2. Mine
Tw // unplanned pregnancy , possessive behavior, Jungkook a bit psycho, mentioned rape
“Aku hamil..”
Jimin tersedak dan nyaris mati saat tteokbokki yang dia makan salah masuk jalur. Terbatuk-batuk dan berkaca-kaca, saat berhasil jauh dari pintu kematian. Jimin minum air putih banyak-banyak kemudian berkata, “HAH?!?? KOK BISA?! ANAK SIAPA?!”
“Anak siapa lagi? Aku jarang keluar, tidak menjalin hubungan dengan siapapun. Menurutmu anak siapa lagi?” Kata Taehyung, wajahnya lebih tenang ketimbang sahabat nya yang nyaris mati.
“DIPERKOSA?!”
“Ssshhh, jangan teriak-teriak! Dan tidak.. Tuan Muda tidak pernah.. memaksa.. pernah sekali.. tapi setelah itu tidak pernah lagi.” Taehyung menatap tteobeoki yang berlumur saus gochujang merah membara, belum tersentuh sama sekali. Sayang sekali tapi Taehyung sama sekali tidak nafsu.
“Lalu? Apakah sudah bilang dengan tuan muda mu itu?”
Omega dengan rambut perak itu menggeleng pelan, “belum, aku resign.”
“APAA?!? KENAPA?!?” Jimin lagi-lagi berteriak, keras sekali sampai bibi penjual kebingungan pengunjung heboh sendiri
“Ssshh, kan sudah kubilang jangan teriak.”
“Bagaimana bisa tidak teriak? Beritanya terlalu mendadak dan aku yang bingung bagaimana bisa kau setenang ini!” Jimin mendekat, air mukanya terlihat serius lalu berbisik, “kau mengandung keturunan Jeon! Raksasa Busan!”
Menghembuskan nafas, Taehyung minum teh oolong nya, “maka dari itu aku resign dan tidak memberitahu.”
“Apa? Jangan-jangan.” Jimin menutup mulutnya, matanya membola terkejut. “Mereka akan menyuruhmu untuk aborsi jika mereka tahu?”
Taehyung mengangkatnya bahu, “iya mungkin, Jungkook mungkin tidak akan menerima juga.”
“APA?!” Jimin kembali berteriak bahkan berdiri sampai kursi kecilnya jatuh. Kali ini air mukanya terlihat marah.
“Jimin, aku bilang tenang, duduk! Maaf bibi tidak ada apa-apa hahaha tteokbokki nya enak bibi!” Omega itu membungkuk pada bibi penjual tteokbokki yang wajahnya khawatir mendengar ribut-ribut di warung kecilnya.
“Kok bisa dia tidak menerima anak itu? Itu sudah pasti anaknya! Enak saja, berani berbuat berani bertanggung jawab! Jangan lari seenaknya, kau bukan barang Tae!”
Bibir Taehyung menipis, kendati wajahnya lebih pucat omega itu tetap terlihat manis dalam balutan kemeja berwarna creme tipis dan celana coklat. “Kau tahu kan tuan muda seperti apa?”
“Tahu, tampan.”
“Aku tidak bicara wajahnya aku bicara sifatnya.”
“Ah, licik, manipulatif, posesif dan obsesif juga brengsek.”
“Dia tidak brengsek.”
“Apa namanya kalau bukan brengsek? Dia tidak mau menjadi alpha bertanggung jawab dan malah membuangmu seenaknya seperti ini saat kau sedang hamil pula.”
“Aku belum memberitahu dia kalau aku sedang hamil, aku resign lebih dulu sebelum dia tahu.”
“Kalau gitu bagaimana kau tahu dia tidak akan menerima anak itu jika kau saja belum beritahu.”
Taehyung kembali menghela nafas dan meminum teh oolongnya lagi. Cuaca terik dan udara kering dan panas. Taehyung tidak terbiasa keluar terlalu lama dibawah terik matahari tapi karena ingin bertemu kangen dengan sahabat satu-satunya di warung samping jalan Taehyung menerobos panas dan duduk ditemani sebotol teh oolong dingin untuk menyejukan badan. “Seperti yang kau bilang, Tuan Muda Jungkook itu posesif dan obsesif dia juga tidak menyukai anak kecil. Perasaan ku berkata dia tidak akan mau mempunyai anak tiba-tiba seperti ini, mungkin dia sama sekali tidak terpikirkan soal anak. Apalagi dari ku.”
Jimin menggebrak meja, tidak hanya bibi penjual yang nyaris jantung saat menyendok gochujang, pengunjung dan orang lalu lalang juga terkejut dibuatnya. Taehyung pun tanpa terkecuali, “apa maksudmu?! Tidakkah kau sadar Jungkook mencintaimu???”
“Aku percaya kalau aku hanya objek obsesi nya saja dan pelarian sejak ibunya meninggal karena ayahnya.”
Jimin mengerjap, “o-okey aku tidak tahu soal itu tapiii!! Dia benar serius mencintaimu tae!”
“Tidak Jimin, dia tidak mencintaiku. Dia tidak pernah menyatakan perasaannya atau berkata mencintaiku.”
“Aish! Bodoh!!” Omega berambut merah mudah itu mulai frustasi, “melihat pun jelas Jungkook mencintaimu. Dari cara dia melihatmu dari cara dia memperlakukanmu, sudah jelas dia mencintaimu! Cinta lebih terasa makna nya lewat tindakan tahu! Lihat aku! Yoongi jarang berkata ‘aku mencintaimu’ tapi aku menikah dengannya dan langgeng dua tahu bersamanya walaupun kucing menyebalkan itu selalu berkata ‘pendek, pendek’ terus!” Jimin mencengkram pundak Taehyung erat, “Jungkook mencintaimu! Lebih dari yang kau tahu dan terlihat hampir diseluruh bagaimana dirinya bersikap dan bicara denganmu seolah dia tengah memujamu!!”
Taehyung sejujurnya tidak kaget, hati kecilnya selalu tahu kalau Jungkook mencintainya dsn dari lubuk hati Taehyung pun dipendam rasa cinta yang sama. Sejak dulu, sejak lama. Adik yang selalu mengikuti kapanpun telah berubah menjadi alpha luar biasa di mata Taehyung sejak umur 17.
Sentuhan Jungkook pada malam pesta masih terbayang dan ciuman yang Jungkook curi diam-diam di mansion Jeon juga masih membekas. Awal mula yang membuat perasaan yang dia pendam jauh meluap sedikit demi sedikit. Kotak pandora itu sudah tidak bisa menampung perasaan Taehyung yang kian besar di setiap sentuhan bahkan setiap namanya dipanggil oleh yang lebih muda. Itu yang membuat Taehyung mulai berani menggoda sang tuan muda. Rok seragam kian pendek, tatapan panas dari ujung koridor saat mengepel lantai demi perhatian sang tuan muda padanya. Seragam khusus jam 10 malam juga adalah hasil inisiatif sendiri demi mendapatkan pujian dari Jungkook. Taehyung suka dipuji cantik oleh laki-laki itu, Taehyung suka setiap tatapan dan sentuhan Jungkook di tubuhnya bagai sedang memuja dewa dan makhluk paling cantik dimuka bumi. Taehyung menyukai itu.
Sayang perasaan itu harus ia pendam kembali dan memastikan kotak pandora dalam hatinya terkunci. Taehyung sadar betul posisinya hanya seorang pelayan tidak pantas bersanding setara dengan sang tuan.
“Kim, kau boleh menjadi pelacur Jungkook, ku akan tutup mata soal kau yang sering tidur bersamanya. Namun kau harus ingat dan sadar posisimu karena suatu hari nanti Jungkook akan menikah dengan orang lain yang lebih pantas menjadi pasangannya. Kau hanya pelayan dan objek saja, tidak lebih, tidak kurang. Dan objek seharusnya tidak punya perasaan.” Kata-kata tuan besar di mansion menampar nya keras hingga dia bangun kembali ke kenyataan. Mengingatkannya kembali kalau Cinderella harus pulang setiap jam 12 malam. Gaun cantik, sepatu kaca akan menghilang setelah tengah malam.
Taehyung tidak bisa membunuh perasaannya sendiri. Tidak, jika Jungkook selalu menatapnya seolah dia adalah satu-satunya di muka bumi ini. Akhirnya perasaan itu dimasukkan ke dalam pandora dan menguncinya rapat.
Sampai dua garis biru hadir dua minggu lalu. Pantas tubuhnya mudah lelah, pantas Heat nya tak kunjung datang, ternyata ada hidup baru yang sedang tumbuh dalam dirinya. Taehyung menangis di kamar mandi, perasaannya senang bukan main. Akhirnya… akhirnya kotak pandora itu bisa dia buka dan dia berikan pada seseorang. Taehyung pastikan seluruh cintanya pada Jungkook akan dia berikan pada mini versinya. Bahkan jika Jungkook tidak menginginkan anak ini, akan Taehyung pastikan jiwa mungil ini lahir ke dunia. Dengan cinta dan kasih penuh dari sang papa.
“Tae? Tae?? Bumi kepada Taehyung? Masuk?”
Taehyung mengerjap kembali sadar dari lamunannya, “iya? Kenapa?”
“Kau tiba-tiba melamun!”
“Maaf, mungkin karena lelah? Akhir-akhir ini aku mudah lelah dan sering melamun sampai ketiduran.”
“Wahh benarkah? Ngomong-ngomong, saat kau resign apa Jungkook marah? Bagaimana reaksinya saat itu??” Wajah Jimin mendekat, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu.
Taehyung mengingat-ingat, “murka.”
“Murka?” Sahabatnya membeo bingung.
“Iya, bukan marah tapi murka. Aku memberikan surat resign ku di meja dan Jungkook menggebrak meja keras. Merobek surat itu lalu…”
Wajah Jimin kian dekat, mata abu-abu itu menatapnya penuh antisipasi seakan Taehyung tengah menceritakan kisah orang lain, “lalu?”
“Lalu dia mencengkeram pundakku keras, mendorongku ke dinding dan mengancam jika aku berani pergi, dia akan membuat ibuku menderita,” Taehyung berucap tenang seakan cerita itu memang kisah orang lain.
Namun rasa nyeri hadir di pundaknya dan membuat Taehyung sadar kalau kejadian itu benar-benar terjadi tiga hari yang lalu. Jungkook murka, matanya nyalang dan aroma gaharu itu menjadi pedas di lidah hingga Taehyung sendiri sesak. Menggebrak meja hingga omega itu terperanjat dan mencengkram pundak sampai rasanya remuk, memang berbekas dan biru. Mata bulat Jungkook tajam dan nyalang, menatapnya seakan ingin menghancurkan kaki Taehyung agar omega itu tidak pergi. “Jika kau berani pergi dari ku, ibumu yang akan jadi bayarannya,” Jungkook mendesis hingga Taehyung bergidik ngeri.
Omega tahu ancaman itu serius dan Jungkook tidak akan ragu melakukannya tapi Taehyung tetap kabur saat tengah malam diam-diam. Dan syukur tiga hari dia bersembunyi dan terus berhubungan dengan ibunya di Busan, wanita itu berkata kalau dia baik-baik saja dan memberitahunya kalau Tuan Muda Jeon belum kembali ke Busan. Taehyung sedikit bernafas lega. Berarti Jungkook tengah sibuk mencarinya di Seoul dan belum sempat ke Busan.
“Wah, aku benar-benar tak percaya kau bisa tahan dengan pria menyeramkan seperti itu,” Jimin menghembuskan nafas tak percaya.
Taehyung hanya tersenyum kecil seraya menatap tteokbokki yang belum ia senyuh, kadang Taehyung juga tidak percaya kalau orang seperti Jungkook mencintainya. Jika saja dia lahir dari keluarga berada mungkin… mungkin saja Taehyung bisa bersanding setara dengan Jungkook, menggenggam tangannya tanpa takut, mencium bibir itu tanpa ragu.
“Tae lalu kau sekarang bagaimana? Kau tinggal dimana?”
“Aku tinggal di pinggiran Seoul, apartemen kecil murah. Aku akan mencari kerja.”
“Kerja apa?”
“Hmm mungkin pramusaji?”
Jimin terbelalak, tteokbokki yang sedang dia suap berhenti di pertengahan udara, “Tae!! Kau lulusan terbaik Seoul University kenapa jadi pramusaji?!”
“Aku tidak punya pengalaman bekerja dan aku terbiasa dengan pekerjaan seperti itu Jimin. Hanya itu yang terpikirkan.”
“Aduh bodohnya teman ku ini, selama ini terkurung di sangkar emas Jungkook sampai membuatmu seperti iniii!! Aish!” Jimin melahap tteoknya, pipi menggembung dengan bibir penuh maju menggemaskan. Sahabat pertamanya dan satu-satunya sejak sekolah menengah atas. “Tae, hamil itu berarti ada manusia diperut mu kan?”
“Hmm? Iya kenapa?” Taehyung menjawab seraya mencari eommuk di dalam piring plastik. Dia harus makan walaupun tidak nafsu.
“Uhmm, b-boleh aku menyentuh perutmu?”
Taehyung berkedip, sedikit bingung dan terkejut, “apa?”
“Aku.. hanya penasaran bagaimana rasanya. Jadi boleh aku menyentuh perutmu? Merasakan bayinya?” Jimin bergumam pelan, pipi bersemu merah dan merona.
Senyum Taehyung mengembang, “tentu! Kemarikan tanganmu.” Taehyung menuntun tangan mungil Jimin ke perut nya yang masih rata. “Masih belum terasa, tapi beberapa minggu lagi akan terlihat!” Mata abu-abu Jimin berbinar dan Taehyung bisa melihat omega itu menghela nafas takjub, “Jimin, aku rasa kau bisa memberikan satu untuk Yoongi. Beda denganku aku yakin Yoongi akan senang.”
Netra Jimin membola, terkejut dan sekilas nampak sendu. “Aku—”
Sebelum Jimin selesai berucap sebuah mobil hitam mengkilap menerobos trotoar hingga nyaris menabrak warung Tteokbokki dan membuat bibi penjual serangan jantung. Jimin terperanjat kaget dan spontan memeluk Taehyung yang ikut terkejut saat mobil hitam yang dengan sengaja masuk ke trotoar. Nafas Taehyung tercekat, dia hafal mobil hitam mengkilap tanpa debu itu, dia hafal plat nomor mobil khas itu dan jantung nya nyaris berhenti saat seorang Alpha yang tak lagi asing keluar dengan kemeja dan rambut berantakan.
Langkahnya panjang tergesa menghampiri Taehyung dan seketika tangan besar bertato sudah meraih tangan Taehyung lalu menariknya dalam ciuman kasar penuh nafsu.
Taehyung nyaris kehilangan nafasnya saat bibir itu bertemu dan melumatnya rakus tanpa ampun. Taehyung berusaha mendorong alpha itu tapi cengkraman tangan alpha itu makin di pinggangnya.
“T-tuan! Tuan lepas!! Lepas!!” Setelah beberapa kali mencoba mengelak, Jungkook melepas ciumannya. Mata coklat Jungkook bertemu dengan mata biru Taehyung. Sakit, kecewa, marah semua berkecamuk dalam sepasang netra Jungkook.
“Pulang,” Jungkook berucap pelan, “PULANG KATAKU SEKARANG!!!” Suaranya meninggi, melengking, membentak Taehyung hingga omega itu tersentak terkejut. “Aku mencarimu, tiga hari tanpa tidur dan sekarang takkan kubiarkan kau lepas lagi, Kim Taehyung,” Tatapan Jungkook tajam seperti hendak menerkam tapi Taehyung juga bisa melihat mata coklat itu berkaca-kaca seperti ingin menangis. Bagi Taehyung, sekarang Jungkook tidak seperti sedang mengancam, bagi Taehyung Jungkook sekarang bagai bocah yang ketakutan karena ditinggal sendirian. Dada Taehyung ngilu melihatnya. Ah, perasaan ini rasanya seperti kutukan sendiri.
“Kookie—”
“PULANG SEKARANG KATAKU! JIKA KAU BERANI MENCOBA KABUR LAGI, AKU TAK SEGAN MENYAKITI IBUMU!!”
Seperti anak kecil. Seperti anak kecil yang sedang tantrum karena ditinggal sendiri. Jungkook walaupun tubuhnya besar jiwa kecilnya masih punya ketakutan akan dikhianati dan ditinggalkan.
Rambut yang biasa tertata rapi dan licin sekarang berantakan bahkan terlihat berminyak tak terurus. Kantung mata terlihat jelas dibawa netra keras dan jenggot halus mulai tumbuh di sekitar rahang dan dagu. Wajah tampan itu juga terlihat pucat dan sayu.
Baru tiga hari.
Hanya tiga hari.
Tapi Jungkookie sudah ketakutan setengah mati.
Gertakan Jungkook soal menyakiti ibunya pasti akan terjadi dan Taehyung tidak punya pilihan lagi. Ah, bukan. Taehyung sebenarnya sudah memilih.
“KIM TAEHYUNG! DENGARKAN AKU!”
“Jungkook! Kau tidak bisa seperti itu!! Jangan paksa Taehyung sudah cukup kau mengurungnya!! Lepaskan Tae—” Jimin mencoba menengahi dan menarik paksa tangan Jungkook tapi lelaki itu segera menepis tangan Jimin kasar hingga nyaris jatuh. Atensi Jungkook beralih, tatapan nyalang menyeramkan menatap Jimin sampai lelaki itu gentar beranjak.
“Jangan ikut campur.”
“Tuan Muda,” Panggil Taehyung, perangainya masih tenang kendati menjadi pusat perhatian dan dihadapkan Jungkook yang seperti sedang ingin melahap seseorang. “Saya akan kembali, tapi dengan beberapa syarat.”
Netra Jungkook membulat dan berbinar, persis seperti anak kecil yang dijanjikan mainan,”katakan. Katakan apa maumu, Gajimu kurang?? Kau ingin berapa? Katakan Taehyung, dunia akan kuberikan padamu jika itu perlu.”
“Aku ingin kau tidak menyentuh ibuku, biarkan dia sendiri lalu aku tidak butuh uang.. tapi aku ingin kau berikan dunia, bukan untukku tapi untuknya,” Taehyung menuntun tangan Jungkook ke arah perutnya yang rata, “aku akan kembali jika kau tidak mengganggu ibu dan sahabatku juga biarkan anak ini hidup.”
Taehyung bisa melihat perubahan ekspresi Jungkook yang semula keras dengan dua alis menekuk kini pucat nyaris pasi seperti mayat. Bibirnya setengah terbuka dengan mata begitu bulat. “Anak apa?”
“Aku hamil dan aku mau anak ini tetap hidup dan lahir.”
—
Jungkook masuk ke ruang kerjanya seperti badai. Membuka kasar dan membanting pintu dengan suara keras. Sedari dia menginjakan kaki di kantor, Jungkook seperti membawa awan mendung ke dalam gedung. Alis terus menukik, bibir menekuk dan tatapan sengit. Bukan rahasia umum jika Jungkook mempunyai perangai menyeramkan dan selalu terlihat bad mood tapi hari ini lelaki itu nampak seperti ingin membuang kursi dari lantai sepuluh tiap waktu. Tidak ada satu karyawan yang berani mendekat barang menyapa. Takut-takut salah bicara dan asih untung jika dipecat bagaimana jika dicekik dan dibanting ke meja. Semua karyawan tidak ingin cari mati saat hewan buas dalam Jungkook sedang bangkit.
Tidak semua sih. Ada satu yang masih berani mengetuk pintu ruangan Jungkook tanpam takut mati, “Pak Jeon, ini Min Yoongi.”
“Masuk,” Yoongi mengangguk kecil lalu masuk ke kandang singa itu. Seluruh karyawan sama-sama menahan nafas dan berdoa semoga Manajer mereka bisa keluar dengan selamat.
“Kau kenapa?” Tanpa basa-basi Yoongi bertanya langsung apalagi saat melihat pemuda itu tengah duduk bersandar di kursinya dengan wajah kian kusut. “Kau tidak muncul tiga hari di kantor dan saat muncul wajahmu seperti ini. Kau sama sekali tidak menemukan Taehyung? Bukannya sudah ku beritahu info apartemen yang menggunakan nama itu tadi pagi?”
Jungkook mengerang sambil memejamkan mata, “sudah, aku sudah menemukan Taehyung di perjalanan ke sana.”
“Bagus! Lalu kenapa wajahmu kusut seperti itu? Wajahmu memang selalu tertekuk tapi setidaknya auramu jangan seperti orang yang ingin menggigit kepala orang lain,” Yoongi pergi ke pojok ruangan dimana tempat alat seduh kopi tertata rapi dan menuang dirinya sendiri kopi panas. Dia sudah cukup mengenal Jungkook sampai tak perlu segan lagi dan menghilangkan formalitas di tempat pribadi.
“Taehyung hamil.”
“APA!!?” Yoongi nyaris menumpahkan kopi panasnya saat mendengar berita itu, “kau bercanda?? Bagaimana bisa?!”
Jungkook menatapnya tajam, “apakah aku terlihat bercanda?!”
Yoongi melihat wajah Jungkook yang seperti nya bertambah tua dua tahun karena sekian kerutan di kening, “o-okey. Aku percaya,” Yoongi menuang krimer ke dalam kopinya dan duduk dihadapan Jungkook sambil memberikan segelas kopi hitam. “Bukannya bagus kau bisa menggunakan kesempatan ini untuk menikah dengan maid kesayanganmu itu?”
“Tidak semudah itu, terima kasih.” Jungkook mengambil kopi dan menyesap larutan hitam pahit itu, membiarkan rasa pahit membangunkan seluruh sell tubuhnya juga menjernihkan pikirannya. “Keluargaku tidak akan menerimanya semudah itu hanya karena Taehyung mengandung anakku. Mereka bisa jauh lebih nekat dan aku sudah punya rencana sendiri soal ini. Namun karena anak itu hadir diluar perkiraan, setengah rencanaku hangus dan aku bingung harus apa. Bukti juga masih belum terkumpul kan, Hyung?” Kalimat terakhir tajam seraya menatap Yoongi didepannya yang dengan segera membuang muka.
“Sudah kubilang, buktinya sudah banyak dihancurkan dan nyaris tak bersisa. Akan memerlukan waktu cukup lama untuk membawa kasus ini ke media.”
Jungkook menghela nafas kasar sambil mengusap rambutnya, “dasar tua bangka sialan. Pintar sekali menutupi bangkai busuk, akan ku cari bangkai itu bahkan jika harus menggali kuburannya nanti saat dia mati,” Jungkook menggeram, setiap katanya bagai sumpah serapah yang siap dilaksanakan kapan pun.
Yoongi menyesap kopinya dengan perasaan tak nyaman, pemuda ini memang sedikit gila dan psikopat, “lalu kau akan bagaimana? Kau dan Taehyung? Taehyung sekarang dimana?”
“Aku mau tak mau menerima syaratnya agar dia kembali, pulang.”
“Syarat apa?”
“Tidak menyentuh ibunya dan membiarkan anak itu lahir.”
Yoongi mengerjap beberapa kali, “tunggu, memang kau tidak ingin anak itu lahir?”
Jungkook kembali bersandar di kursinya dan menatap langit-langit, “tidak. Aku tidak menginginkannya. Anak itu tidak pernah ada dalam rencana masa depan ku dengan Taehyung. Aku ingin menyingkirkan.” Hanya Jungkook, hanya Jungkook yang bisa mengatakan itu semudah seakan tengah membicarakan cuaca. Kendati demikian, ekspresi pemuda itu gamang dan pandangan nya terlihat jauh menatap langit-langit sampai Yoongi tidak bisa menebak jalan pikirannya saat ini.
Yoongi memang tidak pernah bisa mengerti pikiran Jungkook yang sedikit ‘gila’. Setiap perilakunya dan idenya diluar nalar manusia ‘normal’. Lelaki itu diberi gelar lelaki jenius seantero semenanjung korea tetapi memang semua ada harganya karena kejeniusan itu Jungkook kurang empati.
Yoongi tidak mengenal Jungkook lama, mereka bertemu saat di kuliah, 6 tahun kurang lebih. Dan setelah 6 tahun bersama dan mengobservasi Jungkook, Yoongi menarik kesimpulan kalau pemuda itu memiliki pemikiran brilian yang sayangnya psikopat—sosiopat lebih cocok karena lelaki ini jarang tersenyum manis.
Manipulatif, licik dan kurang empati. Jungkook tidak segan mengotori tangannya demi tujuannya. Namun selama enam tahun bersama itu, Jungkook tidak pernah benar-benar melakukan sesuatu diluar batas. Mungkin bisa disebut ‘nyaris’ melakukan tapi selalu berhenti disaat-saat terakhir. Selalu saja seperti itu dan alasannya karena satu orang, Kim Taehyung. Omega itu adalah kompas moral Jungkook yang sudah buta mana yang benar dan mana yang salah. Dan lelaki itu akan melakukan segalanya demi pelayan omega bahkan sampai tak segan membakar dunia. Semua demi Taehyung. Hanya Taehyung seorang.
Jika Jungkook ingin membunuhmu jangan minta ampun pada nya tapi memohonlah pada Taehyung seakan kau tengah berdoa pada dewa. Karena sesungguhnya pengampunan Jungkook berada di tangan Omega bermata biru bening dengan rambut perak.
“Sudah bicara ini dengan Taehyung?”
“Sudah, berjam-jam di jalanan. Mengancam menyakiti Sunhee juga tidak berhasil, Taehyung sudah memutuskan untuk membesarkan anak itu. Aku sudah bilang kalau aku tidak menginginkannya tapi dia bilang tidak masalah, aku tidak perlu bertanggung jawab yang penting anak itu lahir.”
“Kau membiarkannya?” Yoongi bertanya dengan satu alis terangkat.
“Aku tidak punya banyak pilihan, selama Taehyung kembali pulang, selama Taehyung kembali padaku meskipun enggan menerima syarat itu, aku akan membiarkan anak itu untuk sekarang. Akan ku urus nanti.” Jungkook menghembuskan nafas, masih menatap gamang langit-langit ruangannya.
Sejujurnya Yoongi cukup terkejut dengan keputusan Jungkook. Jungkook bisa saja memaksa dan mengancam lebih tapi Jungkook lebih takut kehilangan Taehyung. Omega itu adalah soft spot Jungkook yang bisa jadi masalah di masa depan.
“Kau tidak bisa begitu Jungkook, berani berbuat berani bertanggung jawab. Jika Taehyung sudah memutuskan untuk menjaga dan membesarkan anak itu kau tidak bisa memaksa kehendak. Itu tubuh Taehyung.” Yoongi berkomentar pelan seraya menikmati aroma kopi dan menikmati rasanya. Namun dirinya terkejut bukan main saat Jungkook menatapnya dengan mata membulat masih gamang. Bukan tatapan tajam mengerikan yang Yoongi lihat melainkan setitik air mata yang jatuh di pipi Jungkook kendati ekspresi datar di wajah itu.
“Tapi, Hyung… anak itu akan merenggut Taehyung dari ku.”
TBC
You must be logged in to post a review.
Related Paid Contents
-
🔒 Braven – 14. Credence
Author: Miinalee -
🔒 Braven – 29. Fractured
Author: Miinalee -
🔒 Dunia Lain: Prolog
Author: Ipul RS -
🔒 Sugar, Baby – Special Ch
Author: Narkive94
Reviews
There are no reviews yet.