Brukh!!
Terdengar Suara bunyi pecahan dari benda berbentuk teko tanah liat berserakan tepat dibawah kedua kaki kecil milik seorang remaja laki-laki yang tengah menahan tangisan. Laki-laki mungil itu memilih untuk menunduk kan seluruh wajah nya karna tidak berani menatap seorang Pria dewasa yang saat ini sedang meluapkan amarah pada nya. Tangan mungil saling bertaut gemetar meremat ujung kain baju lusuh yang dipakai. Isakan tak berhenti keluar dikala setiap bentakan kasar terus terlontar tanpa ingin berhenti sedikitpun.
“DASAR ANAK TIDAK BERGUNA! MENCARI KAYU BAKAR SAJA KAU TIDAK BISA? UNTUK APA KAU HIDUP JIKA MENYUSAHKAN KU SAJA”
ucap Pria dewasa itu setengah mabuk menatap kesal pada putra kandung nya sendiri. Tangan terulur menarik helaian rambut hitam remaja itu hingga wajah putih dengan dua pipi sedikit gembil memerah seketika.
Sret
“Akhhh, ayah sakit hiks ma-maaf kan Jimin.” Suara kecil memelas pilu sembari tangan menahan sekuat tenaga tarikan yang terus menguat. Ia memohoh menatap rupa orang tua satu-satunya itu agar segera dibebaskan, namun yang terjadi hanyalah kembali tangan yang melayang untuk memukul pipi hingga membekas. Si mungil terperanjat dan tubuh nya hampir jatuh ke tanah.
Kembali sorot mata tajam lelaki itu mendominasi rasa takut Jimin hingga tubuhnya tak berhenti untuk bergetar. Tangan mungil kini berusaha menahan tarikan tatkala sang Ayah terus menarik nya paksa untuk mengikuti dirinya keluar dari rumah. Sontak saja kaki-kaki mungil tanpa alas tersebut bersentuhan dengan batu krikil dan juga tanah basah akibat hujan rintik yang turun pada keadaan langit yang sudah gelap.
“Lebih baik kau ku jual dan menghasilkan uang setiap hari dengan cara menjadi budak saja, Setelah wanita tua itu mati seharusnya kau pun berguna untuk ku,!” Ucap nya ketus dengan masih menarik si tubuh mungil sepanjang jalan melewati pondok-pondok rumah kayu yang mulai diterangi lampu minyak disetiap pintu nya. Isakan menguat dengan kepala menggeleng keras mana kala kedua manik sipit berwarna cokelat terang itu menatap satu rumah yang ia ketahui sebagai tempat para Gisaeng tinggal. Ia berusaha meronta namun pukulan kembali ia terima didaerah pipi sebelah nya membuat putra kandung nya itu kembali meringis kesakitan. Total dua lebam terdapat pada pipi gembil itu.
Plak
“Hiks, ja-jangan Ayah. A-aku berjanji akan lebih giat mencari uang hiks.. jangan Jual Jimin. Aku takut–” gumam nya dengan bibir bergetar, kelopak mata berair kini mulai mengabur melihat objek terlihat karna akibat pukulan yang diterima nya sejak tadi. Luka lebam makin bertambah diwajah mungil nya. bibir tebal pucat terlihat sedikit robek hingga darah keluar dari sudut nya. Si mungil meringis saat kaki melangkah kembali. Terlihat ceceran darah bercampur tanah dari kedua kaki telanjang yang terluka menginjak batu kecil serta duri pada rerumputan. Namun semua rasa sakit itu tidak sesuai dengan segala sumpah serapah yang ia terima. Kenyataan nya kata kata dari sang ayah adalah pukulan terbesar yang ia dapat sebagai luka batin.
Sang Ayah begitu acuh saat mereka jadi tontonan beberapa orang disana, ia sedikit mengeraskan suara memanggil seseorang yang merupakan Nyonya besar dirumah prostitusi itu. Hingga akhirnya tibalah seorang wanita menghampirinya dengan sebungkus kantong kain berisikan koin perak di tangan.
“Ini, ambillah uang mu dan serahkan dia padaku.” Ucapnya angkuh dengan mata yang meneliti penampilan si mungil dari atas sampai bawah. Bibir tipis bergincu merah tersenyum smirk mengetahui sosok berlian dihadapan nya ini. Mungkin jika dipoles sedikit akan menjadi kadang uang baginga nanti.
“Wah Nyonya ini sungguh banyak sekali, tapi terima kasih. Dan mulai saat inikini juga dia kuserahkan padamu” imbuh Pria dengan kumis tipis diwajah nya saat menatap binar pada setumpuk koin ditangan nya. Tanpa tahu wajah sangat putra terdiam menatap kosong pada ayah nya itu.
“Jadi dia resmi milik ku Tuan Park, kau sudah tidak ada hak padanya lagi”
Ayah Jimin hanya mengangguk cepat.i berbalik mulai meninggalkan putranya yang meraung pilu untuk minta dibebaskan. Suara serak itu terus memanggil sangat Ayah berkali-kali berharap ada keajaiban. Namun semua nampak sia sia saja.
“Hiks, tidak Ayah, ayah tolong Jimin hiks. Aku takut—”
“DIAMLAH!,,,”
Bentak salah satu Pria bertubuh besar yang memegangi tangan nya sangat kasar. Si mungil nampak semakin takut hingga ia terus berteriak dan menginjak kuat kaki para centeng. Ia pun yang mengetahui adanya kesempatan untuk lari segera berbalik melangkah sekuat tenaga berlari menjauh dari jangkauan para centeng yang mengejarnya di belakang.
Nafas tersendat setiap kaki kecil mengambil langkah lebar, kepala menoleh kebelakang dengan raut wajah ketakutan. Rasa panik menyeruak ketika salah satu centeng berhasil mendekati tubuhnya dengan gapaian kuat mendorong si kecil hingga tersungkur di tanah berlumpur.
Brukkkhh
“Akhh, hiks ja-jangan hiks tidak mau,, lepaskan Jimin”
“Wah wah kau ternyata manis juga ya bocah, bagaimana sebelum dirimu laku kita bermain dulu sebentar heum, tenang saja aku takkan bermain kasar pada orang yang baru pertama kali merasakan nya.,” ucap salah satu centeng sembari menjilat bibir bawah menatap si mungil yang menggeleng kuat dengan air mata membanjiri kedua pipi bulat nya. Si mungil hendak menghindar namun tarikan tangan pada kedua kaki berhasil membuat tubuh mungil itu tergeletak ditanah. Ia semakin histeris saat tangan kasar kembali ingin menarik celana yang dipakai hendak menelanjangi si tubuh kecil.
“AAARGGHHH, TOLONG!!!”
Teriak nya begitu amat keras disela rintik hujan yang turun semakin deras berhasil membuat satu rombongan istana yang tengah lewat terhenti.
“Dayang Cha, apa yang terjadi didepan sana? Seperti nya aku mendengar teriakan meminta tolong?”
Suara lembut mendayu mulai menyapa dari dalam tandu dengan nada penasaran pada orang kepercayaan.
“Iya Mama, saya pun mendengarnya,,” jawab dayang itu singkat.
“Benarkan? Tapi tadi itu sepertinya terdengar suara anak anak? Coba perintahkan para penjaga untuk melihat nya” titah sang Ratu yang menyembulkan kepalanya diantara tirai
“Baiklah Mama saya akan melaksanakan perintah anda.”
Sang dayang pribadi kini mulai pergi menghampiri dua penjaga. Ia berbicara sesuai arahan Ratu hingga keduanya mengangguk patuh dan langsung berbalik mencari sumber suara.
Sementara si mungil menangis berusaha meronta menendang tubuh besar yang akan menindihnya, terdengar kekehan menyeramkan saat wajah si centeng semakin dekat dengan wajah mungil yang tengah ketakutan. Hingga Dewi Fortuna berpihak pada si mungil dengan adanya penjaga yang sigap menarik tubuh centeng itu dari dirinya.
“Hei kau,!!”
Kedua mata si centeng melotot kala melihat pedang panjang terangkat diudara, si penjaga yang tak memiliki belas kasih mulai menyabetkan benda tajam itu pada daerah leher hingga dengan telak berhasil membuat nya jatuh tersungkur dengan darah yang keluar sangat banyak.
Si mungil begitu terkejut atas kejadian itu. Baru pertama kali didalam hidup melihat pembunuhan langsung dikedua matanya. Rasa takut kembali naik hingga ia bergerak mundur untuk menjauhi penjaga
“Hei jangan takut nak, marilah ikut denganku karna ada seseorang yang ingin bertemu denganmu.” Ucapnya dengan mengulurkan tangan namun tampaknya si mungil tak menggubrisnya
“Ini perintah yang mulia Ratu,!”
Mendengar nama yang paling diagungkan itu ia pun Dengan cepat tangan kecil meraih si penjaga dan dibawalah tubuh kelelahan dari remaja laki-laki itu kehadapan Ratu.
“Wangbi Mama, penjaga berhasil membawanya apakah perjalanan bisa kita lanjutkan lagi?”
Sang Ratu lalu turun dari tandu hingga membuat dayang itu terkejut.
“Mama—,,”
“Diamlah dayang Cha, aku ingin melihat anak itu sebentar.” Ratu dengan wajah cantik itu berjalan mendekati sosok mungil yang terduduk dengan keadaan begitu mengejutkan nya. Ia mengulurkan tangan lalu menarik dagu remaja itu hingga dapat melihat keseluruhan wajah si mungil yang tertupi oleh beberapa luka lebam dan juga lumpur.
“Siapa nama mu, nak?”
Kedua manik sipit begitu terharu menatap rupa cantik yang memandangnya teduh. Ia bahkan terisak kembali
“Park Jimin, Mama—hiks” timpalnya dengan terbata
“Jangan menangis lagi kau aman sekarang Jimin, hapus air mata mu karna mulai hari ini kau akan ikut aku ke dalam istana.”
Ucapan sang Ratu membuat beberapa orang disekitarnya terkejut terlebih dengan Jimin sendiri.
“Dayang Cha!, Bawa Jimin ke istana dan gantikan pakaian nya nanti dengan yang layak.” Perintah nya dengan tegas membuat sang dayang pribadi menghela nafas
“Baiklah Mama,,”
Tepat mulai malam itu takdir kehidupan seorang Park Jimin akan perlahan berubah. Meski halangan merintang yang ia hadapi nanti. Ia akan tumbuh menjadi sosok kuat dan juga pribadi menonjol di dalam istana. Tinggal bermain dengan waktu, hingga sang semesta mengijinkan nya untuk menjadi pemeran utama didalam kehidupan kerajaan dengan Cinta, gelimang harta dan juga Tahta.
💮To be continued 💮
You must be logged in to post a review.
Related Paid Contents
-
🔒 I Feel You pt.2 (NC)
Author: _baepsae95 -
🔒 Braven – 12. Disclosure
Author: Miinalee -
🔒 Sugar, Baby – Special Ch
Author: Narkive94 -
🔒 Braven – 9. Synthesis
Author: Miinalee
Reviews
There are no reviews yet.