Wajah Ratu Joseon tampak terlihat begitu panik setelah mendengar kabar jika para penjahat yang akan menghabisi Jimin telah tertangkap hidup-hidup, dan kini sudah ditahan sementara digudang kosong yang dijaga oleh banyak nya Para pengawal istana kerajaan.
Jieun terus berjalan mondar mandir dalam lamunan kecemasan yang mendominasi. Ia masih menunggu sang dayang pembawa berita kembali dari penginapan tempat Jimin tinggali. Ia sungguh tak bisa menahan rasa penasaran nya lebih lama hingga memberanikan diri untuk melangkah keluar dari kamar nya. Beberapa dayang yang tersisa sontak saja menahan kepergian nya dengan berbagai cara. Jieun terus berteriak untuk melepaskan tangan yang mencegahnya. Satu kali bentakan mampu membuat ia kembali berjalan melewati pintu rumah.
Namun Ia terhenti ketika dayang yang ditunggu pun kini datang tergopoh dengan wajah pucat pasi.
“Mama, wangbi Mama.”
Jieun berhenti tepat didepan sang dayang. Ia memegang bahu wanita itu dengan kuat seraya tatapan menuntut penjelasan.
“Katakan apa dia sudah tiada? Apa Seoki sudah Mati! Cepat jawab pertanyaan ku!” Teriaknya karena merasa frustasi.
“Saya tidak tahu Mama, dia saat ini tak sadarkan diri. Begitu juga Sehza Mama terluka di bagian tangan nya”
Nafas Jieun melambat. Cengkraman pada bahu dayang nya terlepas. Ia terkejut mendengar nama sang putra yang ikut terluka didalam insiden yang sudah ia rencanakan. Jieun memundurkan langkah lalu meraih sebuah balok kayu yang terdapat dibawah kaki nya. Ia mengarahkan benda itu tepat pada wajah dayang kepercayaan nya.
“Apa yang kau katakan Dayang cha! Apa maksud mu bahwa putra ku terluka?”
Mata Jieun memicing tajam. Dayang Cha menelan ludah kasar.
“Sehza telah menolong Seoki Mama dari kematian Ratu”
Brukh
Tubuh Jieun terjatuh di tanah. Ia tak percaya dengan apa yang ia dengar.
“Apa yang kau lakukan Sehza, kau membahayakan nyawa mu demi menyelamatkan musuh Ibu mu. Apa yang ada dipikiran mu Jeongguk.”
Tangan nya meremas tanah. Ia meluapkan puncak amarahnya karena telah gagal membunuh Jimin. Sudah ia pastikan setelah ini akan ada musibah lebih besar datang padanya tanpa ada bantuan perlawanan. Jieun berusaha meredam ketakutan terbesar jika para penjahat itu berani menyebutkan nama nya ketika diinterogasi oleh biro kepolisian.
Ia Menarik nafas panjang lalu ia hembuskan perlahan. Wajah sang Ratu mulai terlihat tenang.
“Kirimkan surat pada paman ku, bilang padanya aku membutuhkan bantuan nya untuk menutup mulut orang-orang yang akan diinterogasi besok”
Dayang cha mengangguk. Ia tak berani mengucapkan sepatah kata pun. Ia kembali berbalik pergi. Sedangkan Jieun mulai bangun dan berdiri anggun. Kedua Tangan mengibaskan pada rok hanbook yang kotor. Bibir tipisnya sebisa mungkin ia paksa untuk tersenyum.
“Antarkan aku ke tempat Selir Seoki sekarang juga”
๐บ
๐บ
๐บ
Jeonghyun terus memacu kudanya secara cepat. Ia terus memerintah kan para pengawal untuk tetap menerjang kegelapan malam. Ia bahkan tidak perduli jika kaki kaki kuda sudah merasakan kelelahan akibat menempuh jarak sudah terhitung 4 jam lamanya. Kasim Lee melihat itu hanya menggelengkan kepala nya pelan meski ia merasa khawatir akan keadaan Kaisar.
Dari jarak sekitar 2 meter, mata Jeonghyun membulat ketika melihat banyak obor yang menyala. Kuda milik nya lantas berhenti. Begitu juga rombongan yang ada tepat di belakang nya.
Jeonghyun turun dan sedikit berlari menerjang kerumunan tepat di sebuah rumah. Kedatangan sang penguasa sempat membuat banyaknya pengawal kerajaan disana terkejut hingga kompak membungkuk hormat padanya.
“Jeonha”
“Dimana Seoki? Dimana Isteri ku!”
Wajah Jeonghyun begitu panik melihat keheningan dari pertanyaan yang ia lontarkan. Ia yang merasa tak bisa menahan kesabaran pun kini mulai memasuki rumah itu dengan langkah cepat.
Perlahan langkah kaki nya memelan seiring melihat tubuh Jimin yang terkulai lemah tertidur dengan keadaan tengah mendapatkan pertolongan. Kehadiran Jeonghyun disana membuat tabib berdiri dan menjauh saat Jeonghyun duduk disebelah tubuh Jimin.
“Seoki ”
Tangan Jimin ia genggam erat, pipi gembil sang selir mendapat sentuhan. Air mata Jeonghyun turun melihat kekasih hatinya tak berdaya didepan nya saat ini. Ia bisa melihat ada noda darah pada sekitar wajah. Baju hanbook yang terakhir dipakai Jimin pun sudah dipenuhi oleh darah.
“Bagaimana keadaan nya tabib?”
“Jeonha, rembasan darah dari luka sayatan pedang saat ini sudah berhasil berhenti sepenuhnya. Namun kita harus menunggu Seoki Mama sadar kembali demi meminumkan ramuan herbal yang sudah diracik hingga dapat memulihkan kondisi tubuh lemah nya”
Jeonghyun mengangguk pelan. Mata nya melirik pada mangkok berisikan obat diperuntukkan bagi Jimin nya. Ia mengecup kening selir kesayangan nya itu lamat sembari mengagumkan permintaan maaf
โJimin, maafkan aku. Maaf karena aku mengirimmu pergi dari istana. Aku membahayakan keselamatan mu disini Sayang. Seoki ku mohon sadarlah. Aku sudah disini” bisik Jeonghyun dengan suara penuh sesal. Ia lalu menoleh pada tabib yang telah merawat isterinya itu dan berucap
“Pergilah, biar aku yang merawatnya. Terima kasih karena kau sudah berusaha menyelamatkan Jimin. Kau akan mendapatkan hadiah untuk itu”
Tabib itu membungkuk sembari mengucapkan terima kasih. Ia pun meninggalkan Jeonghyun dengan Jimin didalam kamar. Pintu tertutup rapat kembali. Suara tangis sang penguasa kembali terdengar, “bangunlah Seoki, Jeonghyun mu disini. Aku sudah datang sayang. Bukalah matamu isteriku”
Genggaman tangan mendapat respon dari pemuda mungil itu. Jeonghyun menatap pergerakan jemari Jimin dengan binar.
“Sayang? Kau sadar? Jimin?”
Kelopak mata indah bergetar berusaha untuk membuka demi melihat seseorang yang sedang menangisi nya. Birai penuh itu terbuka mengeluarkan suara begitu pelan
“H Hyung nghh”
“Sutt, jangan berbicara dulu Seoki. Kau lemah saat ini. Istirahat lah”
Jimin tersenyum kecil. Tangan terulur lambat mengarah pada wajah Kaisar. Air mata ia hapus dengan lembut
“Ja jangan menangis aku tak apa h Hyung”
Jeonghyun nya mengangguk. Lalu mencium tangan Jimin berkali-kali
“Terima kasih sayang sudah bertahan. Terima kasih sudah membuka mata mu. Maafkan aku”
“Kenapa meminta maaf h Hyung.. aku sudah selamat, kau bisa melihat ku bukan?”
Mereka saling menatap, Jimin menarik nafas pelan. “Aku sungguh tak apa Hyung”
“Iya sayang, aku percaya. Isteri ku sangat lah kuat. Ayo Sekarang minum ramuan nya agar kondisi mu cepat kembali pulih Seoki. Setelah ini kau istirahat lah aku akan mengurus sesuatu hal dulu diluar sana henm, setelah itu aku akan kembali dan tidur dengan mu sayang”
Kening kembali Jeonghyun kecup. Ia meraih mangkok diatas nakas kecil, membantu Jimin untuk meminum ramuan nya hingga habis. Setelah itu ia membiarkan Selirnya untuk tertidur kembali. Sedangkan dirinya mulai pergi meninggalkan Jimin seorang diri didalam kamar. Ia kini fokus untuk pergi menemui para penjahat yang sudah tertangkap.
Wajah nya memperlihatkan raut tak bersahabat sedikit pun.
“Dimana mereka ditahan. Bawa aku kesana. Aku sendiri Yang akan menginterogasi mereka”
“Mereka ada di gudang belakang Jeonha, satu dari keempat di pelaku pembunuhan berusaha untuk bunuh diri dengan menusuk dirinya menggunakan pedang, sekarang kondisinya tengah kritis dan dirawat oleh beberapa tabib”
“Bagus, pastikan dia untuk tetap hidup karena aku ingin mencari akar utama dari percobaan pembunuhan terhadap Jimin. Mereka tidak akan aku ampuni sedikit pun”
Jeonghyun mulai melangkah kembali mengikuti beberapa prajurit yang akan mengantarkan nya ke gudang. Namun langkah nya terhenti lagi saat berjumpa dengan Jieun yang memasang wajah terkejut atas kehadiran sang Kaisar disana. Wanita dengan gelar ratu utama kemudia mendekat dan memberikan hormat nya pada Raja.
“Jeonha kau disini?”
Jeonghyun tersenyum kecil padanya
“Seperti yang kau lihat Ratu,”
“Lalu kau sendiri sedang apa kemari? Ini sudah malam beristirahat lah Jien”
“A-aku ingin melihat Seoki yang terluka Jeonha. Aku ingin memastikan keadaan nya saja”
“Tidak Ratu, sebaiknya kau kembali ke kamar mu. Jimin sudah berhasil melewati masa kritisnya dan sekarang dia tengah beristirahat.”
Jien menggigit bibir bawahnya merasa jengkel bukan kepalang. Ada rasa marah yang ingin ia luapkan pada suami nya itu, namun ia cukup tahu diri dimana mereka saat ini serta keadaannya tak memungkinkan untuk berbicara banyak. Ia pun memilih untuk mengalah.
“Baiklah Jeonha aku akan kembali ke kamar. Tapi jika kau ada waktu bisakah kita berbicara nanti?”
“Akan aku pikirkan, saat ini aku ingin melihat para pelaku yang ada di gudang dahulu.”
Jieun memundurkan langkahnya saat Jeonghyun melewatinya tanpa ada senyum manis diwajah rupawan nya. Entah kenapa detak jantung milik nya kian berpacu semakin cepat dirasakan saat mengetahui Jungkook sendirilah yang akan menemui para orang suruhan nya
“Paman, cepatlah datang kemari. Aku tidak ingin masalah ini menjadi rumit jika mereka menyebut nama ku didepan Raja nanti”
๐บ
๐บ
๐บ
KRIEET
Suara pintu kamar terbuka sangat pelan, lelaki berparas tampan itu berjalan mendekati pada tubuh Jimin yang terbaring di ranjang. Ia duduk melihat dari dekat wajah cantik yang damai dalam tidur nya. Tangan kekar yang terperban terulur ingin menyentuh pipi gembil sang selir namun ia urungkan. Jeongguk mengeluarkan air mata nya, ia menangis ketika mengetahui jika sosok didepan nya ini adalah orang yang selama ini ia cari. Jimin hyung nya masih hidup, begitu dekat dengan nya namun ia sama sekali tak bisa merasakan jika lelaki itu adalah cinta pertama nya.
Jeongguk menatap lekat pada gelang merah ditangan nya. Ia remas kuat demi melampiaskan rasa rindu yang ia pendam bertahun-tahun lama nya. Bibir tipis sebisa mungkin ia gigit demi menjaga isakan keluar namun sayang, ia tak berhasil. Rintihan rindu itu lantas membuat Jimin tersadar dari tidur nya
“Sehza kau disini?” Suara lembut teralun. Jeongguk menghapus air mata nya dengan cepat.
“Ka-kau baik baik saja Sehza”
Jeongguk menaikan satu alis nya merasa heran atas pertanyaan dari Jimin. Mata indah itu menatap nya teduh.
“Kau masih berpura-pura Jiminie hyung?”
Jimin tercekat setelah mendengar panggilan itu. Ia memalingkan wajah nya kearah lain. Jantung nya sudah serasa akan melompat dari tempat nya. Ia belum siap bertemu dengan Jeongguk dalam identitas aslinya. Tangan mendapat sentuhan hangat. Jeongguk kembali berbicara padanya sangat pelan
“Aku takkan bertanya padamu perihal apa yang kau tutupi ini Hyung. Aku kemari sebagai Ggukie mu bukan sebagai putera mahkota. Aku kemari karena merindukan mu. Rindu Jiminie Hyung, tak ada lain nya. Kau menyelamatkan hidup ku, apa aku boleh berharap jika kau memiliki perasaan yang sama dengan ku?”
Tak ada jawaban, hanya ada keheningan. Jimin masih diam membisu. Pandangan mata mulai mengabur akibat genangan air mata menumpuk. Ada sesak didada yang ia ingin luapkan namun keadaan tidak mengijinkan.
“H-hyung akโ”
“Sehza maaf aku sangat lelah”
Jeongguk menghentikan ucapan nya saat mendengar kalimat itu. Ia mengangguk kemudian berdiri dari sisi ranjang Jimin. Ia pun memberikan gelang merah pada lelaki yang masih setia tak menatap nya sedikit pun.
“Ini milik mu Hyung, aku akan menunggu mu sampai kau kembali menjadi Jiminie Hyung ku”
Ucap nya sebelum meninggalkan kamar Jimin dengan perasaan kecewa. Sedangkan Jimin sendiri akhirnya menangis sembari menatap gelang ditangan nya.
“Maafkan aku Jeongguk, kau harus membenci ku. Aku harus menjalankan tugas ku untuk membalas dendam pada ibu mu. Aku bukan lah Jimin yang dulu, aku saat ini adalah Kim Seoki, isteri dari paduka raja. Ayahanda mu Ggukie”.
๐บTo Be Continued ๐บ
You must be logged in to post a review.
Related Paid Contents
-
🔒 Manager Jeon pt.2 (NC)
Author: _baepsae95 -
🔒 Sky Above
Author: _baepsae95 -
🔒 I Feel You pt.2 (NC)
Author: _baepsae95 -
🔒 Braven – 25. Bonding
Author: Miinalee
Reviews
There are no reviews yet.