KKB – 1. Whoever You, Master. Please, Take Me Home

Author: A Little Bits of Everything

“Kembalikan X-Box milikku, Jenny!”

Taehyung, game freak belia dari Korea, berdiri di hadapan tunang-annya, Jenny. Tangannya terulur ke depan; ekspresinya kesal. Jenny tidak menggubrisnya sama sekali, gadis itu justru ngotot menyembunyikan X-Box Portable milik Taehyung di balik punggung. Sebelum Taehyung menuruti keinginannya, gadis keras kepala ini tidak akan menyerah.

“Berjanji dulu oppa tidak akan mengabaikan aku dan oppa harus berhenti bermain game saat aku memintanya!”

What? Dua urat mucul di pelipis Taehyung. Dipikirnya siapa dia? Berani sekali memerintah Kim Taehyung!

“Tidak mau,” Taehyung menjawab enteng.

Oppa menantangku?” Jenny mendelik. “Nanti kubanting PSP-mu!” ancamnya sembari mengangkat X-Box Taehyung tinggi-tinggi.

“Itu X-Box, bukan PSP.”

“A-aku benar-benar akan membantingnya!” Jenny memegang X-Box Taehyung dengan tangan gemetar, antara kesal dan takut saat melihat wajah Taehyung makin mengeruh.

Kesabaran Taehyung sudah habis, tadi ia tahan besikap manis saat ayahnya di sini. Tapi ayahnya sudah pergi sejak tadi, keadaan berbeda sekarang.

“Coba kalau berani,” tantangnya.

O-oppa!” Jenny menghentakkan kakinya sekali, bermaksud menyalurkan kekesalan namun saat ia melakukannya, cengkraman tangannya mengendur, membuat X-Box Taehyung merosot cepat dan—

Trakk!

Jenny terkesiap, refleks menutup mulut karena terkejut. Sedangkan Taehyung… pemuda itu melotot horor pada X-Boxnya yang sudah patah menjadi beberapa kepingan.

Secara hiperbola, mata Taehyung mendelik menyaksikan kehancuran X-Box tersayangnya. Kalau ia punya airmata, Taehyung pasti sudah memandangi benda malang itu sambil berkaca-kaca.

X-Box Portable terbaru miliknya… yang dibelinya setelah menunggu launching dua bulan penuh sekarang sudah hancur berkeping-keping. Mati. Tidak mungkin hidup lagi sekalipun Taehyung berhasil melakban benda ini kembali seperti bentuknya semula.

Jenny menunduk, merasa bersalah. Bibirnya gemetar, nyaris tergugu karena kata maaf tidak kunjung berhasil keluar dari mulutnya. “O-oppa…”

“Keluar dari kamarku,” perintah Taehyung datar. Suaranya berat dan pandangannya tak lepas dari X-Box rusaknya.

“O-oppa!” Jenny menghentakkan kakinya lagi. Hei, ia bermaksud minta maaf tadi! Coba saja kalau Taehyung menurutinya, hal ini pasti tidak akan terjadi, kan? Jadi ini bukan salahnya!

“Kubilang keluar!”

“Tidak mau!” Jenny ngotot bertahan di kamar Taehyung. Dua minggu ia menunggu. Harusnya begitu ia pulang dari California, Taehyung menyambutnya dengan gegap-gempita. Tapi kenapa Pangerannya justru lebih mementingkan benda bodoh itu?

Oppa~” Jenny merajuk, ia mendekat bermaksud memeluk lengan Taehyung. Namun belum sempat ia menyentuh Taehyung, pemuda itu sudah menepis tangannya lebih dulu.

“Oke, kalau kau tidak mau keluar. Biar aku yang keluar!”

Oppa!”

Taehyung mengabaikannya. Ia melangkah kasar, keluar dari apartemennya tanpa peduli Jenny memanggil namanya seperti orang kesetanan di dalam sana. Taehyung merutuk, mengutuk nasib buruknya sebagai putra tunggal keluarga Kim.

Di usianya yang belia ini, 18 tahun, Taehyung sudah harus bertunangan dengan gadis manja yang egois itu. Kim Jenny. Ia juga dipaksa melanjutkan kuliah bisnis dan menghentikan aktivitas musiknya. Di atas semua itu, kegiatan gamingnya masih diganggu juga!

Fuck this!

Karena sibuk merutuki harinya, Taehyung tidak sadar kakinya sudah nyaris melangkah keluar gedung apartemen. Ia lupa jarak 50 lantai bisa berlalu secepat cahaya. Hei, apartemen mewah wajib memiliki lift hemat waktu!

Taehyung mengawasi keadaan di luar sana. Langkahnya terhenti di pintu utama gedung ini. Di luar hujan deras dengan angin kencang, dan sepertinya bukan ide bagus bagi siapapun untuk bepergian sekarang.

Taehyung meraba sakunya, dirogohnya sesaat sebelum merutuk, “Fuck!” baru ia ingat tidak membawa kunci mobil, ponsel, atau dompet. Terpaksa Taehyung harus menunggu di sini sampai hujan berhenti. Kalau Jenny tidak juga pergi dari apartemennya, Taehyung berencana menginap di rumah Bogum malam ini. Ia akan segera pergi saat hujan sedikit reda, itu rencana awalnya… sampai terdengar suara familiar yang mengesalkan itu tak jauh di belakang Taehyung.

Oppa!

Shit!” Taehyung mengumpat. Tidak perlu berpaling, ia tahu itu suara Jenny. Suara mengesalkan yang membuat Taehyung refleks berlari keluar di tengah hujan tanpa berpikir dua kali.

Lebih baik demam karena kehujanan dari pada pusing mendengarkan ocehan gadis manja itu!

Taehyung berlari lambat-lambat, tahu kalau Jenny tidak akan mengejarnya keluar saat hujan deras begini. Sesekali gadis manja itu perlu diberi pelajaran dengan diabaikan atau ditinggal seperti ini, biar Jenny sadar kalau dia itu menyebalkan.

Huatchim!” Taehyung mengusap hidungnya lalu mengumpat. Baru sepuluh menit berjalan di bawah hujan, ia sudah menggigil seperti ini.

Meskipun bajunya sudah basah kuyup, Taehyung tetap berjalan di pinggir-pinggir gedung. Berusaha mencari jalur yang bisa sedikit melindunginya dari guyuran hujan.

Coba saja kalau ia membawa kartu kendaraan, setidaknya ia bisa naik Skybus meskipun tidak membawa uang. Tapi sepertinya Jenny memang membawa kesialan untuk Taehyung.

Mata Taehyung menyipit, halte mulai tampak dari kejauhan. Dalam keadaan tidak hujan harusnya Taehyung bisa sampai di rumah Bogum dengan selamat meskipun harus menempuh perjalanan dengan berjalan kaki. Tapi saat hujan deras begini— dari pada demam, Taehyung lebih memilih untuk berteduh sebentar.

Taehyung menggigit bibirnya. Kesialannya mendadak bertambah saat ia sadar bahwa ia lupa membawa jaket dan hanya mengenakan t-shirt pendek begini…

Arrrh!

Taehyung melangkah terburu-buru, ingin segera sampai ke halte untuk berteduh. Namun semakin dekat dari halte, langkah Taehyung justru melambat. Taehyung makin menyipitkan matanya, deras guyuran hujan sedikit membuat pemandangannya pada sekeliling tampak buram, namun Taehyung menangkap siluet sosok itu. Seorang tampak menunduk, meringkuk berteduh di bawah naungan atap halte. Sedikit heran, Taehyung tetap melangkah mendekatinya. Siapa sih yang malam-malam saat hujan deras begini berada di luar rumah? Terlebih…

Kening Taehyung bertaut, semakin merasa heran. Dari jarak sedekat ini Taehyung menyadari kalau sosok itu mengenakan lingerie dan legging ketat yang begitu jelas menunjukkan lekuk tubuhnya.

Orang gila mana sih yang malam-malam nekat hujan-hujanan dengan mengenakan lingerie? Di tahun 2313?

Oh Tuhan… Dunia sudah ikut-ikutan gila.

Taehyung duduk di bangku halte, sedikit memberi jarak dari sosok itu meskipun tidak terlalu jauh. Sebisa mungkin Taehyung menjaga sikapnya untuk tampak acuh. Tapi satu kali Taehyung menengok ke samping, sedikit ‘tergugah’ melihat paha dan lekuk pinggang ramping yang tampak sempurna dengan balutan ekor melingkar seperti sabuk pinggang.

Ekor itu tampak lucu— Eh?

Taehyung mendelik.

Ekor?

Taehyung mendongkak diam-diam. Meskipun dalam hati terkejut setengah mati, ia tetap berusaha menjaga sikap. Benar saja, dari kepala pemuda yang tengah menunduk itu, Taehyung bisa melihat dua telinga hitam berbulu yang sedikit merunduk karena kuyup. Taehyung tidak melihatnya tadi karena hujan deras dan telinga kucing itu dari kejauhan tampak tenggelam bersama rambut hitam pemiliknya.

‘Mutan…’ Taehyung berbisik dalam hati. Ia sudah beberapa kali melihat mutan secara langsung, kucing dan anjing. Tapi baru kali ini Taehyung bertemu dengan seekor mutan, di bawah hujan, duduk sendirian tanpa majikan. Terlebih… mengenakan lingerie? Apa-apaan!

“Unggg~~”

Taehyung mendongak buru-buru. Suara barusan membangunkannya dari lamunan. Ia hanya merenung sebentar dan kini mutan itu sudah duduk begitu dekat di sisinya!

Taehyung bermaksud menampik mutan itu, namun suaranya tertahan. Cara mutan itu memandangi Taehyung nyaris membuatnya tersedak.

Taehyung hanya bisa melongo saat mata hitam yang bulat dan besar itu menatapnya sendu. Harus Taehyung akui, mutan ini punya wajah yang lumayan— nnggg… Manis. Terlalu manis malah. Nyaris mendekati wajah seorang gadis. Wajah bersih, hidung mungil, bibir plump pucat yang menggigil itu seolah memanggil-manggil untuk dikecup. Kulit mulus dan bentuk tubuhnya terkesan ramping. Hanya dadanya yang rata sebagai satu-satunya identitas bahwa mutan ini bukan betina.

Mutan itu menggigil, bibirnya terbuka gemetar namun tidak ada kata-kata yang keluar. Hanya mengenakan lingerie dalam situasi sedingin ini pasti sangat menyiksanya.

Taehyung berusaha menjauh, meski urung. Taehyung sadar kalau mutan ini menggenggam ujung kausnya erat, seolah tidak ingin Taehyung pergi meninggalkannya. Bagaimanapun tergodanya Taehyung untuk menyentuh kulit mulus yang sepertinya butuh kehangatan itu, Taehyung menahan diri. Mutan yang tampak sangat terawat ini pasti memiliki majikan. Mutan secantik ini tidak mungkin liar tanpa pemilik.

Taehyung menengok ke sekeliling, berusaha menemukan keberadaan seseorang yang mungkin menjadi pemilik mutan ini. Namun nihil. Tidak ada seorangpun di luar kecuali dirinya dan mutan yang tampaknya masih belia ini. Ia menghela nafas, menunduk, pandangannya kembali pada mutan yang sekarang justru menggenggam kausnya dengan kedua tangan.

Taehyung tengah menduga-duga macam-macam hal saat mata ia melihat secarik kertas tergulung dan disangkutan ke bandul collar yang melingkar kendur di leher mutan ini.

Taehyung menariknya. Ia sempat membaca nama ‘Jungkook’ terukir di bandul collar itu, lalu memutuskan untuk membuka suratnya.

Taehyung mendelik tidak percaya. Ia memandangi wajah Jungkook yang sekarang balas memandangnya penuh harap, lalu Taehyung kembali menatap surat itu. Dibacanya berulang-ulang. Seolah kalimat yang tertulis di sana salah.

‘Whoever You Master, Please Take Me Home.’

 Taehyung mendelik. Apa-apaan ini? Tidak mungkin mutan ini dibuang tuannya, kan? Kalaupun majikannya sudah bosan, mutan ini pasti akan laku dijual dengan harga tinggi. Membuang peliharaan semahal ini terkesan— janggal.

Bagaimanapun cantiknya makhluk ini, Taehyung tetap berpikir kritis. Tidak mungkin mutan yang tampak terpelihara ini dibuang begitu saja. Kemungkinan besar mutan ini bermasalah. Ilegal? Benda prostitusi? Atau mungkin makhluk ini kabur dari majikannya? Tapi kertas ini… Tidak mungkin Jungkook yang menulisnya sendiri. Aish. Apapun itu alasannya, Taehyung tetap tidak berani mengambil resiko. Berada berdua dengan mutan ini di tempat umum saja sudah cukup beresiko.

Mutan belia bernama Jungkook ini sekarang menunduk sambil mencengkeram kaos di bagian pinggang Taehyung, seolah ingin memeluk namun merasa takut.

Taehyung mengeluh risih. Ia meraup tangan Jungkook, bermaksud menarik tangan mutan itu lepas dari kausnya namun sekali lagi saat ia merasakan betapa dinginnya tangan Jungkook, Taehyung urung melaksanakan niatnya. Taehyung menggigit bibir, entah mengapa tiba-tiba merasa iba. Padahal ia dijuluki Setan Paling Tega Sedunia oleh sepupu-sepupunya. Sekarang hanya dengan melihat Jungkook gemetar sambil terus berusaha menempel padanya, Taehyung merasa perasaannya melembut dengan segera. Entah kenapa tiba-tiba timbul perasaan bahwa ia memang tidak bisa meninggalkan mutan ini sendirian.

Sekujur tubuh mutan ini menggigil hebat, gemeretak gigi dan suara ‘unggg’ lemah terdengar samar dari bibirnya. Taehyung bahkan bisa mendengar suara napasnya yang terputus-putus. Mungkin kalau Taehyung meninggalkannya sekarang dan mutan ini tidak bertemu dengan siapapun lagi sampai besok hari— Taehyung yakin mutan ini akan mati kedinginan.

“Ya Tuhan… Anak zaman sekarang…”

Taehyung tersentak. Suara barusan nyaris saja membuat jantungnya copot. Sepasang paruh baya lewat di depan halte bus sambil berjalan kaki. Begitu melihat ke arah pasangan itu, baru Taehyung sadar kalau hujan sudah reda sejak tadi.

“Anak muda jaman sekarang tidak malu berbuat mesum di tempat umum. Dan lihat itu. Oh, Tuhan… Menggunakan lingerie di saat dingin begini. Majikan sinting! Kasihan sekali mutannya, sayang. Ckck!” si wanita bermaksud berbisik-bisik, namun sepertinya ia sengaja tidak menahan suara karena memang berniat menyindir.

Taehyung melotot. Jadi ini salahnya? Mendengar komentar barusan Taehyung tanpa sadar melingkarkan tangannya di pinggang Jungkook, lalu dipeluknya tubuh mutan itu seolah ingin menunjukkan image ‘majikan baik’. Namun sepertinya maksud Taehyung di salah artikan oleh dua pasangan miskin itu.

“Ya ampun, dia mau berbuat tidak senonoh di halte Skybus! Kita harus melaporkannya pada pos polisi di sana,” timpal si pria.

Taehyung mendelik kesal. Cukup! Ia sudah tidak tahan mendengar komentar mengesalkan itu. Pasangan tadi sudah berlalu agak jauh. Taehyung sudah berniat meninggalkan mutan ini sendiri, tidak peduli lagi apapun yang akan terjadi padanya karena Taehyung benar-benar tidak ingin mengambil resiko. Namun baru saja Taehyung berdiri, Jungkook menarik kausnya erat dan yang lebih parahnya lagi… Sekumpulan orang lain berjalan semakin mendekati halte.

Taehyung merasa terdesak. Entah kenapa otak jeniusnya tiba-tiba sulit berfungsi. Yang ada di pikirannya sekarang hanya menghindar dari omongan orang-orang yang mengira dirinya berbuat mesum.

Tanpa berpikir panjang, Taehyung merangkul bahu Jungkook yang memang sejak tadi menolak menjauh darinya. Dan sebelum orang lain sempat berkomentar macam-macam atas penampilan Jungkook, Taehyung sudah menuntunnya pergi dengan langkah terburu-buru.

Reviews

There are no reviews yet.

Be the first to review “KKB – 1. Whoever You, Master. Please, Take Me Home”
Beranda
Cari
Bayar
Order