EVERYDAY IS BIRTHDAY

Because of his love, you will feel like birthday every day.

“Namjoon, sayang.. bisakah nanti kau menjemput Haneul?”

“Sure, honey.. kau akan kemana sayang?”

“Aku mau ke toko buku dan mengantri untuk satu buku puisi anak-anak dan buku sains for kids limited edition. Haneul menginginkan keduanya”

“Kenapa bukan aku saja yang mengantri? Cuaca sedang bersalju, hun.”

“No, sayang.. aku ingin melakukan ini untuk Haneul kita. Mengantri sedikit lebih lama tidak akan membuatku sakit. Kau sudah menjaga diriku dengan baik, aku pasti kuat”

“Seandainya Haneul tahu, kalau ia tidak akan pernah menemukan papa sebaik dan sedalam ini cintanya. Aku tau antrian itu akan mengular hingga malam, hun kau tidak boleh melupakan mantel dan makanlah sesuatu yang hangat sayang, Haneul akan sedih kalau papa satu-satunya sakit karenanya”

“Okay, love. Don’t worry”

Kiss me, pleaseee”

Sure! Butterfly kisses?”

Yeah, it’s sounds good”

I love you, my the only one”

Love you more and more, hubby”

Kim Haneul

***

Setahun berlalu sejak Seokjin mengantri dua buku yang katanya adalah buku yang Haneul inginkan, Seokjin kembali duduk di depan perapian sambil menutup lembar terakhir buku puisi anak-anak yang sudah ia baca selama setengah jam. Hatinya merindu tapi matanya hanya mampu menerawang ke dalam perapian yang membakar kayu hingga menjadi abu.

Haneul.. Kim Haneul. Anak gadis pertamanya itu sangat suka membaca buku persis daddynya, si cantik yang lebih senang menghabiskan waktunya dengan buku-buku ketimbang mainan berwarna warni. Haneul adalah versi perempuannya Namjoon yang hadir pas ketika rumah tangganya bergejolak hebat.

Dulu, waktu itu, Namjoon begitu berani melamar Seokjin dan menikahinya. Namjoon banyak mendapatkan pelajaran dari kehidupan berumah tangganya yang tak jarang mulus. Mereka cukup sering bertengkar, beradu argumen, dan saling memberikan silent treatment, hingga pernah terbesit keduanya untuk bercerai namun takdir berkata lain. Keesokan harinya ketika Seokjin sudah bersiap untuk pergi, ia seperti melupakan sesuatu dan entah kenapa membuatnya ingin kembali lagi ke kamarnya, lalu menuju kamar mandi.

Namjoon tahu Seokjin masuk ke kamar mandi. 2 menit pertama masih terdengar bunyi flush, 30 menit berikutnya hanya senyap yang mengisi gendang telinga Namjoon. Ia harus menerobos masuk apabila Seokjin tidak membuka pintunya setelah diketuk berulang kali.

Namjoon melihat Seokjin menangis, isaknya pelan. Seokjin langsung memeluk erat suaminya. Dua garis merah yang terpampang di benda putih pipih yang sengaja Seokjin letakkan di kamar mandi tanpa mau melihat hasilnya. Akhirnya, buah hati yang ditunggu-tunggu selama 5 tahun ini hadir menyatukan kembali cinta yang hampir berpisah. Sungguh perasaan luar biasa bahagia ini akan selalu mereka ingat seumur hidup.

“Haneul papa rindu nak” Seokjin bergumam pelan nyaris tak terdengar

Kenapa kakek dan nenek mengajak haneul keliling Eropa selama ini? Sungguh Seokjin tak tahan jika dirinya harus berjauhan dengan anak gadis semata wayangnya itu.

“Seokjin, sayang.. aku pulang”

“Oh, suamiiii akhirnya kau pulang juga, aku sudah kepalang sedih merindukan Haneul” Seokjin mencebik manja

“Haneul sepertinya lupa dengan kita”

“ish! Namjoon jangan bicara seperti itu, jangan membuat hatiku semakin sendu”

“Aku punya satu solusi agar suamiku yang manis dan cantik ini tidak bersedih lagi”

“Apa itu?”

“Bercintalah denganku malam ini sayang, aku harus membantu misi Haneul untuk mempunyai seorang adik dengan cara menghamili papanya sekali lagi”

Tubuh Seokjin menegang, ia sangat mau membantu misi anaknya tapi ia sendiri juga sungguh merasa malu setengah mati karena ajakan bercinta yang keluar dari mulut nakal suami tampannya.

Sudah berumah tangga sekian tahun tapi tetap saja nafsu keduanya seperti sepasang suami yang baru saja menikah. Menggebu-gebu, panas, dan menggairahkan. Mupung Haneul tidak di rumah, akhirnya mereka berdua bisa saling memuaskan tubuh masing-masing kapanpun, dimanapun, disetiap bagian penthouse mewah milik keduanya.

Namjoon mulai menangkup bokong bulat Seokjin yang selalu terasa pas ditangan besarnya. Menarik kuat tubuh ramping suaminya agar semakin mendekat dengan tubuh atletis yang selalu ia jaga agar tetap indah agar membuat Seokjin tak berpikir untuk berpaling dan hanya akan berlutut diantara selangkangannya.

Seokjin mendongak menahan nikmat ketika Namjoon dengan lembut menyentuh pucuk merah mudanya dengan menggunakan bibir tebalnya

“ahh-hh Namjoonhh sayang.. i-iya disi-tu”

Nafas Seokjin terengah, bagian selatannya memerah, menegang dan sakit. Ini semua karena ulah suaminya yang tahu betul dua pucuk mungil merah muda itu adalah salah satu titik tersensitif di tubuhnya. Seokjin sungguh butuh pelepasannya sekarang juga, ia ingin Namjoon segera memenuhi dirinya dengan gerakan yang konstan dan sekali dua kali hentakan kasar.

“Namjoon-ahh ahkk! jangan digigit sayang” bibir Namjoon yang semula berada di pucuk dada suaminya kini beralih mengecup dan menjilat paha dalam suaminya dengan gerakan lidahnya yang sensual. Tangan kanannya tak tinggal diam, ia mengurut lembut penis yang sedari tadi ingin sekali disentuh olehnya, sedangkan tangan kirinya meremas pinggul yang sedang menggeliat menahan nikmat yang datang bertubi-tubi, Seokjin menjambak halus rambut suaminya yang mengulum lalu melakukan deep throat berkali-kali pada penisnta, sungguh ini adalah ancaman yang membahagiakan jika kau lupa memberikan ‘jatah’ karena seharian sibuk mengurus segala keperluan Haneul yang akan berkeliling Eropa.

Seokjin tak bisa menahan dirinya lagi, ia bersumpah akan meledakkannya di dalam mulut panas Namjoon. Suaminya tahu bahwa Seokjin sebentar lagi akan mengejang kuat melepas putihnya. Namjoon pun semakin menambah tempo kulumannya dan menekan-nekan ibu jari tepat di pucuk dada yang hampir lecet dan memerah itu.

“Namhh! hhh.. Aaaakkkhhh!”

Namjoon menelan habis semua cairan cinta milik suaminya yang justru membuat kabut nafsunya semakin menebal.

“Oh, come on hun.. lelah? huh?”

“No.. Mau lagi, mau dimasukin ke sini” dengan santai Seokjin meraih tangan kekar suaminya dan mengarahkannya ke dalam lubang kenikmatan yang sedari tadi sudah basah dan memerah cantik.

“as you wish, cheries” bisik Namjoon

Pergumulan panas itu pun kembali terjadi hingga menjelang pagi, desahan demi desahan saling bersahutan begitu juga dengan teriakan puncak kenikmatan yang memenuhi ruangan, serta tubuh keduanya yang mengkilap indah karena tetesan keringat yang mengalir memperjelas lekukan menggoda tubuh mereka tanpa balutan sehelai benang pun.

***

“Pah”

“Ya. sayang”

“Diperut papa ada adek bayi ya?”

“Ha?”

“Iya adek bayi pa, nih disini” tangan kecil Haneul mengusap perut papanya yang rata dan memiliki sedikit tonjolan otot yang biasanya akan selalu membuat sang suami ingin menerkam dirinya, seketika pipi Seokjin memanas karena sempat-sempatnya memikirkan yang hal yang tidak-tidak.

“Haneul sudah ingin sekali punya adek ya?”

“Iya pa, supaya Haneul ga main sendirian terus. Mau main sama papa tapi papa dari kemarin kecapean terus, wajah papa juga pucat. Haneul tidak tega sama papa.”

Iya betul, akhir-akhir ini ia sering merasa kelelahan, nafsu makan makanan manisnya meningkat, dan rasa malas untuk beraktivitas semakin menjadi-jadi. Apa hubungan intim berulang kali yang ia lakukan bersama Namjoon selama Haneul di Eropa telah menjadi jadi? Apa benar kata Haneul kalau adik ada disini? di rahimnya?

Akhirnya keesokan paginya, air seni pertama ia pakai untuk mengetes apakah ucapan si sulung Haneul, Seokjin tidak bisa tidur memikirkannya hasilnya besok. Sembari menunggu matanya yang sulit terpejam, Seokjin mengingat kembali warna demi warna dihidupnya, tentang bagaimana perjalanan hidup dari awal mengenal sang suami hingga memiliki Haneul membuatnya ingin menangis sekarang.

Dari semua kenangan, bersama Namjoon adalah yang paling tidak akan ia lupakan. Seokjin belum pernah sebahagia ini ketika bersama sang suami yang sudah menemani jatuh bangun hidupnya dan melewati berbagai kesedihan yang datang silih berganti namun tetap ringan untuk dijalani karena orang yang bernama Kim Namjoon selalu ada untuknya.

Bagimana jika orangnya bukan Namjoon?

Entahlah, Seokjin mungkin tak akan setegar dan sekuat seperti saat ini. Ia sudah pernah mengalami keguguran dua kali dan itu bukanlah hal yang mudah untuk seorang yang sudah menunggu lama sekaligus turut mengandung. Tapi Namjoon, hanya Namjoon yang tetap berada disisinya, membantu Seokjin untuk bangkit dengan cara-caranya yang sederhana. 

Namjoon memberikan seluruh perhatiannya untuk Seokjin yang kala itu lebih banyak diam dan melamun pasca keguguran. Namjoon memulai semuanya dari membuatkan sarapan dan makan malam favorit Seokjin, Namjoon juga sering mengajak suami manisnya untuk mandi bersama atau sekedar meluangkan waktu untuk berendam air hangat dengan wewangian yang menenangkan, Namjoon juga membantu mengeringkan rambut sang suami, dan menyisirnya dengan hati-hati dan lembut. Terakhir, Namjoon memakai kan pakaian yang nyaman ke tubuh sang suami yang bergerak seperti boneka puppet. 

Apakah Namjoon lelah dengan keadaan?

Jawabannya, TIDAK. Namjoon tidak pernah lelah karena ini adalah hidupnya, Seokjin adalah cintanya, separuh nyawanya. Namjoon hanya perlu bersabar menunggu suaminya perlahan pulih dan kembali menjadi Seokjinnya yang ceria dan penuh semangat.

“Sayang? Sayang sudah bangun ya?”

“Ya, hun?”

“Aku mau ngasi lihat sesuatu tapi janji kamu jangan histeris ya”

“Oh, hun.. jangan bikin aku tegang ya pagi-pagi”

“ish Namjoon sekali aja jangan mesum bisa??”

“Aku ga mesum cintaaa.. ayo kamu mau ngasi liat apa? aku penasaran”

“i-ini..”

Garis dua bahagia itu kembali mereka lihat bersama. Garis yang akan semakin mempererat hubungan mereka bertiga, dan Haneul pasti senang, adik yang ia nanti-nanti akan segera tumbuh besar diperut papanya.

Seokjin melihat kedalam mata elang miliki suaminya yang siap menumpahkan semua kebahagian pagi ini kapan saja. Namjoon perlahan menangkup kedua pipi lembut Seokjin dan mencium bibir gemuknya begitu lama dan dalam, air mata bahagia mengalir diantara nya, dan dada mereka terasa sangat-sangat penuh.

“Papa, daddy.. kenapa menangis pagi-pagi?” Tanya Haneul yang sudah berdiri diambang pintu kedua orang tuanya.

“Ohh sayang anak daddy, sini daddy gendong”

“Jangan dikucek matanya sayang, nanti merah”

“Kiss morning buat Haneul mana?”

Seokjin dan Namjoon berebut untuk memberikan kiss morning untuk Haneul yang sebentar lagi akan menjadi si kakak yang paling berbahagia.

***

Kim Ye Joon

“Siapa ini pipinya seperti buah persik, huh?”

“Kim Ye Joon!” jawab kak Haneul penuh semangat

“atatata dadaa aaaaa!”

“Daddy adek Ye Joon ngomong apa?”

“Ye Joon bilang kalau ia lapar kak aneul, jadi siapapun tolong beri jun mamam”

“Daddy.. Ye Joon tidak mungkin bicara sepanjang itu”

“Ya yang lapar itu bukan Ye joon tapi daddy mu kak” Seokjin pun terkekeh setelah menjelaskan pada si sulung bahwa ayahnya lah yang tidak sabar untuk makan masakannya.

“Ya ya ya baiklah.. ayah akan mengaku. Adek sayang, adek maafin daddy ya, sebenarnya daddy yang lapar tapi adek juga kan? Jadi ayo kita makan bersama sekarang, serbuuu papa sekarang!”

“YEAAAY!” sorakan kebahagiaan disemarakan oleh si kakak yang ikutan lapar

Dan disinilah mereka berempat, makan bersama, disatu meja yang sama dengan Ye Joon yang bereda dipangkuan Seokjin. Bayi si pipi persik itu disuapi bubur karena ia sudah mulai menjalani bulan pertamanya MPASI.

Mereka bahagia, tentu saja. Siapa yang menyangka perjalanan hidup Namjoon dan Seokjin yang penuh bahagia tak pernah diterpa badai? Namun bagi keduanya, kini hidup seperti ini sudah cukup bahagia bagi keduanya sekalipun badai itu seringkali datang menyerang.

Dicintai secara penuh dan jujur oleh pasangan hidupmu, rasanya seperti kau sedang berulang tahun setiap hari. Berbahagialah!

The End.

Leave a Comment

Item added to cart.
0 items - Rp 0
Beranda
Cari
Bayar
Order