibirnya menyenandungkan lagu yang samar. Jungkook sesekali bersuara, memberikan pertanyaan menjebak yang membuat Yoongi kesulitan menjawab. Pukulan ringan beberapa kali sampai di pahanya karena Yoongi yang kesal tidak bisa menjawab.

Sampai mereka akhirnya makan siang yang kesorean.



 

***



 

“Pagi Jungkookie!” seru Yoongi bersemangat.

Jungkook menyambutnya dengan merentangkan tangan, dan Yoongi masuk dengan senang hati. Pelukan Jungkook adalah sambutan terbaik menurutnya.

“Coba jelasin penampilan kamu hari ini?” pinta Jungkook.

Yoongi berdiri lagi, dengan semangat dia menjelaskan.

“Hmm rambut aku masih hitam. Aku pakai celana pendek hitam dan T-shirt putih karena cuacanya sedang terik. Aku juga pakai pelembab bibir biar gak kering.”

“Manis sekali, cantikku” komentar Jungkook mendengar penjelasan Yoongi.

Yoongi merona malu, dia langsung menyembunyikan wajah merahnya pada perut Jungkook.




 

***




 

“Siang Jungkookie!” Yoongi segera meletakkan tas selempangnya ke atas kursi, dan memeluk Jungkook dari belakang yang tengah menyiram tanaman di depan teras kamarnya.

“Padahal kamu gak perlu tiap hari mampir loh”

“Tapi kangen” Yoongi merengek, dia menggigiti kulit tangan Jungkook.

Yang di gigiti hanya tertawa, Yoongi selalu seperti itu kalau sudah rindu, dia akan menggigiti Jungkook.

“Kenapa gak istirahat dulu? Kamu habis pergi kan?” masih dalam posisi berdiri menyiram tanaman bunga yang ditanam Yoongi untuk menghias taman belakang milik Jungkook. 

Mengeratkan pelukan di perut, Yoongi menyembul dari sela pinggang Jungkook.

“Tadi abis dari toko buku sama Taehyung.”

“Taehyung gak sibuk emang?”

“Enggak kok katanya.”

“Kok mau dia nemenin kamu yang cerewet ini kalau ke toko buku- aw! Sakit Yoongi ampun!”

Jungkook melepaskan selang ditangan, dia mengusap pinggangnya yang perih terkena cubitan maut Yoongi.

“Aku gak cerewet tau!”

“Haha iya iya sayang”




 

***




 

“Selamat pagi Jeon Jungkook!” 

Yoongi berteriak mengagetkan Jungkook yang masih terlelap. Pemuda itu terlonjak kaget dan mengurut dada yang berdetak cepat.

“Ya ampun Yoongi. Jadi kebiasaan kayaknya kamu datang pagi buta gini” suara Jungkook mengalun serak. 

“Ih udah jam 11 tau”

“Ugh benarkah?”

“Hm, kamu begadang ya tadi malam?” mengambil kotak makan yang dibawanya dari rumah. Yoongi membukanya dan menyuapi Jungkook yang masih didera kantuk.

“Iya, Taehyung main tadi malam”

“Benarkah? Terus kalian ngapain sampai begadang?” tanya Yoongi penuh selidik. Dia menyerahkan segelas air minum untuk Jungkook.

“Kami minum dan ngobrol sampai lupa waktu.” Jungkook menyerahkan gelas pada Yoongi.

“Terus kamu mabuk?”

Jungkook menggeleng, dia tersenyum seperti biasa. Lebih dari tahu bahwa Yoongi melarangnya minum terlalu banyak.

“Aku cuma minum soda, dan Taehyung yang mabuk.” Yoongi membersihkan mulut Jungkook dengan tisu.

“Terus Taehyungnya menginap?” 

“Enggak. Dia diantar pak Lee pulang”

“Ohh, terus kalian bicara apa aja sampai minum gitu?”

Jungkook memandang kosong Yoongi. “Banyak.”

 

 

 

***

 

 

 

“Selamat pagi sayang” ucap Jungkook begitu pintu kamar terbuka, menampilkan raut cemberut sang kekasih karena keduluan.

“Hari ini gimana penampilannya?” Jungkook tengah duduk bersandar pada kepala ranjang, menghadap televisi besar di dinding yang menayangkan acara musik jazz.

“Aku gak pake baju.” 

Jungkook mendelik ke samping, matanya melotot mendengar Yoongi menjawab dengan enteng.

“Hihi bercanda” Yoongi tergelak sambil memegangi perutnya. Menertawakan ekspresi lucu yang dibuat Jungkook.



 

***

 

 

Sepasang kekasih itu kini sedang bersantai di kamar Jungkook yang menghadap taman belakang. Saling memeluk berbagi rasa nyaman. 

“Jungkook..”

“Hm?” kecupan hinggap pada dahi Yoongi saat dia mendongak.

“Kupikir aku akan tinggal bersamamu” kata Yoongi pelan. Dia terlihat ragu mengatakannya.

“Kenapa?”

“Agar aku bisa selalu ada disisi kamu.”

Jungkook menarik nafas dalam, “Yoongi, ku dengar kau cukup populer di kampus dulu”

Yoongi mengerutkan kening, “Memang. Kenapa nanya gitu?”

Jungkook masih menatap lurus ke depan, acuh pada wajah kebingungan Yoongi. 

“Kudengar juga, Taehyung menyukaimu ya?”

“Apa? Gosip tidak jelas dari mana itu?”

Yoongi semakin erat direngkuh, seakan dia bisa kehilangan jika sedikit saja terlepas.

“Kamu adalah kebahagiaanku, dan aku ingin kamu bahagia-“

“-Dan Taehyung bisa memberikannya”

“Apa maksudmu?!” melepas paksa pelukan di tubuh, Yoongi menatap tajam Jungkook.

“Yoongi, kau tidak akan bisa bahagia bersamaku.”

“Kata siapa?”

Jungkook mengeratkan genggaman. Ini terlalu berat untuknya. 

“Taehyung yang mengatakannya, dia menyukaimu dan dia mampu membahagiakanmu.”

“Kutanya kata siapa aku bisa bahagia bersama Taehyung?!” Yoongi berseru keras, wajahnya memerah.

“KATA KU! KATA SI BUTA YANG TIDAK BISA MENJAGA KEKASIHNYA INI, YOONGI!”

“AKU TIDAK PEDULI!”

“TAPI AKU PEDULI! AKU BUTA! AKU TIDAK BISA MELIHATMU! AKU MENCINTAIMU TAPI AKU TIDAK INGIN EGOIS MEMAKSAMU HIDUP DENGAN ORANG CACAT SEPERTIKU!”

“DIAM! JANGAN SOK TAHU! SIAPA YANG BISA MENJAMIN AKU BAHAGIA TANPAMU HAH? KAU BUKAN TUHAN JEON JUNGKOOK!!”

“Yoongi, kumohon..” suara Jungkook melemah, matanya menyorot kosong seseorang disamping yang tidak kalah terengah.

“Aku hanya ingin kamu bahagia, Yoongi, dan aku tidak bisa memberikannya.”

Yoongi melempar selimut yang menjadi pembatas mereka, dia merampas tangan Jungkook untuk ditautkan.

“Aku bahagia jika hanya bersamamu, Jungkook. Berhenti, jangan begini… aku tidak menyukai pembicaraan ini..”

Liquid bening menetes tapi segera dihapus kasar. Tangan Yoongi gemetaran. 

“Yoongi, aku tidak menyukaimu lagi tidakkah kau paham itu? Aku hanya memperdayamu untuk dimanfaatkan si buta ini. Taehyung mencintaimu, dan dia yang seharusnya menjadi kekasihmu jika aku tidak merebutmu darinya.”

Yoongi terdiam, dia tidak bisa menahannya lagi, air matanya berlomba menuruni pipinya.

“Jangan membawa siapapun! Hubungan ini kita yang menjalaninya! Aku tidak peduli jika kau hanya memanfaatkan aku!”

Jungkook menepis genggaman, memalingkan wajah untuk menyembunyikan hujan di pipinya.

“Kau harusnya sadar dan bosan denganku atau setidaknya kau jijik. Aku buta, aku cacat. Aku ingin egois, Yoongi. Aku sudah mencari pendonor tapi tidak ada yang cocok dengan retina mataku! Aku akan cacat seumur hidup!”

“Jangan menyia-nyiakan hidupmu dengan merawat orang buta sepertiku. Kau terlalu berharga untuk itu.”

Yoongi berdiri, dia melemparkan vas bunga ke dinding, membuatnya hancur berkeping-keping. 

“Tutup mulutmu!.. Kau sepertinya sedang banyak pikiran. Tidurlah, aku akan kesini lagi besok. Dan kuharap kau sudah lebih tenang.”

“Taehyung diluar, menunggumu..”

Langkah berat terhenti, Yoongi melirik lewat ekor mata yang basah melihat punggung Jungkook yang membungkuk.

“Kau ingin aku bicara dengannya? Oke akan kulakukan! Dan satu hal lagi, jangan pernah kau berani mengatur hidupku karena aku hanya ingin memperjuangkan cintaku! Kau memang buta tapi seharusnya tidak untuk hatimu!”

 

BRAK!

 

Yoongi membanting kasar pintu kamar Jungkook. Dia meluruh didepan pintu, kedua tangannya meremas dada yang terasa sesak.

Yoongi tidak sanggup, hatinya seakan dirajam ribuan jarum. Berdenyut perih dengan luka menganga.

Bukan ini yang dia inginkan, kenapa Jungkook seakan menutup mata akan perhatiannya selama ini. Semua yang Yoongi lakukan bukan semata kasihan, tapi bentuk dari bukti cinta.

Dia mencintai Jeon Jungkook lebih banyak dari tetes hujan yang jatuh ke bumi. Dia mencintai Jungkook meski pemuda itu membenci dirinya sendiri.

 

“Yoongi..”

Yoongi berpegangan pada tembok, dia menunduk menolak menatap pria tinggi di depannya.

“Apa yang dia janjikan padamu, Taehyung? Uang? Mobil? Atau rumah?” tuding Yoongi.

Taehyung terdiam, lidahnya kelu untuk membantah meski semua yang Yoongi tuduhkan sepenuhnya salah.

“Jungkook hanya ingin kamu bahagia, Yoongi..”

“Diam! Jangan membuatku mengoyak mulutmu. Yang bisa membuatku bahagia hanya Jungkook, bukan kau atau siapapun!”

Taehyung hendak menarik Yoongi dalam pelukan tapi tangannya ditepis kasar, iris karamel menatap nyalang obsidian yang meredup.

“Dengar! Katakan pada sahabat bodohmu itu! Aku tidak akan pernah meninggalkannya apapun yang terjadi! Aku tidak peduli meski harus menjadi matanya seumur hidup!”

Yoongi berlalu pergi setelah menumpahkan semua amarahnya. Meninggalkan Taehyung yang termenung di depan pintu, hatinya tengah berkemelut. 

 

Ceklek

“Dia keras kepala sekali ya?”

Taehyung mendongak, menatap miris wajah basah sang sahabat yang berlinang air mata. Tatapannya kosong tapi jelas kehampaan tergambar disana.

“Selesaikan dengannya, Jungkook. Aku pergi.” Taehyung menepuk pundak Jungkook yang berpura-pura tegar. Dia pergi dengan rasa bersalah, tidak memungkiri hatinya ikut perih mengetahui kisah cinta sahabatnya. Mereka saling mencintai, tapi semua seakan dipersulit.





 

***




 

“AYAH! AYAH TOLONG YOONGI!”

Namjoon terkejut begitu tubuh mungil anaknya menubruknya, dia dapat merasakan basah pada kemeja depan yang dipakainya.

Raut cemas tergambar di wajahnya, hatinya sakit sebagai seorang ayah melihat anak semata wayangnya yang terlihat kusut berurai air mata. 

“Jungkook hilang! Jungkook pergi ayah! Jungkook meninggalkan Yoongi!”

“TOLONG BANTU YOONGI! TEMUKAN JUNGKOOK AYAH! YOONGI TIDAK BISA TANPA JUNGKOOK!!”

Hari itu Namjoon turut merasakan hancurnya perasaan Yoongi yang ditinggalkan sang kekasih tanpa alasan yang jelas. Namjoon tidak bisa menyalahkan Jungkook, dia tahu bagaimana masalah runyam yang tengah mendera hubungan putranya.

Hari itu jiwa keayahan Namjoon seakan tidak berguna, dia tidak bisa melakukan apa-apa untuk membantu sang putra, yang meraung hebat dalam pelukannya. Sampai dia merasa sangat hancur melihat Yoongi terkulai tidak sadar kan diri karena histeris. 



 

***

 

 

“…gi?”

“Yoongi!”

“Eh?” Yoongi tersentak karena remasan pelan pada genggaman tangan. Dia ingin tertawa saja rasanya. Bagaimana bisa dia melamun ketika dalam suasana yang sedang haru.

 

“Aku bersedia.” kata Yoongi penuh keyakinan.

“Maka dengan ini kami nyatakan, Min Yoongi yang sekarang menjadi Jeon Yoongi, telah resmi bersatu dalam ikatan suci bersama sang suami, Jeon Jungkook.”

Sorak-sorai penuh kebahagian pecah. Menerbitkan senyum lega di bibir Yoongi, dia menatap wajah sang suami, Jeon Jungkook. Melihat semua cinta yang tersaji di manik bulat yang tidak berkedip menatapnya.

Jungkook tidak hentinya mengucap syukur, setelah semua rasa sakit yang mereka rasakan sebagai pengorbanan untuk kebahagiaan yang mereka impikan terwujud. Dia akhirnya bisa melihat, bagaimana wujud malaikat baik hati yang setia dan tulus mencintainya meski dalam titik terendah hidupnya.

Jeon Jungkook dan Jeon Yoongi setelah dipisahkan oleh rasa paling sakit, kini disatukan dalam ikatan paling suci.



-END-

 

 

Leave a Comment

Item added to cart.
0 items - Rp 0
Beranda
Cari
Bayar
Order