5. Mine : Fragile

TW // Abuse , mention of abortions , murder , sociopath JK

Tags sudah ku lampirkan jadi apapun yang kalian baca disini.. sudah read on your risk.. tak usah dipaksa baca gapapa

Makasih ^^

Author: Chiika

“Tae??”

“Ya, Tuan?” Taehyung menoleh sambil mencuci piring.

“Jungkook, bukan Tuan Muda lagi,” ucap Jungkook selagi mendekati yang lebih tua yang sedang mencuci piring. Memeluk tubuh itu dari belakang, mencium aroma manisnya lamat-lamat, “aku suamimu sekarang.”

Jantung Taehyung berdebar, apalagi saat merasakan nafas hangat di lehernya Taehyung seketika ingat momen panas beberapa hari lalu ditempat yang sama. Omega itu berbalik dan mendorong tubuh Jungkook menjauh dengan wajah merah. “T-Tuan Muda, tolong j-jangan sekarang.”

Jungkook menghembuskan nafas panjang. Jengkel karena Taehyung masih membubuhkan formalitas saat memanggilnya juga mendorongnya menjauh bahkan setelah mereka sudah secara resmi terikat tali pernikahan.

Selepas prosesi lamaran singkat itu di kamar mandi keesokan harinya Jungkook langsung memboyong Taehyung pergi ke gereja. Tak lupa membelikannya jas hitam bertaburkan mutiara putih cantik. Sempat ingin membelikannya gaun tapi Taehyung menginginkan jas dan celana, ini hari penting untuknya, mengalah sedikit tak masalah toh Omeganya selalu cantik bahkan dengan seragam maid yang sering dia kenakan—walaupun Jungkook lebih menyukai Taehyung tanpa sehelai benang.

Tak ada tamu kecuali Yoongi sebagai sekretaris pribadi yang mendampingi di altar.

Jungkook tidak terlalu percaya tuhan tapi melihat wajah berbinar Taehyung saat bapa memanjatkan berkat, Jungkook dalam diam ikut berdoa.

Semoga tak ada yang mengambil Taehyung darinya dan semoga dia bisa menghabiskan waktu bersama selamanya.

Munafik rasanya, setelah tangannya pernah mencabut nyawa seseorang dengan mudah, meminta itu pada Tuhan rasanya terlalu berlebihan apalagi Jungkook bukan jemaat yang taat. Namun jika tuhan itu benar ada, sekarang di momen ini bersamanya, menyaksikan saat mereka bertukar cincin. Biarkan Jungkook egois sehari, biarkan dia bahagia bersama Taehyung.

Wajah cantik Taehyung ditutupi veil transparan, terlihat jelas air mata menggenang saat cincin dengan batu permata biru itu tersemat.

“Kalian boleh berciuman.”

Jungkook mengambil satu langkah mendekat, mengangkat veil dengan kedua tangannya. Saat kedua mata mereka bertemu Jungkook bisa merasakan dadanya berdegup karena Taehyung mengambil seluruh nafasnya kala itu. Mata biru yang bagai bersinar menatapnya teduh dengan senyum tipis.

Apa yang telah Jungkook perbuat sampai dia pantas mendapatkan ini bahkan setelah semua dosa yang Jungkook perbuat. Tuhan masih memberikannya seorang omega semanis Taehyung.

“Tae.”

“Ya, tuan muda?”

Jungkook tak menjawab, mata sibuk memeta wajah cantik itu yang jaraknya kini tinggal sejengkal. “Kau adalah hal terbaik yang pernah terjadi dalam hidupku.”

Senyum Taehyung mengembang, “Tuan Muda, Aku mencintaimu.”

Jungkook mendekat lalu dua bibir bertemu dalam Veil putih. Lambat dan manis, bagai tengah mencicip mochi.

Ciuman mereka terlepas, masih berada dalam veil putih transparan seolah tengah bersembunyi dari dunia, Jungkook mengusap pipi Taehyung amat lembut bagai dia adalah benda paling rapuh yang harus dia jaga. “Kau milikku sekarang dan selamanya…”

Pernikahan sepi itu berakhir singkat. Setelah mereka mengisi dokumen pencatatan sipil keduanya kembali seakan tidak ada yang terjadi. Mereka tak sempat menikmati malam pertama setelah resmi menjadi sepasang suami karena Jungkook harus ke kantor untuk mengurus sesuatu dan Taehyung kembali pulang di mobil sendiri.

Jika kau bertanya apakah Jungkook bad mood seharian? Tidak, hari itu walaupun harus merelakan tidak menyentuh Taehyung nyaris seharian dan momen sakral yang biasa ditunggu pengantin baru harus ditunda. Jungkook, secara mengejutkan lebih fokus dari biasanya. Sefokus penempa yang tengah menempa senjata, Jungkook menyiapkan amunisi dan menajamkan pedang untuk bertemu dengan Tuan Besar Jeon di Busan.

Maka itu hari ini, setelah seluruh rencanya matang dia akan membawa Taehyung untuk pulang ke ‘rumah’. “Baik, kalau begitu ganti bajumu. Kita pergi.”

“Kemana??”

“Busan,” Taehyung bisa melihat mata itu mengerling dan seringainya terkembang. Bulu kuduk Taehyung bergidik, perasaannya tidak enak. “Bukankah kita harus memberitahu kalau kita telah menikah?” Senyum itu, senyum menyeramkan yang selalu diikuti petaka. Taehyung resah, dia belum siap memberitahukannya pada dunia. Apalagi kepada keluarga sang tuan muda. Apa yang akan dikatakan ibunya nanti jika dia tahu kalau dia menikah dengan sang tuan muda bahkan mengandung keturunan majikan.

Sadar kalau omega nya resah, Jungkook mengusap pipi Taehyung dan mengecup kelopak cantik itu. “Sshh, Tae. Jangan khawatir semua akan baik-baik saja. Aku pastikan tidak ada yang berani menyentuhmu barang seujung jari, kau aman bersamaku. Tidak ada orang yang berani menyentuh atau mengambil sesuatu milikku.”

Taehyung bisa merasakan alphanya menggeram dan dia justru makin cemas.

“B-baiklah…” Semoga tidak terjadi bencana

Dari Seoul ke Busan butuh waktu 6 jam, tapi hanya perlu sejam jika menggunakan pesawat. Mereka tengah di bandara dan tanpa berlama-lama, Taehyung sudah berada di kabin pesawat, kelas bisnis bersama Jungkook di sampingnya. Taehyung masih sedikit canggung berada duduk di kursi empuk dan halus yang cukup mewah, dia terbiasa menggunakan kereta yang lebih murah dikantong ketimbang pesawat apalagi kelas bisnis yang mahal. Namun sejujurnya Taehyung menyukai tempatnya, tempat duduknya cukup luas sampai Taehyung bisa meluruskan kakinya yang sempat pegal.

“Tae, kau tak apa?”

“Aku tak apa Tuan Muda—aduh!” Taehyung mengaduh saat Jungkook tiba-tiba menyentil kening omega itu.

“Jungkook, bukan tuan muda lagi.”

“A-aku belum terbiasa maaf.”

Jungkook menghembuskan nafas dan bersandar di kursinya, “kau yakin tak apa?”

“Iya.”

“Tidak ada yang sakit? Apa terasa pusing? Ada yang tidak nyaman?”

Taehyung tertawa kecil, “Tuan Muda Jungkook, aku tidak apa-apa. Semua baik-baik saja. Jangan khawatir.”

Sambil mengangguk kecil, Jungkook. memperhatikan suaminya. Rambut perak yang terlihat lembut, kemeja putih dengan syal dan cardigan coklat hangat membalut tubuhnya. Dia terlihat hangat. Sudah memasuki bulan September udara mulai lebih sejuk dibandingkan agustus, dan Taehyung harus memastikan dirinya sendiri hangat. Pikirannya terhenti saat mata coklatnya berhenti di perut yang mulai terlihat buncit dari balik jaket tipis. Bibirnya menipis dan perasaan tak enak kembali lagi.

Taehyung sadar Jungkook memperhatikan baby bump mungil nya. Pikiran jahilnya datang, memegang tangan Jungkook perlahan, omega itu diam diam menuntun tangan besar bertato itu untuk menyentuh perutnya.

Jungkook menarik tangannya terkejut, seolah Taehyung hendak memutus pergelangan tangannya. “Apa yang kau lakukan?”

“Kau terlihat ingin menyentuhnya.”

“Aku tidak ingin menyentuhnya.”

“Kau bilang akan menerimanya.”

“Aku ‘mencoba untuk’ menerimanya. Tae kau ingin sesuatu?” Alpha itu membuang muka dan berusaha untuk mengalihkan pembicaraan.

Taehyung hanya tersenyum kecil dengan sorot mata sendu. Tak apa, butuh waktu. Kita lakukan perlahan, setidaknya kau punya kesempatan untuk lahir, bayi kecil.

Taehyung rindu. Luar biasa rindu dengan kota dimana dia tumbuh besar. Taehyung lahir di Daegu tapi dia menghabiskan masa kecilnya di Busan. Kota yang berbatasan dengan laut dan juga bersahutan burung camar.

Di dalam mobil, Taehyung tak henti-hentinya menatap ke jendela melihat pemandangan yang begitu familiar kendati banyak yang berubah. 6 memang waktu yang cukup lama untuk mengubah kota ini menjadi lebih gemerlap dan indah dari sebelumnya.

“Tuan! Toko permen yang biasa kita beli dulu masih ada!!” Taehyung berseru gembira saat melewati sebuah toko kelontong tua di jalan.

Jungkook yang duduk di kemudi hanya tersenyum tipis, “iyakah? Waah, tapi nenek penjualnya sudah meninggal 3 tahun yang lalu.” Alpha itu fokus menjalankan mobil di aspal. Seharusnya sopir yang membawanya karena mobil ini adalah mobil jemputan yang Jungkook minta. Namun saat mobil sudah datang, Jungkook malah memberikan uang cash 300.000 won pada sang supir dan memintanya untuk mengambil cuti sehari agar dia bisa berkendara berdua dengan suami.

Berita pernikahan mereka masih belum menyebar, kehamilan Taehyung pun sepertinya sama. Syukur Taehyung menggunakan pakaian yang menutupi perutnya karena Jungkook ingin berita itu ia sampaikan langsung pada pak tua. Seperti menjatuhkan bom, Jungkook ingin melihat ekspresi alpha tua kolot itu saat tau kalau keturunan Jeon sedang dikandung oleh omega ‘rendahan’. Dari sekian banyak omega, Taehyung lah yang mengandung anak itu.

Sudut bibir Jungkook naik, sial dia tak sabar melihat wajah keriput itu terkejut. Apalagi hari ini cukup spesial. Bukankah, berita calon cicit akan menambah semarak pesta kecil hari ini seperti meses di atas donat. Ah membayangkannya Jungkook sangat senang.

Taehyung yang tengah duduk di kursi penumpang di sebelah Jungkook, bergidik ngeri saat melihat Jungkook kembali menyeringai menyeramkan.

—-

Mansion utama Jeon tidak banyak berubah, masih sama megahnya, masih sama besarnya. Bahkan Taehyung merasakan kalau mansion itu makin luas dari terakhir dia ingat. Apa karena air mancur baru di gerbang depan? Atau deretan vas cina mewah di pintu depan? Taehyung tidak tahu. Dia jug melihat sederet mobil mewah lain berjajar rapi. Apa sedang ada acara?

Berjalan mengekor di belakang Jungkook saat memasuki kediaman itu, Taehyung merasa dirinya begitu kecil apalagi saat dia merasa kalau hari ini mansion Jeon tengah kedatangan tamu penting.

Jungkook menggenggam tangan Taehyung dibelakangnya dan menarik agar omega itu jalan berdampingan dengan dirinya, “bersamaku Tae dan jangan lepaskan tanganku sama sekali.”

“Eh, t-tapi tuan kita ada.. di..”

“Peduli setan, kau suami ku. Kau milikku, maka dari itu kau harus berjalan berdampingan bersamaku.” Jungkook menatapnya serius, ada tekad di sana dan Taehyung tahu pemuda itu tengah bersungguh-sungguh.

Ragu masih menyelimuti dadanya tapi dengan anggukan kecil, Taehyung menurut dan membalas genggaman Jungkook. Mereka berdua berjalan bersama sampai ke taman belakang.

Dada Taehyung berdegup kencang saat melihat banyak wajah orang penting tengah bercengkrama di paviliun kini menatap mereka. Menatap genggaman tangan Jungkook, lalu beralih ke Taehyung dengan tatapan tajam yang membuat nyali Taehyung seketika menciut. Perlahan dia mencoba melepas tangannya dari genggaman sang tuan tapi tangan Jungkook justru menggenggamnya kian erat. Taehyung nyaris panik sampai Jungkook berucap pelan, “percaya padaku, Tae..”

Jujur saja, rasanya sulit. Rasanya begitu sulit percaya apalagi saat belasan pasang mata menatapnya menghakimi. Apa segitu tak pantasnya kah mereka bersanding.

Dari belasan pasang mata itu, Taehyung menemukan sepasang mata tak asing yang bisa Taehyung kenali dari jauh. Berwarna biru, lebih gelap dari milik Taehyung lalu rambut nyaris putih tengah memegang teko.

Sunhee, Kim Sunhee. Salah satu maid kediaman Jeon, pengasuh Jungkook saat kecil dan ibunda yang sangat omega itu cintai. Air mata Taehyung nyaris meleleh saat melihat wajah yang dia sayangi itu, 6 tahun berpisah karena mengikuti sang tuan, Taehyung harus puas dengan foto dan video call dengan ibunda. Namun hari ini, Sunhee menatap sang anak terkejut nyaris pucat. Taehyung tahu, itu bukan reaksi yang seharusnya dia dapat saat pulang.

“Jungkook, apa-apaan ini? Apa yang kau lakukan? Cepat kemari dan sapa keluarga Kim! Dan apa itu? Kenapa kau menggenggam tangan Maid Kim?!” Jeon HwanSu, paman Jungkook berkomentar pedas, tak perlu lagi bermanis lidah pada sang keponakan yang datang dengan wajah sangar sembari memegang tangan pelayan rendahan.

“Tidak, buat apa aku kesana?” Jungkook menjawab singkat, perangainya tenang dan itu membuatnya kian menyeramkan.

“Tch! Beraninya!!!! Masih saja kau membangkang!!! Dasar anak tak tahu diri—”

“HwanSu tenang,” suara berat terdengar, satu komando darinya berhasil membuat Hwansu diam. Jiwon yang sedari tadi duduk sembari memegang tongkat menatap Jungkook tajam bagai singa. “Jungkook, apakah kau tidak mendapat suratnya?”

“Dapat tapi ku bakar di tempat sampah,” Jungkook menghardik tajam, tidak gentar walaupun berhadapan dengan tuan besar.

“Oh,” Jiwon berkomentar singkat sebelum menyesap teh jahe dari cangkir porselen mahal. “Kalau begitu berarti kau tidak tahu, tapi hari ini kita kedatangan tamu dari keluarga Kim. Perkenalkan, Kim Sunoo, anak termuda dari Kim JoAhn.” Seorang lelaki dengan kulit sepucat kertas dan bibir semerah mawar berdiri. Wajahnya berbinar dan matanya berkilau cantik saat memberi sapaan hangat. Perasan Taehyung makin tidak enak dan rasanya kian meluap sampai rasanya dia ingin muntah di tempat.

“Halo, senang bertemu dengan anda, Jungkook-ssi, saya Kim Sunoo 23 tahun lulusan universitas Konkuk.” Sunoo menyapa hangat, matanya yang indah menjadi bulan sabit dan tanpa sadar genggaman tangan Taehyung mengerat.

Jungkook tidak membalas sapaan ramah itu, tatapan matanya masih dingin menusuk pada Jiwon.

“Mana sopan santun mu Jungkook, kau tidak membalas perkenalan nya? Dia adalah calon tunanganmu, sopanlah.”

Taehyung terpekur, dunianya seakan hancur saat itu juga. Dia segera menatap Jungkook yang masih bergeming ditempat lalu beralih ke tangan mereka yang masih bertautan. Tunangan? Jungkook mau tunangan? Lalu kenapa dia dibawa ke sini? Untuk apa dia dibawa ke sini? Taehyung hampir menangis saat dia merasakan, usapan lembut di tangannya. Jungkook dengan ibu jarinya mengusap punggung tangan Taehyung, mencoba menenangkan. Tatapan Taehyung beralih ke Jungkook dan dia sekali lagi mencoba percaya.

“Aku tidak butuh tunangan, kakek,” Jungkook menjawab dengan nada mengejek saat menyebut kakeknya.

Jiwon terlihat tenang, dia tahu cucunya akan membangkang. “Kau butuh tunangan, Jungkook. Kau butuh Sunoo, dia omega brilian yang lulus dengan pujian, berasal dari keluarga baik-baik dan juga memiliki sifat sopan dan santun. Tidak seperti omega rendahan. Bukankah dia lebih dari cukup?” Kata-kata itu menohok dada Taehyung dalam. Air matanya menggenang dan dia mencoba bersembunyi di belakang punggung Jungkook yang bidang. Entah kenapa rasanya, dia berada di waktu dan tempat yang tidak tepat. Di tempat ini, Taehyung bagai bahan cemooh dan direndahkan.

“Tidak, tidak cukup. Aku tidak butuh omega sepertinya. Kakek.” Lagi-lagi Jungkook meledek tuan besar tanpa takut. Alpha itu menarik tangan Taehyung hingga dirinya maju beberapa langkah ke depan saat omega itu tengah berusaha menjadi kecil dan tak terlihat. Seringai Jungkook melebar sambil menunjukkan cincin kembar di tangan mereka, “aku sudah menikah.”

Wajah Taehyung memucat, bukan hanya dia tapi nyaris seluruh orang ikut terkejut, tak terkecuali Jiwoon yang seperti sedang melihat Arwah. Taehyung juga melihat wajah ibunya yang begitu terkejut sampai nyaris menjatuhkan teko mahal. Hanya Jungkook yang tersenyum lebar.

“Apa-apaan ini, JUNGKOOK!!!” Lelaki tua itu membentak. “Berhenti main-main!!!” Ketenangan itu hancur bagai riak dipermukaan air yang kian berombak.

“Oh, aku tidak main-main, Ka-kek~. Pernikahan kami sah di mata hukum bahkan disaksikan oleh tuhan di gereja. Bagaimana bisa disebut sebuah permainan?” Jungkook bagai berdendang sambil merangkul tubuh Taehyung lebih dekat bahkan tanpa ragu mengecup pipi yang sudah pucat kehilangan warnanya. Taehyung tidak berani bergerak, dia terlalu takut salah bergerak dan diterkam kerumunan harimau yang tengah marah.

Ekspresi Jiwon mengeras, kerutan seakan bertambah di wajah tua itu, “putuskan.. CERAI SEKARANG JUNGKOOK!!!”

“Cerai? Aku tidak bisa kakek. Taehyung hamil.” Hampir seluruh orang di sana menahan nafas dan menatap Jungkook seolah dia telah kehilangan akalnya. Senyum Jungkook makin lebar. Tanpa ragu, tanpa malu, lelaki itu merengkuh tubuh Taehyung, tangan yang biasanya enggan menyentuh perutnya kini mengusap perut itu lembut seakan memamerkan buah cinta yang Taehyung sengaja tutupi sejak dia menginjakkan kaki di busan. “Selamat kakek, kau akan mempunyai cicit dari ku sebentar lagi,” Jungkook berdendang manis. Wajah Taehyung kini pucat pasi, bukan begini yang dia inginkan.

“Tuan Muda, lepas, aku mohon hentikan.” Taehyung berbisik pelan, suaranya bagai tengah menahan tangis karena sungguh sekarang rasanya seperti Jungkook tangah memamerkannya bagai barang. Belum lagi tatapan benci yang dia dapat dan juga tatapan penuh rasa kecewa dari sang ibunda. Tidak, bukan ini yang Taehyung inginkan. Bukan ini yang dia bayangkan saat memberitahu kehamilannya, bukan ini. Bukan caci maki dan juga tatapan benci pada dirinya terutama pada bayi yang bahkan belum lahir. Bukan ini.

“BERANINYA!!!!! GUGURKAN KANDUNGAN ITU SEKARANG!! AKU TAK SUDI MEMPUNYAI CICIT DARI OMEGA RENDAHAN!!!!” Suara Jiwon menggelegar dan menghujam dada Taehyung begitu dalam.

“Anak ini akan lahir, akan ku pastikan lahir.” Jungkook berucap datar, Taehyung menatap alpha itu dan dia sama sekali tidak bisa menebak apakah kata-kata itu tulus atau hanya sekedar ingin menyulut api dengan minyak. Membakar amarah keluarga besar, tanpa peduli Taehyung sebagai pihak yang mendapat hujatan paling banyak.

“ANAK TAK TAHU DI UNTUNG!!! DENGARKAN AKU SEKARANG!! GUGURKAN ANAK ITU LALU BERCERAI DENGAN DIA!! JUNGKOOK!!!”

Jungkook memutar bola matanya, sudah lelah mendengar suara serak nyaris kehabisan nafas itu berteriak. Sejak dia kecil selalu sama, tidak ada bedanya. Bosan. “Aku bilang, tidak ya tidak. Anak ini akan menjadi pewaris Jeon selanjutnya.” Jungkook berkata final.

Tatapan Jiwon, berubah menyeramkan. Mata tua itu menatap Jungkook bak harimau siap menerkam, “bahkan sampai aku mati. Tidak akan ku terima anak itu sebagai cicitku. Camkan itu Jeon Jungkook.” Perkataan itu ditujukan kepada Jungkook tapi Taehyung yang mendapat rasa sakitnya. Jungkook justru tersenyum puas seakan dia telah dapat apa yang dia inginkan.

“Hahaha, baik. Pegang omongan mu itu pak tua. Tae, ayo pergi.” Jungkook menuntun Taehyung pergi dari taman belakang. Kaki Taehyung lemas nyaris jatuh saat berjalan tapi tangan Jungkook terus memegang tubuhnya dan membantunya berjalan.

“Tae, ada sesuatu yang harus ku urus, kau bisa pergi ke kamar ku.” Jungkook berkata lembut, benar-benar berbeda saat dia bicara dengan Jeon Jiwon di paviliun.

“Baik, Tuan Muda,” Taehyung menjawab pelan, segan menatap wajah Jungkook. Alpha itu sadar sikap Taehyung yang terasa berjarak tapi karena sebuah urgensi, Jungkook tak sempat menanggapi dan segera pergi.

Taehyung sendirian di koridor, kakinya masih lemas dan seluruh perkataan keluarga besar Jeon juga tatapan mengerikan mereka membuat omega itu ingin menangis dalam diam. Setabu itukah dirinya dan juga anaknya, di mata orang lain?

“Taehyung!! Tae!”

Suara perempuan membawa Taehyung kembali berpijak, dia melihat Sunhee sang ibu berlari mendekat dan hati Taehyung dilanda rindu dan lega luar biasa. Setidaknya dia punya ibu, setidaknya ada ibu. “Ibu—”

PLAAK!!!

Pipi kiri Taehyung terasa perih dan saat dia sadar, Sunhee menampar pipinya dan tatapan Sunhee setelahnya membuat Taehyung sadar kalau… memang di dunia ini tak ada yang memihaknya bahkan sejak dulu. Ingatan yang ingin dia lupakan kembali muncul ke permukaan bersama perasaan tak asing yang sudah lama tak muncul.

“APA KAU SUDAH KEHILANGAN KEWARASAN?!? MENIKAH DENGAN TUAN MUDA LALU HAMIL ANAKNYA?!! TAEHYUNG!! SADAR DIRI NAK! KITA HANYA PELAYAN!!!”

Taehyung benar-benar sudah kehilangan kata-kata. Dia tak lagi sanggup membela dirinya lagi setelah harga dirinya diinjak, sekarang dia diperlakukan sama oleh ibu sendiri. Bahkan setelah bertahun-tahun tak bertemu, Taehyung disambut bukan dengan pelukan hangat tapi melainkan caci maki.

“I-ibu.. aku.. aku…”

“Apa yang telah kau lakukan?!? Sadar diri Tae!! Keluarga Jeon sudah berbaik hati memberikan ibu pekerjaan!! Sudah memberikan kita uang dan juga tempat tinggal!!! Ibu membiayaimu sekolah tinggi juga dari Tuan Besar!!! Dan apa yang telah kau lakukan?! Hamil dan menikah dengan tuan muda?? Kim Taehyung kau bahkan tidak sebanding dengan Tuan Muda! Tae!!!”

“Ibu.. ibu aku mencintainya.. ibu.. kita saling mencintai.. ibu aku mohon…”

bela aku sekali saja….

“KIM TAEHYUNG SADAR!!! BERHENTI TINGGAL DALAM MIMPI ITU!!! KAU BUKAN TOKOH UTAMA DALAM DONGENG!! SADAR!! TUAN MUDA JUNGKOOK TIDAK MUNGKIN MEMPUNYAI PERASAAN KEPADA PELAYAN SEPERTIMU! DIA HANYA MENGGUNAKAN TUBUHMU SAJA! TIDAKKAH KAU MENGERTI ITU?! SADAR TAEHYUNG!!”

Seluruh dunia Taehyung hancur berkeping-keping saat itu. Kata-kata sang ibu menamparnya lebih sakit dibandingkan tamparan yang meninggalkan bekas di pipi. Lebih menyakitkan dari caci maki yang diterima dari keluarga jeon di taman tadi.

Tidak ada yang membela, Taehyung tidak punya siapa-siapa, bahkan sejak dulu pun dia kehilangan ibunya yang sibuk menjadi ‘ibu pengganti’ Jungkook kecil yang malang. Taehyung tahu tapi saat itu dia terlalu naif. Dia selalu berpikir kalau mereka berbagi ibu bersama karena Jungkook kecil kehilangan ibunya. Walaupun Taehyung juga sadar kalau sang ibu lebih berusaha menjadi ibu sempurna untuk Jungkook ketimbang untuk Taehyung, anak kandungnya sendiri. Seperti saat Jungkook mendapatkan seluruh perhatian penuh dari Sunhee, Taehyung hanya berdiam diri di sudut berusaha menjadi tidak egois. Saat, Jungkook dan Taehyung mencuri coklat saat mereka masih kanak-kanak. Jungkook dibiarkan pergi hanya Taehyung yang diberi pukulan dan hukuman.

Saat ibunya menjadi orang tua untuk anak orang lain tapi melupakan anak sendiri. Taehyung harusnya langsung sadar saat itu kalau, Sunhee tidak akan membela nya dan dia akan selalu sendiri.

“Ibu… ibu.. pernahkah ibu membela ku sekali saja?”

“Membela?? Kamu yang salah Taehyung!!! Ini semua salahmu!! Kau yang menggoda Tuan Muda Jeon! Kau yang membuat ini berantakan!! Kau yang akan membuat ibu dalam masalah!!!! Berapa umur kandungan mu sekarang?”

“9 minggu—ibu!! Ibu mau apa?!” Taehyung menjerit saat Sunhee menariknya kasar.

“Kita gugurkan sekarang! Masih ada waktu! Kita gugurkan sekarang lalu kau pergi dari hadapan Tuan Muda Jeon!!”

“Tidak!!! IBU TIDAK!! AKU TIDAK MAU!! IBU LEPASS!!” Taehyung melepas paksa genggaman tangan ibunya. “Aku tidak akan membunuh anak ini!!!! Tidak akan!”

Mata Sunhee nyalang, wajahnya yang cantik terlihat marah dengan kedua alis bertemu dan Taehyung ngeri saat tangan Sunhee kembali terangkat. Omega itu dengan cepat melindungi wajahnya dan bersiap tamparan perih yang akan datang,”DENGARKAN KATA IBU SEKALI—”

“Apa ini?” Jungkook menahan tangan Sunhee tepat sebelum tangan itu menyentuh Taehyung.

Sunhee terkejut, dia segera menarik tangannya dan membungkuk beberapa kali pada sang tuan. “T-tuan muda, maafkan saya! Maafkan anak saya!!! Saya mohon!!”

Jungkook tak menggubrisnya, perhatiannya tertuju pada pipi kiri Taehyung yang memerah. “Tae, ini kenapa?” Jungkook mengusap pipi itu begitu lembut seakan takut menyakiti Taehyung lebih jauh. Jungkook bisa merasakan Taehyung bersandar pada tangannya. Netra biru Taehyung terlihat begitu sakit dan darah Jungkook berdesir.

“Aku tak apa, Tuan Muda,” Taehyung menjawab dengan suara serak menahan isak. Tangan besar Jungkook, dia lepas perlahan dari pipinya dengan senyum terpaksa.

“Tuan Muda! Mohon maafkan Taehyung dan biarkan saya dan dia menebus kesalahan ini! Taehyung akan menggugurkan kandungannya lalu dia akan pergi dari hadapan Tuan Muda selamanya.”

“Kau bilang apa?” Jungkook menoleh, tatapan tajam menusuk bahkan pada Sunhee.

Sunhee bergidik ngeri, “akan segera saya singkirkan bayi ini.”

Dingin, tatapan Jungkook begitu dingin bahkan pada perempuan yang sudah mengasuh dirinya sejak kecil dan juga mertuanya sendiri. Jungkook memang tidak mengenal rasa kasihan dan tak akan pilih kasih—kecuali pada Taehyung seorang. “Tae, Love,” tanpa ragu, Jungkook mengecup pipi Taehyung yang merah dengan lembut. “Ke kamar ku segera, tutup pintunya rapat-rapat dan jangan biarkan siapapun masuk. Hanya aku yang boleh masuk? Mengerti, sayang?” Kata-kata lembut seperti madu. Seperti sengaja menunjukkan afeksi di depan Sunhee yang menatap mereka begitu terkejut.

“A-aku.. b-baik.. T-Tuan Muda, jangan sakiti ibuku. Aku mohon,” pinta Taehyung lirih yang dibalas dengan senyuman tipis.

“Aku tidak bisa berjanji, sayang. Tapi karena dia mertuaku juga orang yang pernah mengasuhku aku akan mencoba mengampuninya sebisaku. Berhubung aku punya satu urusan dengannya.”

Sunhee bisa merasakan tatapan tajam menusuk dari Jungkook, dia sampai tak berani menatap mata coklat itu langsung. Taehyung masih khawatir tapi dia tetap pergi meninggalkan ibunya bersama Jungkook di koridor mewah Mansion Jeon. Hatinya terlalu hancur untuk membela lebih jauh saat ibunya sendiri bahkan tidak berpihak ke Taehyung.

Setelah memastikan Taehyung sudah menghilang, Jungkook beralih ke Sunhee. “Kau tahu, dari dulu aku tak menyukaimu, Pengasuh Kim.”

Sunhee terpegun, rasanya dadanya diremukkan dan kecewa terlihat jelas di mata yang warnanya sama dengan milik Taehyung. “T-Tuan?! Kenapa? Apa salah saya? Apa karena Taehyung?! S-saya akan menghukumnya tuan muda!! Mohon maaf dan biarkan saya terus bekerja di sini!”

Jungkook mencengkram leher Sunhee, “iya, bagaimana kau bisa menampar anakmu sendiri dengan mudah hanya demi bertahan di mansion ini?? Huh? Katakan padaku?”

Jalur nafas Sunhee tertutup dan perempuan yang hampir berumur senja itu tercekat, “s-saya hanya ingin… menjadi ibu untuk tuan… m-muda!!”

“Aku tidak butuh ibu pengganti yang tidak bisa menjadi ibu untuk anaknya sendiri. Beraninya kau menampar suamiku, Pengasuh Kim.”

Perempuan itu hampir tidak bisa bernafas sepenuhnya, “s-saya.. m-maaf!! Tuan Muda! Ampun!!”

Melepas cengkraman nya di leher perempuan itu, Sunhee jatuh terduduk dan berusaha mengambil nafas kembali. Jungkook berdiri menatapnya benci, “jujur aku membencimu dari awal kau mencoba menjadi pengganti ibuku dan kebencianku semakin besar setiap kau mengabaikan Taehyung yang berusaha keras meminta perhatianmu. Tidakkah kau sadar kau berhutang maaf pada anakmu sendiri yang nyaris 25 tahun tidak pernah kau perhatikan?”

Perkataan Jungkook tajam menusuk Sunhee yang paru-paru sudah terasa terbakar karena laju oksigen sempat tersendat. Menatap tangannya yang gemetar, air matanya meleleh dan jatuh ke lantai putih dibawah saat sadar apa yang telah dia lakukan.

Jungkook berjongkok di depannya, tangan bertato Jungkook memaksa Sunhee untuk mereka saling bertatapan. Mata coklat gelap bertemu dengan netra biru yang ketakutan, “sejujurnya aku ingin melakukan lebih karena kau berani sekali menampar suamiku seperti itu, dan siapa kau menyuruhnya menyingkirkan bayi di perutnya? Aku bahkan tidak bisa melakukannya dan kau? Waah, gila sekali aku sampai sangat ingin memotong jemari ini.”

Sunhee menggeleng cepat, mata biru keliatan ketakutan dan panik, “T-Tuan Muda! Tuan muda, ampun!! Hiks.. ampun! Sa-saya tidak akan melakukannya lagi!!”

“Bagus, karena Taehyung aku akan memberimu pengampunan sekali ini. Karena Taehyung, Pengasuh Kim. Ingat baik-baik, karena Taehyung yang meminta lagi pula aku masih membutuhkanmu untuk beberapa hal.” Jungkook menatap Sunhee lekat-lekat. “Aku ingin tahu soal Keluarga Kim. Pewaris utama Kim yang terbunuh 27 tahun yang lalu, itu suamimu kan?”

TBC

Ya, makasih banyak udah baca cerita ini sampai ke bab 5. Mungkin kalian udah bosen juga hahahaha aku mau cepet selesaiin cerita ini biar bisa lanjut ke Belong To You aku kangen Tuan Rogue tapi juga aku gak yakin kapan selesainya. Target ku 3 jadi nambah 6 dan kemungkinan bakal nambah lagi hue hue, maaf rasanya jadi omdo banget janji langsung end tapi gak end end.. :”)

Oh yaa kalian boleh banget ss part yang kalian suka sama kesan kalian baca, share di twitter pakai #bacadialboe jug bolehh

i think alboe is sooo underated and need more support and love 💕 please give them a chance to prove and improve ^^

Cerita ini gratis, tapi kalau mau Trakteer Dimsum buat maid kim boleh banget.

Reviews

There are no reviews yet.

Be the first to review “5. Mine : Fragile”
Beranda
Cari
Bayar
Order