Chapter 14

Author: Arjunapisces

 

 

“Ayah, kapan kau datang? Apa sudah lama menungguku? ”

 

” Mama,”

 

Namjoon membungkuk memberikan hormat nya pada Jimin dan tentu pemuda manis itu mengerucutkan bibir nya. Ia merasa tak suka namun mau bagaimana juga ini semua merupakan tata krama didalam istana. Ia pun memasuki kamar nya disusul Namjoon di belakang. Keduanya duduk berbagi obrolan tentang apa saja yang terjadi beberapa hari ini. dan Jimin sangat antusias memberitahukan segala yang terjadi padanya saat mendapatkan perjamuan makan siang bersama ibu suri dan ibu Ratu.

 

“Jadi Ibu suri memberikan mu gelang itu?” Mata sipit tajam terarah pada gelang giok yang tengah Jimin pegang. Sebuah ulasan senyum terbit dari wajah manis nya. Namjoon ikut tersenyum dan meraih cangkir gelas berisikan teh hijau, ia meminum nya hingga tandas disusul Jimin yang ikut menyeruput minuman milik nya.

 

“Iya dan Ayah apa kau tahu jika wajah Ratu saat itu sangat terlihat kesal padaku, dia sama sekali tak bersuara sepatah kata pun terhadap ku. Ah seperti nya sangat asyik membalas dendam dengan cara seperti ini. Dia akan menyakiti diri nya sendiri” Jimin menutup mulut ketika ia tertawa puas, Namjoon ikut tersenyum dan mengangguk

 

“nikmati saja balas dendam mu Mama, aku akan menonton nya secara langsung meski perlahan hingga ia menjemput ajal nanti”

 

Keduanya kembali menyeruput teh menikmati obrolan santai hingga tak lama dayang bernama Shin datang dengan memberitahu kan kehadiran Jeonghyun yang terlihat berjalan menuju Paviliun nya.

 

Pintu kamar terbuka, wajah Jeonghyun berbinar melihat Jimin yang berdiri menyambut kedatangan nya dengan senyuman Manis. Ia menoleh ketika suara Namjoon menengahi hingga sang Kaisar berdehem menghentikan langkah kaki nya ketika ia ingin menerjang tubuh sang selir dengan pelukan.

 

“Jeonha…”

 

“Kau disini? Apa aku menganggu pertemuan kalian?”

 

Namjoon menggeleng lalu tersenyum “tidak Jeonha justru saya sudah selesai berbicara dengan Seoki Mama”

 

Jeonghyun mengangguk. Namjoon pun berpamitan untuk pergi. Pintu baru saja tertutup dan tubuh Jimin mendapat terjangan kuat dari suami nya itu

 

“Ah! Hyung, kenapa kemari? Bukan kah Hari ini Hyung bilang akan sibuk?”

 

Jeonghyun melepas pelukan lalu menatap lamat wajah Manis Jimin “kau tak suka aku datang?”

 

Jimin menggeleng “bukan begitu, aku suka sekali kau datang kemari.” Ucap nya seraya memeluk tubuh suaminya erat. Pipi gembil menempel pada dada bidang sang Kaisar. Pucuk surai dikecup mesra lalu ia berbisik “aku sangat lelah jadi membutuhkan energi lewat pelukan dari mu sayang ku”

 

Jimin tertawa dan kembali memeluk tubuh Jeonghyun. “Aku peluk sampai energi mu terisi eoh. Hehe”

 

Jeonghyun kembali mengecup pipi gembil dan melepaskan kedua tangan yang memenjarakan tubuh nya. Tangan mungil ia genggam erat lalu dikecup keduanya bergantian

 

“Sekaligus ingin memberitahu bahwa besok kau akan ikut bersama rombongan Ratu pergi ke suatu desa untuk bertemu langsung dengan rakyat disana.”

 

“Pergi keluar istana? Bersama Ibu Ratu?”

 

Jeonghyun mengangguk “Iya, disana kau akan melihat langsung kehidupan rakyat yang aku dengar dari beberapa menteri bahwa penduduk didesa itu sangat makmur. Aku meminta pendapat mu akan Hal itu Seoki”

 

Jimin merasa bingung Karna ucapan Jeonghyun hingga pria penguasa itu mencubit gemas pucuk hidung yang mengerut. “Nanti Kau juga akan paham apa dari maksud ucapan ku sayang. Untuk Hari ini cukup energi nya. Sebab pekerjaan ku masih banyak menunggu untuk diselesaikan hari ini juga”

 

Jimin memejamkan kedua mata menikmati hangatnya perlakuan sang kaisar yang mengecup kening bya kembali lebih lama. Hingga mereka terkekeh bersama “kenapa tidak disini hyung” Tunjuk Jimin pada belahan bibir tebal. Jonghyun memalingkan wajah kesamping

 

“Nanti yang ada aku menghabiskan benda itu sekarang dan melewatkan hal lain nya di malam hari sayang.. ”

 

Wajah lelaki manis itu tak mampu menahan senyum nya hingga ia pun berjinjit mengecup kilat bibir tipis sang kaisar.

 

“Tapi aku menginginkan itu sekarang dan sudah terpenuhi” Ia lantas tertawa pelan sebelum mendapat tarikan dipinggang.

 

“Selir ku sangat berani sekali memicu birahi di siang hari ini hum.. ”

 

Mereka tertawa kembali sampai terdengar ke luar kamar hingga beberapa dayang setia Jimin tersenyum malu.

 

“Sudah sana pergi jika terus disini kau bisa dimarahi oleh rakyat mu tahu. Mereka lebih utama dari ku Hyung”

 

“Iya sayangku. Mereka memang utama tapi tahta tertinggi itu masih Seoki ku”

 

“Raja penggombal” Desis Jimin diakhir kalimat hingga mendapat cubitan di pipi nya. Jonghyun pun berpamitan pergi meninggalkan paviliun sang selir kesayangan. Jimin tersenyum melihat tubuh suaminya yang perlahan menjauh. Tatapan nya terus melembut “berada didekatmu aku merasa sangat bahagia Jeonha’

 

Gumam nya pelan. Ia mungkin tak pernah tahu jika pintu hati nya sudah terbuka perlahan untuk lelaki berwibawa seperti Jeonghyun. Bahkan sejak pertemuan pertama mereka terjadi di awal.

 

🌺

 

🌺

 

🌺

 

Esok hari yang ditunggu oleh Jimin telah tiba. Ia berjalan begitu anggun diikuti oleh para sayang dibelakangnya. Bibir tebal tak pernah melunturkan senyum, membalas banyak pasang mata yang melirik pada nya penuh minat. Di tilik dari jarak 2 meter telah ada sosok Ratu berdiri menunggu kedatangannya pagi itu. Wajah Jieun tersenyum penuh akan arti melihat balik kedatangan Jimin yang semakin dekat padanya

 

Tubuh sang selir membungkuk memberi hormat hingga tak lama suara Jieun menginterupsi nya “matahari telah terbit dan semakin memunculkan sinarnya lebih terang. Semilir angin yang bersahaja sudah pergi entah kemana hingga meluapkan hawa sedikit panas. Tapi sepertinya kau masih terlalu nyaman dengan ranjang selir mu itu Seoki” Bibir tipis mengedutkan senyum. Jelas ucapan dari sosok Ratu Joseon itu adalah bentuk sindiran pada keterlambatan Jimin. Namun wajah Jimin sama sekali tak gentar terpengaruh oleh setiap kata yang teruntai. Ia justru menahan senyum dan kemudian membalas nya dengan nada lembut

 

“Maafkan saya yang mulia Ratu atas keterlambatan dalam mendampingi mu keluar istana. Seseorang telah membuat saya kerepotan pada waktu angin yang masih berhembus sangat kencang, menerpakan aura dingin pada setiap kulit manusia tanpa sehelai penutup nya, oleh karna itulah saya tertahan untuk datang kepada Anda”

 

Kali ini wajah Jieun berubah datar. Tangan nya terkepal kuat meremas rok hanbook abu-abu nya. Tampak para dayang bahkan tak percaya mendengar jawaban dari Selir istana itu hingga tak bergeming pada tempatnya. Berbeda hal dengan rombongan dayang milik Jimin. Mereka berusaha menahan tawa bahkan dari beberapa dayang terlihat menutup mulut nya sangat rapat dengan tangan.

 

“Tahta ku lebih tinggi dari mu Jimin. Meskipun kau kini sebagai selir Jeonghyun, tapi dimataku kau tetaplah seorang rakyat jelata” Batin Jieun sebelum memasuiki tandu nya dengan wajah masam. Tak lama disusul oleh Jimin yang berjalan kearah belakang tandu Jieun. Ia sempat melirik pada kain penutup melihat sosok Ratu itu mengumpat sembari memukul lutut nya melampiaskan rasa kesalnya.

 

“Ini tidak seberapa Yang mulia Ratu, ini baru kerikil kecil yang menimbun beban pikirmu saja. Aku masih menyimpan batu besar nya diakhir nanti karna perjalanan ku untuk membuatmu turun tahta masih jauh. Atau mungkin kau bisa bertemu dengan sahabat ku nanti diatas sana. Meski status kalian nanti akan berbeda antara surga dan neraka”

 

Jimin memasuki tandunya duduk dengan penuh senyum cerah. Kedua mata indah menutup sebentar

 

“Mari Jimin hadapi satu lagi ujian dalam kehidupan penuh drama ini dengan menyikapi segalanya tanpa memudarkan senyum manismu, seperti yang selalu dibilang oleh Jeonghyun hyung-kau adalah penakluk. Dan aku akan wujudkan itu mulai dari sekarang”

 

Tak lama rombongan penjaga serta para dayang mulai berjalan meninggal kan istana menuju tempat tujuan disalah satu desa yang tak jauh dari pusat kota pemerintahan. Disepanjang jalan Jieun tak menyurutkan rasa kesal terhadap Jimin. Ucapan yang terdengar jelas penghinaan bagi nya. Tak terasa air mata jatuh dipipi ketika bibir bergetar memanggil lirih nama Jeonghyun penuh sarat kesedihan mendalam. Sudah terhitung lebih 3 tahun lamanya sikap sang Kaisar begitu berbeda padanya. Tentu saja ia merasa gusar dan gelisah. Berbeda dengan Jimin yang nampak tersenyum teduh mengintip dari balik tirai pemandangan indah dari rerimbun bunga yang tengah mekar sangat cantik. Jemari mungil tak henti mengelus gelang giok pemberian Ibu suri, menjadikan itu salah satu tenaga nya.

 

Butuh waktu 3 jam untuk sampai pada tempat tujuan dan kini kedua tandu telah diturunkan perlahan ketanah. Jieun serta Jimin bersamaan keluar dari tandu mereka hingga disambut oleh banyaknya para rakyat serta dua mentri yang ditugaskan untuk bertugas disana.

 

Jieun menampilkan senyum manis nya kembali menyapa balik para rakyat didepan nya. Ia lalu melirik pada sosok Jimin yang ada disamping nya “bukankah ini saat nya aku memperlihatkan posisi mu itu Jimin?” Batin nya.

 

“Kami sangat bahagia Yang mulia Ratu Agung Joseon datang ke desa kami. Kami sangat menunggu hal ini sudah dari sejak lama Mama. Semoga anda panjang umur Wangbi Mama”

 

Jieun mengangguk lalu berjalan mendekat “Terima kasih atas doa baik kalian semua, aku pun secara pribadi sangat antusias untuk datang dan melihat kemakmuran yang aku Terima dari laporan para menteri yang terkait”

 

Sontak beberapa wajah para rakyat yang tengah bersimpuh didepan nya mengisyaratkan ekspresi lain dan hal itu hanya Jimin lah yang bisa melihat nya. Dua menteri itu mengajak Jieun untuk berkeliling dan melihat kemajuan didesa. Jimin sendiri tak ikut, ia fokus melihat kegundahan dari wajah beberapa orang yang melihat kepergian Jieun. Hingga ia pun mendekat “Apa yang menjadi beban pikiran kalian? Sehingga sangat terlihat jelas bahwa ada satu kesedihan yang aku tangkap? Atau mungkin aku hanya salah menerka disini?”

 

Pertanyaan yang terlontar dari sosok Selir istana itu sempat membuat para rakyat saling pandang, mereka diam tak berani bersuara sedikit pun.

 

“Kenapa kalian diam? Aku disini juga merupakan utusan Raja. Jika kalian mengalami suatu masalah bisa kalian sampaikan padaku. Jangan takut, jadi bicaralah” Kembali Jimin bersuara dengan penuh kelembutan. Satu di antara mereka lalu mendekat bahkan memegangi kedua kaki Jimin. Dayang Shin bergerak untuk menyingkirkan orang itu namun Jimin memberikan kode dengan tangan agar membiarkan nya. Suara isak tangis keluar dari perempuan tua dibawah kaki nya.

 

“Mama, tolonglah kami Mama. Kami sangat tertekan disini. Yang terlihat dipandang mata tidaklah sesuai dengan kenyataan yang ada Mama..”

 

Jimin memegangi bahu perempuan tua itu berusaha untuk membangun kan nya

 

“Janganlah menangis, katakan padaku ada apa? Apa yang sebenarnya terjadi?”

 

“Mama suami ku mendapatkan ketidakadilan. Ia dituduh mencuri di biro kepolisian padahal suami ku sama sekali tidak pernah berani untuk menyentuh semua barang disana. Ia hanya ditugaskan untuk mengantar sebuah kantong berisi gandum”

 

Jimin terkejut.

 

“Benar Mama bahkan panen kami dibayarkan sangat minim dari perjanjian. Kami ditindas selama bertahun-tahun setelah pemimpin sebelum nya meninggal dunia. Kami semua sangat sengsara.”

 

Lelaki berpenampilan sedikit rapi ikut bersuara hingga Jimin kembali dibuat terperangah. Hingga tak lama terus bermunculan keluhan lain dan semuanya sangat terdengar bertolak belakang dengan apa yang ia dengar dari Ucapan Raja sebelum nya.

 

“Hyung, apa ini tujuan mu mengirim ku untuk ikut bersama dengan Ratu kemari? Jika memang iya aku akan berusaha untuk mengatasi semua ini dengan caraku sendiri” Gumam nya ketika mengangguk pada para Rakyat yang kini menaruh harapan besar padanya

 

Sementara di istana tampak Jeonghyun tersenyum tipis melihat buga sakura yang mekar dihalaman paviliun Jimin. Kasim Lee mendekat pada nya “Jeonha, apa semua akan baik-baik saja disana? Bukankah ini terlalu berat sebagai tugas pertama bagi Seoki Mama?”

 

Jeonghyun menoleh “tidak, dan aku sangat yakin bahwa dia mampu melakukan itu semua. Aku sangat yakin Jika Jimin ku cerdas dalam mengatasi kegaduhan didesa itu”

 

Kasim Lee terdiam lalu hanya mampu mengangguk. Sementara Jeonghyun kembali menatap kelopak bunga sakura yang gugur ke tanah

 

“Seoki, ini adalah ujian kecil untuk mu. Aku sudah memberikan banyak kesempatan pada Jieun namun ternyata dia sama sekali tidak mampu melaksanakan kewajiban nya sebagai Ratu. Penompang untuk Rakyat yang membutuhkan. Dan aku berharap jika rencana ku untuk menberikan gelar itu suatu hari nanti sangatlah tepat,”

 

🌺To Be Continued 🌺

Reviews

There are no reviews yet.

Be the first to review “Chapter 14”
Beranda
Cari
Bayar
Order