Dua bulan kemudian….
Kehidupan Jimin menjadi lebih baik setelah ia dibawa ke dalam istana oleh Ratu. Kini ia bertugas membantu di dapur istana dan juga terkadang menjadi teman main maupun mengobrol sang Pangeran Muda bernama Jeongguk.
Awalnya pertemuan mereka terlihat canggung terlebih si Pangeran kecil itu begitu acuh dan dingin terhadap dirinya. Jimin sempat merasa kesal menerima perlakuan Jeongguk yang kurang ajar terhadapnya meski status mereka berbeda Jimin sangat tidak suka dengan sikap si Pangeran yang sewenang-wenang serta tidak menghormati orang yang lebih tua.
Setelah lebih dalam mengenal Jeongguk, ia paham maksud perasaan Pangeran muda itu yang kesepian dibalik tahta yang mengemban berat dipikulnya. Bayangkan saja satu hari dilakukan hanya untuk belajar, belajar dan belajar. Padahal usia Jeongguk dibawah Jimin 2 tahun. Yaitu 14 tahun. Usia yang sangat muda dimana harus memikul berat nya tugas menjadi Pangeran yang memiliki akhlak mulia.
Jimin mulai paham bahwa Jeongguk membutuhkan teman. Hingga akhirnya dengan keberanian ia pun mendekati Jeongguk penuh rasa sabar sampai pada akhirnya si Pangeran Muda itu luluh dan nyaman berada di dekatnya.
*
*
*
“Jimin,! Kau dimana? Yak Jimin ah!?” Teriak seorang wanita tua yang bekerja sebagai pelayan didapur itu sembari melangkah memasuki kamar si manis dengan sebuah nampan berisikan makanan.
“Bibi aku disini,” balas Jimin saat baru saja merapikan alas tidur nya. Ia pun menghampiri wanita tua itu dengan senyuman pada bibir tebal hingga wanita yang ia panggil dengan sebutan Bibi itu ikut tersenyum.
“Ada apa Bi?, dan kenapa makanan cemilan itu dibawa kemari bukan kah harus diberikan pada pangeran?” Mata sipit nya melirik penuh pada nampan dipegang oleh wanita tua itu.
“Iya, yang mulia saat ini sedang belajar dengan guru nya tapi beliau pasti merasa bosan jadi kau bawa cemilan ini ke paviliun nya ya Jimin. pasti dia senang jika kau datang kesana” ucapnya sambil menyodorkan nampan penuh makanan itu pada si mungil yang menghela nafas pelan
“Si manja itu, — ishhh.”
Ctakkk
Sebuah jitakan dilayangkan oleh wanita itu pada kening mungil yang sedikit bertaut kesal tentu saja hal itu membuat Jimin mengaduh sakit. Ia mengusap kening dengan kasar sambil melotot lucu tak terima
“Aishhh bibi Kenapa memukul kening ku sih, tapi kan memang benar adanya dia itu sangat manja dan kekanakan. Selalu menyuruhku ini dan itu- menyebalkan sekali eoh” gerutunya jelas semakin kesal
“Ya ampun kau ini jaga ucapan mu Jimin. Ingatlah dia Adalah penerus tahta setelah Raja. jika ada yang mendengarnya nanti kau bisa terkena hukuman, aish anak ini benar-benar” sempat menarik nafas lalu Kembali berucap “Ya sudah ini ambillah dan bawa kesana jangan banyak mengeluh”
Hingga mau tak mau Jimin pun mengangguk malas meraih nampan lalu bergegas menuju tempat paviliun si Pangeran muda. Disetiap langkah kaki nya ia masih menggerutu didalam hati sembari bibir tebal dimajukan karna terlalu hafal jika nanti bertemu sosok yang ia bilang manja itu akan seperti apa.
Langkah kaki terhenti saat ia tiba didepan paviliun timur. Ia menunduk ketika seorang pelayan pribadi sang Pangeran menghampiri nya dengan tergesa
“Ini untuk Yang mulia,?”
“Iya tuan, semua ini makanan kesukaan beliau.”
Dan tak disangka pintu kamar sang Pangeran terbuka dengan cepat menampilkan sosok seorang anak laki-laki menatap Jimin berbinar di kedua bola mata bulat milik nya. Bibir tipis tersenyum lebar begitu manis
“Jimin Hyung,! Kau datang?” Ucap riang si Pangeran yang berjalan cepat menghampiri Jimin.
“Ya Yang mulia,-” si manis menunduk menjawab pertanyaan pangeran tersebut.
“Tsk,, aku kan sudah bilang Hyung panggil aku seperti biasa saja.” Imbuh nya santai sambil melirik pada pelayan pribadinya
“Ambilah makanan itu kau tega membuat temanku pegal tangan nya hah?” Sindir si pangeran
“Ah baiklah Wangja Mama,,,”
Nampan beralih dan tangan Jimin pun ditarik untuk memasuki kamar si Pangeran tanpa menghiraukan tatapan pelayan pribadi nya yang menggeleng tak percaya.
“Kenapa Hyung baru ke kamarku sih. Aku bosan dari pagi harus belajar ini dan itu. Kau tahu bacaan hafalan ku panjang sekali tadi” Adu nya pada Jimin ketika mereka berdua duduk berhadapan.
“Jangan seperti itu Yang mulia, eh Ggukie maksud ku– puas aku sebut nama manismu hah?!” Suara berubah sedikit tinggi dengan mata melotot lucu membuat sosok si pangeran dihadapan nya terkekeh gemas ia lalu meraih pipi gembil Jimin dan mencubit nya Sedikit kuat.
“Arghh,, sakit Ggukie..!”
“Habisnya Hyung lucu, hah andai saja aku bukan Pangeran. Pasti kita selalu bermain kan hyung. Aku benar-benar bosan karna setelah ini harus belajar lagi. Aku kan rindu padamu Jimin Hyung. Eoh apa yang kau bawa itu,”
Jimin meraih satu piring lalu memberikan nya pada Pangeran Jeongguk. “Ini kan kesukaan mu Ggukie. Makanlah yang banyak agar kau memiliki tenaga nanti dan kau bisa melewati segala nya tanpa ada hambatan sedikit pun ” tangan mungil menyodorkan sebuah piring berisikan makanan ringan pada Pangeran

“Wah, ini enak Hyung! Terima kasih.” Timpal nya senang meraih satu makanan kesukaan nya itu dan lalu melahapnya cepat
“Hei, bisakah kau jangan memanggilku seperti itu didepan banyak orang seperti tadi Ggukie-,,?”
Sosok Jeongguk kecil mendongak menatap Jimin dengan raut bingung “maksud mu,,?”
“Jangan panggil aku Hyung, panggil Jimin saja”
“Mana bisa kau kan lebih tua dari ku dan lebih manis akhh,-!” Lengan menadapat cubitan serta Jimin memberikan tatapan sangar yang dibuat-buat
“Apa kau bilang? Sudah makanlah saja itu semua jangan banyak bicara lagi Yang mulia..”
“Ya ampun kenapa Hyung yang marah sih, hei coba aku tanya memang nya kau ingin ku panggil apa? Jimin begitu? Aiish tidak ada enak nya- ah bagaimana jika ku panggil sayang atau Buin…” Senyum meledek mengembang hingga Jimin menatap datar
“Jangan macam-macam Ggukie, nanti aku yang terkena hukuman.”
“Iya-iya baiklah Jimin Hyung yang manis,,” ucap Pangeran Jeongguk yang memilih mengalah.
“Yang mulia Ratu datang,,!”
Suara Kasim Lee dari luar Paviliun membuat Jimin berdiri dari duduk nya dengan cepat. Tak lama masuklah sosok sang Ratu yang tersenyum teduh pada putra semata wayangnya itu
“Wangja, eoh Jimin kau disini juga..?”
“Iya Mama,, aku mengantarkan makanan untuk Pangeran tadi.”
Sang Ratu mengangguk lalu duduk disebelah putranya. Jimin memohon undur diri keluar dari ruangan kamar Jeongguk. Meski sebenarnya sosok Pangeran muda itu sempat tak suka.
“Wangja, hari ini kau belajar apa,?”
“Seperti biasa Ibu, tadinya aku jenuh namun Jimin Hyung eh maksud ku dia datang jadi aku merasa semangat lagi.” Timpal Jeongguk dengan tersenyum
“Tidak apa jika dengan Ibu panggil Jimin Hyung saja. Apa kau sangat suka mendapat kan teman seperti dia?”
“Tentu saja Ibu, dia sangat baik penurut dan juga manis-,” kata terakhir tertahan di hati mengingat senyuman dari sosok Jimin yang membuat nya begitu nyaman
“Ah begitu ya, ”
“Jika aku sudah besar dan mengganti kan ayahanda nanti bisakah aku meminta Jimin Hyung menjadi pendamping ku Ibu,,?”
Pertanyaan begitu polos dari Jeongguk membuat sang Ratu terkejut. Ia mengulurkan tangan menyentuh kepala putra nya dengan lembut
“Apa yang kau ucapkan Wangja, dia laki-laki sama seperti diri mu. Kalian tak bisa bersama” tutur nya dengan nada pelan membuat Jeongguk mengerucutkan bibir merasa kecewa dengan apa yang ia dengar
“Tapi kenapa?”
“Karna posisi mu sebagai seorang Raja nanti harus memiliki keturunan, dan istri mu harus bisa memberikan nya sedangkan Jimin, dia tidak bisa melakukan nya sayang.”
Jeongguk tak bisa menerima penjelasan dari sang Ibu, ia hanya diam dan mulai kehilangan selera makan.
“Tapi aku hanya menginginkan dia seorang bukan yang lain,,”
💮
💮
💮
Ratu berdiri melamun memikirkan ucapan Jeongguk soal mengenai keinginan menjadikan Jimin menjadi pendamping nya kelak, meski itu terucap dari kepolosan putra tersebut tetap saja ia mempunyai rasa gelisah dihatinya. Kedekatan Jimin dan Jeongguk memang tidak menjadi masalah namun sering nya sang Pangeran muda membicarakan Jimin dengan wajah berseri membuatnya khawatir juga.
“Aku harus bagaimana? Jika mereka ku pisahkan pasti anak ku tak menerima nya tetapi jika terus melihat mereka bersama akan lebih sulit membuat keyakinan nya berubah.” Gumam nya pelan hingga tak sadar jika dibelakangnya terdapat seorang Pria tampan menatap nya teduh. Sosok tampan penuh wibawa itu mendekat dan memeluk nya dari belakang
“Buin, apa yang sedang kau pikirkan? Serius sekali sampai aku datang kau tak tahu?” Bisik nya seraya menaruh dagu dibahu istrinya
“Maaf Jeonha. aku hanya sedang memikirkan Pangeran.”
“Memangnya kenapa dengan putra kita,? Apa ada suatu hal yang mengganggu pikiran mu?”
Tubuh dibalik perlahan dan mereka saling menatap satu sama lain
“Mm tidak ada apa-apa Jeonha, Hanya saja perkataan Pangeran membuat ku sedikit gelisah, apa kau ingat dengan anak laki-laki yang aku bawa waktu itu?”
Raja mengangguk “namanya Jimin bukan? Lalu ada apa dengan nya?”
“Pangeran menginginkan Jimin sebagai permaisurinya Jeonha..”
Senyuman Raja hilang seketika dan tergantikan dengan wajah serius
“Apa yang sedang kau ucapkan Buin?! Ini tak masuk akal lebih baik kirim teman bermain nya Jeongguk itu ke Paviliun barat dan biarkan menetap disana selama Pangeran fokus dengan semua kewajiban nya.”
Sang Ratu menghela nafas pelan “baiklah akan aku lakukan Jeonha…”
💮 To Be Continued💮
You must be logged in to post a review.
Reviews
There are no reviews yet.