Jungkook mendongak padanya, menatapnya dengan sejuta kecewa. Sorot angkuhnya yang biasa berganti dengan sepasang mata berkaca-kaca. Apalagi caranya bertanya berulang-ulang sambil mengekori Arthur kesana-kemari dan megangi perut besarnya itu…
Arthur hampir berlutut dan menyerah disana.
“Kau sungguhan tidak ingat ini hari apa?”
“Tidak. Ada apa?”
“Ini 1 September Arthur,” ujarnya lembut. Jungkook masih berada pada fase satu kali sepuluh juta di mana seharian ia menggunakan suara lembut dan bersikap baik pada semua orang. Arthur merasa, mukjizat yang jarang sekali terjadi ini disia-siakannya dengan berkata.
“Ya. Terus?”
“Apa kau belum tidur tiga hari sampai jadi pelupa begini?”
“What do you want, Bird?”
“Temani aku ke atas.”
“Jangan naik, Julien dan Martin sedang meracik meth baru di lantai atas.”
“Kalau begitu temani aku keluar!”
“Aku sibuk, cari orang lain untuk diganggu.”
Jungkook langsung mengatup bibirnya. Pemuda itu menatap Arthur terluka. “Oke.” katanya sambil berbalik, keluar menuju pintu seorang diri. Langkah pelannya agak terseok dan dua tangannya masih memegangi perut. Arthur menelan ludah susah payah. Kaki besarnya bergerak-gerak, hampir kalah pada niatnya untuk menerjang Jungkook dan memeluknya dari belakang sambil mengucapkan maaf berulang-ulang.
Tapi Angel ber-pst! pst! dari arah dapur, melotot padanya dengan telunjuk menempel di depan bibirnya.
Wanita itu baru datang bersama Jean dari pintu belakang, membopong berkardus-kardus barang. Persiapan mereka untuk menyambut ulang tahun Birdie. Tapi Jungkook tidak boleh tahu, begitu lah ritualnya. Hal aneh macam itu kabarnya dilakukan banyak anak muda sejak dulu. Arthur belum pernah dengar, dan sekarang ia memutuskan membenci ritual begini. Tren macam apa ini?
“I don’t like this shit.”
“You can do it, Boss,” Jean menepuk-nepuk bahunya sambil naik ke lantai dua.
Di kamar atas, semua orang sudah berkumpul, kerja rodi sambil berusaha tidak menimbulkan suara. Mengecat dinding-dinding, menyusun perabotan, merakit keranjang bayi yang terpaksa diselundupkan terpisah demi tidak disadari oleh Jeongguk. Akan lebih mudah bila Arthur membayar seseorang jauh-jauh hari demi semua ini, tapi seperti yang dikatakan Angel “It won’t be a surprise then.”
Surprise my ass. Arthur mengawasi pekerjaan semua orang dengan geram sambil mengutak-atik sesuatu di ponselnya. Satu menit berlalu, Arthur sudah membeli satu unit apartemen baru di New York, sekian persen saham Tesla, tiket berlibur ke Bora Bora, dan seutas kalung setara harga satu unit rumah di wilayah Nevada. Semua atas nama Jungkook. Apa itu cukup membuatnya mendapatkan maaf pacarnya. Arthur tidak yakin, dari jarak 500 meter ia sudah bisa mengendus drama.
Saat Julien menoel bahunya takut-takut demi mengabari semua orang selesai mempersiapkan ruangan itu untuk pesta kecil mereka, Arthur hanya mendongak, dua alis bertaut dalam-dalam, dan pria itu hanya mengangguk kecil sambil menggerung.
“Boleh kukabari Birdie sekarang?” Arthur tidak sabaran
“Dan merusak semua persiapan dan perjuangan kita bersama-sama 3 hari berturut-turut? Sabar sedikit, Arthur.”
Pria itu mengerang, hampir-hampir melempar pot bunga di meja nakas kalau tidak diingatnya pesta kecil ini disiapkan untuk Jeongguk. Dirinya harus menunggu lima belas menit, sampai Angel dan Jean puas dengan segala sesuatu. Warna cat di tembok, wall art-nya, kue tart di atas ranjang, kotak-kotak hadiah di meja rias, susunan balon-balon yang menyentuh langit-langit, sampai tulisan besar HAPPIEST 19th BIRDIE! harus simetris sempurna dari huruf pertama sampai ke kata seru di belakangnya.
“Cepat!” Arthur membentak, makin tidak sabar tiap satu menit berlalu.
Angel hanya mengangkat-angkat alisnya. Masih menilai, sekaligus menggoda Arthur.
“Oke. Sudah cukup. Kirim utusan kita untuk memanggil Birdie.”
“Biar aku,” Arthur mengajukan diri.
“Nooo! Kau berdiri disini memegang kue. Oke.”
“Fuck.”
Kue itu cukup besar, ditahan dua tangan Arthur yang sedikit tremor membayangkan Jungkook menangis sepanjang jalan menuju kamar, berpikir Arthur sungguhan melupakan hari ulang tahunnya. Tahun lalu ia memang sungguhan lupa, tapi tahun ini Arthur tidak rela Jungkook berpikir hal yang sama.
Sayup-sayup terdengar suara Julien, berkali-kali nama Birdie tersebut dari bibirnya tapi pria itu terdengar seakan mengobrol seorang diri karena tidak ada suara lain merespon kata-katanya.
Saat suara mendekat, Arthur berdiri makin tegap, menjulang di antara semua orang. Pria itu menatap tegang. Pintu dibuka lebar-lebar, yang pertama masuk adalah Julien, dan di belakang pria itu… Jungkook berhenti di depan pintu menatap isi kamarnya dengan mulut menganga.
“W-wha?”
“Happy birthday Birdiiiee! Happy birthday Birdiiiee!” Semua orang bernyanyi, meniup terompet, dan menabur konfeti. Tidak peduli betapa sumbang dan memekakkan telinga, semua orang bernyanyi penuh semangat, Martin dan Samuel bahkan sama-sama memegang dada sambil melantunkan lagu itu seakan lagu kebangsaan yang tengah dinyanyikan keduanya.
Julien menggiring Jungkook masuk ke dalam kamar. “Happy birthday, birdie,” kata pria itu sambil cengengesan.
Arthur yang tegang sejak tadi, akhirnya memutuskan membuang kue tart di tangannya demi menghampiri Birdie. Angel berseru marah melihat kelakuannya. Tapi Arthur tidak peduli lagi.
“Happy birthday baby, sumpah aku tidak lupa,” ucapnya buru-buru.
“Kau buat pesta dadakan, kan? Karena kau lupa. Kau pasti lupa. Seperti tahun lalu,” Jungkook terisak-isak, menghapus sendiri air matanya dengan lengan hoodienya. Arthur kelabakan, bermaksud merengkuh pemuda itu tapi saat tangan Arthur baru menyentuh bahunya, Jungkook memekik marah, “JANGAN PEGANG-PEGANG!”
Tahun lalu tahun yang sama mereka resmi berpacaran, tapi Arthur justru lupa pada ulangtahunnya dan Jungkook benar-benar tidak bisa melupakannya. Jadi tahun ini saat hari yang sama datang, Jungkook berharap begitu besar Arthur belajar dari kesalahannya. “Aku tahu kau lupa, cepat mengaku, daddy!”
“Tidak, Bird! Aku sudah pasang alarm di ponselku, sejak setahun yang lalu! Aku tidak lupa kali ini, I swear, baby. I swear!”
Jungkook ingin ngotot, melempar amarahnya sambil memaki dan membuang barang-barang ke arah Arthur. Tapi sudah seharian pemuda itu begitu lelah dengan kesedihannya sendiri. Jungkook mendongak pada Arthur dan menatap pria itu dengan sepasang mata malang.
“Janji tidak bohong?” katanya sambil menyodorkan kelingking.
“Janji, bird. Janji.” Arthur tidak peduli malu lagi, ditautnya kelingkingnya kesana, yang ukurannya bahkan lebih besar dari jari tengah Jungkook. Pria itu berpikir, kalau berita macam ini sampai menyebar ke luar circle cartelnya, setidaknya ia tahu siapa-siapa saja yang ikut andil dalam acara ini. “Ini bukan ideku, sumpah,” katanya cuci tangan, saat Jungkook menerima pelukannya. Dikecupnya kepala pemuda itu berulang-ulang. Aroma buah dan sejuk rambut setengah basah membuat Arthur terbawa-bawa hingga kecupannya makin turun. Dari dagu ke mata, mata ke pipi, pipi ke bibir Jungkook.
“Happy birthday,” bisik pria itu pelan sekali, di antara pagutan bibir mereka, dan sorak sorai bawahan-bawahannya. Ciuman basah mungkin biasa jadi tontonan. Tapi saat tangan Arthur mulai merayap masuk ke balik hoodie Jungkook, Martin yang pertama berseru.
“WOOOOA WOOA WOOOOO! Ayo pergi, ayo pergi,” katanya sambil menggiring-giring orang keluar dari kamar itu.
.
.
.
.
.
HAPPIEST BDAY FOR OUR BIRDIE
Btw om disini lebih banyak rambut pendek begini wkwkkw
You must be logged in to post a review.
Related Paid Contents
-
🔒 Code Name : V (NC)
Author: _baepsae95 -
🔒 Hidden Chapter 15-0
Author: _baepsae95 -
🔒 One Love 15-0 | 11
Author: _baepsae95 -
🔒 Sugar, Baby – Special Ch
Author: Narkive94
Reviews
There are no reviews yet.