Apocalypse (Panacrane/Fanbook Buyer)

Author: saga_project

“JANGAN SENTUH DIA!”

   Tebasan machete mencabik seorang prajurit tepat di bilah lehernya, memencarkan cairan pekat menghejut wajah indah pemuda cantik itu.

  Tepat setelahnya, mata yang membulat itu mengeluarkan cairan bening yang menyapu darah dari wajahnya.

   Dia meraung dalam sepi, menggulung dirinya dalam balutan sweather merah gelap dengan aksen garis berwarna cerah. Namun saat itu, seorang pemuda dengan sweather yang sama—yang baru saja ia selamatkan—menampik pada bahunya.

 Berbisik pendar di malam yang redup, “Kau kuat, Jungkook,” kemudian membawanya pergi dari sana sebelum para mayat hidup mengindra keberadaan mereka.

 

[days survived: 409 days]

 

“Aku membunuhnya, Yoon…”  

   Jungkook, seorang pemuda yang memiliki hati bersih dengan tekat kuat, menyeruduk diri ke dalam musibah dengan bertahan lebih lama di dunia yang sudah berada di ambang kehancuran.

 Tepat setahun satu bulan dan empat belas hari lalu, saat militer Amerika secara serempak menjatuhkan bom nuklir di seluruh bagian dunia.

 Rencana untuk mengambil alih dunia itu memakan tuannya sendiri ketika terjadi sebuah mischemical dari bahan bom yang bergabung dengan nitrogen—menciptakan suatu unsur baru yang menyebabkan suatu kerusakan pada jaringan otak.

   Penyebaran yang terjadi berselang kontak langsung dengan bagian tubuh merentan menyebabkan satu dunia tak mampu bertarung bersama, manusia menyerang manusia. Berprilaku layaknya hewan yang agresif, mempertahankan bidak kekuasaan di saat kiamat berebut menghadap mata.

   Jeon Jungkook, lagi, menangis saat ia pertama kali membunuh seseorang yang benar-benar merupakan manusia berpikir sehat, saat ia harus melakukannya demi menyelamatkan teman hidupnya.

   Dia masih menangis kala Yoongi membungkus tubuh kecilnya di dalam sebuah pelukan hangat, ia menelisik wajah itu, yang begitu halus penuh kelembutan.

   Pada saat itu dia bisa menangsik di kala musik yang merungu berpindah tittle menjadi ‘Apocalypse’, berdentum lembut dari sudut bunker yang selama ini menjadi tempat perlindungan mereka.

   Yoongi tersenyum lembut, berdiri sekejap untuk menyentuhkan tapaknya pada lantai. Mengulur jemarinya sembari menatap pemuda itu dengan pendar majikal.

   “Kita hanya punya satu sama lain, princess. Tidak ada benar atau salah, semua dilakukan demi kita.”

   Jungkook menampik jemarinya, menyatu dengan pangkal lengan sahabatnya, merejum pada gempita hati yang berdesir sirat.

   Kala tubuh mereka bersentuhan, dan kepala saling beratutan, keduanya bergerak sinkron pada nada yang teralun.

   Jemari yang bergelayut pada tubuh, megikat dua insan menjuju satu hati. Menggerak seluruh aroma lara dan nada yang menjumantara.

   Mereka saling bergerak perlahan mengikut suara, menuntun sesuatu yang lembut kala diluar sana berarak suara-suara yang menggila.

   Sebuah suara ledakan yang teredup dari luar diselut sebuah suara yang menenangkan dari hadapnya, “Kau begitu indah Jungkook, begitu sempurna,” diikut jemari yang klandistikan bercak wajah dari pemuda itu. 

   “Aku tidak akan membiarkan kau menghilang dariku.”

   Malam itu, kala seruan bejat yang hanjak di rungu merejum. Keduanya masih sarut pada alunan amerta di seluruk bunker, menghalang masuk segala gangguan dari atas mereka.

   Kala wajah teralab, kala bibir berdesir, merutuk satu ayat yang begitu menyayat, “Yoon, kita selalu bersama, ‘kan?”

   Anthem dengan halus dipembalasan antarmereka, “Kita akan selalu menyayangi, Jung,” dengan senyum halus dipelupuk hati, melepas teruk di pelupuk agnyaya.

   Dengan melepas senyuman, kala pelepah bibir saling amet diseruduk imaji. Menghurak luruh isian hati, menghujam lembut di antara tangis, menoreh rasa sakit yang timbul di selingannya.

   Masih menyatu lembut perpaduan mereka, masih berayun badan di antara musik bergempita.

   Ini mereka, sepasang manusia, menari lembut di selung penyatuan. 

   Hanya satu hal buat satu ini, mereka akan menemani bersama. Tiada seorang pun yang memisah mereka, tidak bisa.

   Malam itu, di dalam ruang luras, dikala dunia atas berada antarkiamat dan kemusnahan, Yoongi dan Jungkook masih bersama di selung nada. Menangis dan tersenyum bersama. Berpindah dan bergelung bersama. Berdansa pelan di antara kerusakan dunia, bersama.

   Hingga satu, kidung terbuka, menyimbah serang peluru dari atas arah mana saja.

 

[days survived: 410 days]

 

   Dia pergi, melebur dengan dirgantara, menengok dari atas sana. Lurus pada pemandangan sang pemuda cantik yang diam saja, menahan tangisnya lebih dalam lagi. Menahan diri.

   Dia ingin hidup lebih lama, untuk menit berikutnya.

   Dan ketika pasukan itu pergi dengan umpatan dan barang sederhana mereka, dengan alunan lagu yang masih di udara.

   Jungkook menangis begitu gila, dia tersimbah adus getih kekasihnya.

   “Yoon… Katakan kau masih disini…”

   Dunia telah berhenti untuk Jeon Jungkook kala sunyi suara Yoongi menyobek telinga, mengembang segala nestapa.

   Menyerah pada dunia, dia melirihkan “Please have a slow dance once again with me.”

   Sebelum berakhir ia dengan mengoyak daging dari pecahan piringan dekat sana, bercucuran getih yang keluar dari lengan sendiri. Merangkul lembut sang belahan jiwa, sebelum pergi menyusulnya dengan kecupan yang tertinggal di pucuk kepala.[]

 

Reviews

There are no reviews yet.

Be the first to review “Apocalypse (Panacrane/Fanbook Buyer)”
Beranda
Cari
Bayar
Order