Tiny Toes – 14. Mama

Author: Miinalee

Satu hari Jungkook ragu pada keputusannya sendiri. Rasanya seakan eksistensinya sebagai manusia yang membawa Nymeria ke dunia digerus hanya karena perkara sebutan “Dada”. Saat ia berjalan keluar menikmati matahari pagi, membawa putrinya yang masih bayi menggunakan troli, seorang wanita paruh baya menyapanya dengan amat ramah, lalu obrolan panjang berawal disana

“Aduhai, cantiknya! Siapa namanya? Berapa usianya? Berapa berat badannya? Lihat betapa sehat pipi dan senyumnya.”

Jungkook menjawab pertanyaan itu satu demi satu, dengan antusias amat sangat. Seperti memamerkan mahakaryanya yang paling luar biasa, diangkatnya Nymeria dan dipeluknya di depan dada. Tapi saat pertanyaan dan komentar pamungkas dilontarkan,

“Mana ibunya? Oh, dada yang baik! Lihat wajah cantik ini pasti diwarisi dari ibunya ya?”

Jungkook tersenyum, lalu menarik senyumnya turun, lalu tersenyum lagi, lalu memberengut lagi hingga kelu rasanya. Dia harus merespon apa?

Dua perasaan berlawanan menerjangnya saat itu. Dan dua keinginan berbeda berebut memaksa dieksekusi.

Pertama-tama, wanita ini memujinya sebagai seorang ayah, yang membuktikan penampilannya sebagai seorang pria begitu memesona. Jungkook menyukainya.

Kedua, jadi ayah bagi Nymeria sama artinya harus melepas kenyataan bahwa dirinya lah yang berjuang hidup dan mati demi membawa makhluk kecil ini ke bumi. Dan Jungkook tidak rela.

Setelah membiarkan batinnya berkecamuk sesaat, Jungkook memutuskan perkara kedua jauh lebih genting. Jadi dibaringkannya lagi Nymeria ke atas troli dan pemuda itu mengangguk pada wanita paruh baya, teman barunya hari ini.

“Aku ibunya, aku yang mewarisi paras cantiknya. Permisi,” katanya sembari pergi.

.

.

.

Apakah drama itu berhenti sampai disana?

Oh, tentu tidak.

Arthur harus tahu Jungkook merasa perasaannya diobrak-abrik dan eksistensinya dijungkir balik. Dan pria itu harus jadi wadah bagi amarahnya. Jadi saat sampai ke rumah, Jungkook menumpahkan segala protesnya disana.

“Aku mau Me’ memanggilku Mama! Jangan ada lagi orang salah paham dan menyangka bayiku keluar dari wanita entah siapa!”

“Bird-“

“Aku yang tarik napas, tahan napas, dan hampir robek demi membawanya ke dunia tapi wanita lain yang dapat apresiasi soal itu?! Over my dead body!”

“Okay, bird, aku tidak keberatan. Tapi…”

“TAPI APA?”

“Me’ belum bisa bicara.”

“AJARI SEKARANG!” seruan pemuda itu menggema di koridor depan rumah mereka, hingga hilang sosok tubuhnya, Arthur masih bisa mendengar rentetan amarahnya sayup-sayup dari luar rumah.

Mau tidak mau, Arthur berlutut di depan troli Nymeria. Bayi kecil itu menatapnya dengan dua mata bulat yang terheran-heran, sibuk mengulum setengah kepal tangannya sekaligus sibuk berpikir keras seakan bertanya-tanya, ‘Drama apa lagi dada?’

“Okay, I guess early lesson, girl? Say ‘Ma… ‘Ma?”

.

.

.

Esoknya Jungkook tidak mau lagi dipanggil Mama, untuk alasan dan drama baru yang narator sudah malas mengetiknya. Sekian dan terimakici.

Reviews

There are no reviews yet.

Be the first to review “Tiny Toes – 14. Mama”
Beranda
Cari
Bayar
Order