Clean Boy
Clean boy adalah cerita fantasi modern yang menceritakan tentang anak laki-laki yang membenci kuman, bersekolah di sebuah sekolah bernama magic hour; sekolah bagi para calon penyihir baik. Dia disukai oleh seorang kapten basket yang dianggapnya sebagai dewa kuman. Akankah hatinya bisa luluh dengan sihir pesona dari sang kapten basket?
Note: ada 3 tingkatan kelas di sekolah magic hour
Kelas tinggi; black class
Kelas tengah; red class
Kelas rendah; green class
Tingkatan tersebut bisa didapat sesuai dengan kemampuan sihir masing-masing siswa.
Siang ini di kantin sekolah magic hour seorang siswa bernama Seokjin terlihat sibuk membersihkan meja dengan desinfektan dan tisu yang selalu ada di genggamannya. Meja itu memang terlihat sangat bersih bagi siswa lain tapi tidak dengan Seokjin, dia melihat meja itu sebagai benda yang sangat kotor dan banyak kuman.
“Bersih-bersih lagi? Mending lo jadi OB di sekolah aja deh, kayaknya ini sekolah bakal jadi sekolah terbersih se-region.” Yang berbicara itu adalah Hoseok anak green class, teman dekat Seokjin sejak mereka tinggal satu kamar di asrama.
“Berisik banget lo, emang lo mau makanan lo nanti bercampur sama kuman?” Seokjin langsung menghilangkan tisu kotornya dengan sihir.
Sekolah magic hour bukanlah sekolah biasa. Sekolah itu memiliki beberapa kelas, dipakai untuk mengajarkan para murid dalam mengimplementasikan sihir di dunia yang sudah mulai jahat ini, demi keselamatan diri sendiri maupun orang lain.
“Mau makan kuman juga gue gak akan kenapa-kenapa.” Hoseok terus menikmati menu makan siangnya sebelum bel masuk berbunyi dari pada mengikuti tutur kata Seokjin yang membuat orang geleng-geleng kepala.
Setelah selesai membersihkan meja dan alat makannya barulah Seokjin bisa dengan tenang menyantap bekal yang selalu diantarkan oleh sang mama yang juga tidak suka dengan benda kotor.
Saat menikmati santap siang, segerombol siswa yang baru selesai bermain basket berjalan melewat tempat duduk Seokjin dengan bau keringat yang tidak sedap. Seokjin langsung menyemprotkan cairan anti kuman ke udara sekitarnya sambil bergidik merinding sewaktu melihat ke arah para anak laki-laki bau matahari itu.
“Jin, jangan gitulah. Kalau mereka tersinggung gimana?” Tanya Hoseok.
“Lo tau gue orangnya kayak gimana kan. Udah habisin itu makan siang lo, keburu banyak kuman yang menempel.” Seokjin melanjutkan makan siangnya, namun seorang kapten basket tiba-tiba menghampiri dan langsung duduk di samping Seokjin dengan keringat yang masih menempel di tubuh. Spontan selera makan Seokjin langsung menghilang dengan sendirinya.
“Kok makanan lo beda sendiri?” Tanya kapten basket bernama Namjoon.
“Lo bisa pergi nggak!” Seru Seokjin. Dirinya yang panik, seketika bangkit dari tempat duduk.
“Kok gue diusir sih? Kenapa temen lo?” Tanya Namjoon kepada Hoseok. Dia hanya melirik ke arah Seokjin yang sibuk menyemprot cairan anti kuman ke udara.
“Dia takut kuman,” jawab Hoseok.
“Hahahaha …. Takut kuman? Hahahaha ….” Namjoon tertawa terbahak-bahak sampai membuat Seokjin kesal dan memilih pergi dari sana daripada harus berdebat dengan orang yang tidak mau mengerti dirinya.
“Lo punya nomor teleponnya?” Tanya Namjoon kepada Hoseok yang hendak pergi meletakkan nampan makan siang kembali ke tempatnya.
“Dia nggak suka di chat orang nggak jelas, jadi urungin aja niat lo.” Hoseok pun pergi.
“Nggak jelas gimana maksud dia” gumam Namjoon. Kemudian Namjoon iseng mencium bau badannya sendiri hanya untuk memastikan. “Masih wangi gini juga,” ucapnya sambil berjalan ke arah teman-teman yang sudah mulai menyantap makanan masing-masing.
*
“Keringetan kayak gitu pasti banyak banget kumannya, iuh ….” Seokjin memilih makan di dalam kelas meski hal tersebut dilarang oleh kepala sekolah.
Ketika Seokjin melihat ke arah jendela, kapten basket tadi sudah berdiri di balik sana sambil memegang bola basket miliknya. Namjoon tersenyum manis ke arah Seokjin, tapi sayangnya dia tidak mendapat senyum balik dari Seokjin.
Seokjin lagi-lagi menggunakan sihirnya untuk menutup gorden jendela agar ia tidak melihat orang yang penuh kuman itu.
Belum menyerah, Namjoon malah menghampiri Seokjin ke dalam kelas. Pemuda itu tidak gentar meski Seokjin terlihat sangat tidak menyukainya. Dia terus mendekat bahkan masuk ke red class yang tidak pernah ia sambangi sebelumnya.
Orang yang dia temui hanya bisa membuang napas lantaran dadanya terasa sangat pengap. “Lo kalau mau deket-deket gue minimal mandi dulu lah!” Ujar Seokjin ketus.
“Orang-orang pengen nyium bau keringat gue, lo malah menghindar. Lo itu unik gue suka.” Namjoon semakin tebar pesona di depan Seokjin. Para murid yang ada di dalam kelas pun terkena sihir pesona dari pemuda berlesung pipi itu.
Seokjin mendadak terdiam, ikut tersihir dengan senyuman sang kapten basket. Namun, bau keringat Namjoon sangat cepat membuatnya tersadar sebab aroma kuman itu begitu mengganggu penciuman dan pernapasannya. Cepat-cepat Seokjin menyemprotkan cairan anti kuman di sekitar tubuh Namjoon. “Pergi nggak lo! Pergi!”
“Iya, iya gue pergi!” Namjoon akhirnya mengalah, berlari keluar kelas. “Gue mandi dulu ya!” Dia masih sempat menggoda Seokjin dari depan pintu sambil mengedipkan satu matanya.
“Cieeeee ….” Sorak teman-temannya begitu keras sampai Seokjin berdecak kesal. Dia sudah tidak berselera makan untuk kedua kalinya karena makanan tersebut sudah terkontaminasi oleh kuman si kapten basket.
*
Sepulang sekolah, Namjoon menghentikan mobilnya tepat di hadapan Seokjin yang masih menunggu Hoseok datang dengan motornya.
“Ayo gue anter, gue juga tinggal di asrama mulai hari ini,” kata Namjoon ramah, seperti orang yang sudah dekat lama.
Seokjin tetap mengabaikan Namjoon yang sudah berbaik hati. Beberapa menit kemudian Hoseok pun datang dengan motor vespanya.
“Ayo,” ajak Hoseok. Seokjin langsung buru-buru naik ke atas motor, biasanya ia sempat tidak sempat harus membersihkan jok motor lebih dulu, tapi sekarang yang terpenting dia bisa menjauhi Namjoon, itulah hal yang paling utama karena Namjoon Adalah dewa kuman bagi Seokjin. “Duluan!” Seru Hoseok kepada Namjoon.
“Ya!” Namjoon malah semakin terpana melihat tingkah Seokjin yang menurutnya begitu unik. Dia pun menginjak pedal gas mengendarai mobil menuju asrama sekolah. Hari ini menjadi hari pertama untuk dirinya tinggal di asrama hanya karena ingin lebih dekat dengan Seokjin.
*
Setibanya di asrama, Seokjin langsung membersihkan tempat tidurnya. Seokjin tinggal di ruangan asrama bersama Hoseok dan Jimin, siswa yang tidak terlalu akur dengannya.
“Lo mau ke mana, Jim?” Tanya Hoseok.
“Akhirnya gue bisa pindah kamar juga. Jadi gak perlu bersih-bersih debu tiap saat.” Jimin menyindir Seokjin yang selalu menyuruhnya membersihkan tempat tidur yang sudah bersih.
“Oh bagus lah. Selamat ya lo bisa keluar dari sini juga. Jadi gue bisa tenang tinggal sama Hoseok aja yang nggak susah diatur kayak lo.” Seokjin menyambar omongan Jimin.
“Siapa lo mau ngatur gue? Gue juga bayar di sini, ogah banget gue diatur sama orang sok bersih kayak lo.” Jimin membalas tak kalah ketus.
“Udahlah, berantem mulu lo berdua.”
Jimin lantas menarik kopernya menggunakan sihir dan keluar kamar asrama dengan cepat karena dirinya sudah malas melihat kebiasaan Seokjin menyemprotkan desinfektan ke seluruh ruangan.
Kini hanya tersisa Hoseok dan Seokjin saja di sana. Mereka pun asyik mengerjakan aktivitas masing-masing sampai tidak menyadari kalau orang baru yang menggantikan Jimin sudah masuk ke dalam kamar.
“Tempat tidur gue di sebelah mana?”
“LO KOK ADA DI SINI?! Awh …. ” Seokjin terperanjat hingga kepalanya membentur tempat tidur yang ada di atasnya. Memang tempat tidur asrama mereka masih bertingkat dan Seokjin lebih suka tidur di kasur bawah.
“Kan gue baru pindah ke asrama. Ngomong-ngomong kepala lo nggak apa-apa?” Tanya Namjoon.
“Ck!” Seokjin berdecak kesal sambil mengusap kepalanya yang masih sakit.
“Tempat tidur lo yang di bawah itu.” Hoseok menunjuk ranjang yang ada di sebelah ranjang Seokjin.
“Thank you,” balas Namjoon langsung berjalan ke arah tempat tidurnya sambil mengamati kepala Seokjin dan memastikan kalau ia baik-baik saja.
*
Malam ini hujan turun dengan sangat lebat. Suara petir dan guntur tak cukup sekali terdengar. Mereka bertiga yang terjebak di dalam asrama tidak bisa mencari makanan untuk di makan malam ini.
Suara cacing di perut Hoseok dan Seokjin saling bersahutan, seolah meminta agar diberi makan. Namjoon yang kebetulan membawa beberapa roti dan cemilan langsung menawari dua teman sekamarnya itu, sebagai pengganjal perut sementara. Hoseok langsung mau tapi Seokjin malah menolaknya mentah-mentah tanpa alasan.
“Ini nggak mungkin ada kumannya, kan masih dibungkus rapi,” kata Namjoon.
“Makan aja kenapa Jin, kalau gengsi buat gue aja sini.” Hoseok hampir mengambil roti itu tapi Seokjin bergerak lebih cepat saat mengambilnya dari tangan Namjoon.
Mula-mula bungkus roti itu ia semprot agar tidak ada kuman yang masuk, barulah dibuka dan dimakan dengan sangat lahap karena siang tadi dia tidak berselera makan apa pun.
“Mau minum?” Namjoon menawari botol air yang masih baru. Sengaja dia membeli makanan dan air minum karena dia tahu kalau malam ini akan turun hujan. Semua berkat mantra sihir yang diucapkannya siang tadi sebelum masuk ke dalam asrama.
Akhirnya Seokjin mau mengambil air tersebut sebelum ia mati kehausan lantaran persediaan air minumnya sudah habis.
Hoseok terkekeh melihat Seokjin. “Gue tidur duluan ya, besok ada ujian ngeracik ramuan.” Hoseok naik ke atas tempat tidurnya meninggalkan kedua teman sekamarnya yang masih belum akrab.
“Thanks buat rotinya,” kata Seokjin tanpa Namjoon menduga dia akan dengan mudah mengatakan ‘terima kasih’.
“Ya, sama-sama” jawab Namjoon tidak lupa untuk tersenyum karena sihir pesona utama terdapat pada senyumnya.
“Lo kenapa pindah ke asrama, bukannya rumah lo deket dari sekolah ya?” Tanya Seokjin.
“Pengen aja sih. Emang ada yang ngelarang ya?”
Seokjin mengusap tengkuknya yang terasa dingin karena hujan yang masih belum mau berhenti. “Nggak, bukan gitu. Tapi kenapa lo bisa masuk ke sini, padahal siang tadi temen sekamar gue baru pindah.”
“Hm, mungkin karena kita jodoh,” goda Namjoon tersenyum lagi.
“Udah lah, gue mau tidur.” Seokjin menghindar sebelum Namjoon semakin berbicara hal tidak penting. Dia menepuk kedua tangannya dengan gerakan cepat, lalu lampu kamar langsung mati dengan sendirinya.
“Nggak bosan-bosan ya pakai sihir buat hal-hal sepele,” kata Namjoon.
Seokjin tidak menggubrisnya lagi. Dia lantas menarik selimut sampai menutupi seluruh kepalanya.
“Selamat malam Seokjin,” ucap Namjoon ikut berbaring dan memejamkan mata sambil tersenyum senang.
*
Udara pagi ini terasa sangat menyegarkan. Daun-daun dan pohon masih tampak basah karena hujan semalam. Seokjin sudah bersiap hendak pergi ke sekolah bersama Hoseok, sedangkan Namjoon yang masih tidur hanya mereka diamkan karena alarm yang bunyi berkali-kali pun tidak bisa membangunkan si dewa kuman.
“Bangunin gih, kasian telat nanti. Gue liat black class juga ada ujian hari ini.”
“Lo aja,” kata Seokjin masih sibuk memakai pelindung sepatu agar tetap terhindar dari kuman karena melewati jalan yang penuh genangan air.
“Dia udah baik hati Jin, ngasih lo makanan semalam.”
“Iya, iya!” Karena malas mendengar Hoseok mengomel, akhirnya Seokjin mau berjalan ke arah tempat tidur Namjoon, lalu membangunkan kapten basket itu dengan suara yang lembut.
“Bangun,” kata Seokjin lirih.
“Jin, lo bangunin orang apa nyuruh dia makin tidur?”
“Sssttt … berisik! Keluar duluan deh lo,” kata Seokjin.
Hoseok yang nyatanya bekerja sama dengan Namjoon sejak kemarin langsung tancap gas keluar dari asrama dan pergi ke sekolah lebih dulu.
“Bangun, udah siang.” Seokjin menggoyangkan tubuh Namjoon dengan jari telunjuknya, seperti sangat jijik dengan pemuda itu. “Ya udah kalau lo nggak mau bangun, yang penting gue udah berusaha bangunin.”
Seokjin sudah berbalik badan, namun tangannya langsung ditarik Namjoon yang sebenarnya sudah bangun sejak tadi. “Lo tega ninggalin gue?” Tanya Namjoon.
Seokjin yang terduduk di tepi ranjang otomatis melihat ke arah pergelangan tangannya yang masih digenggam Namjoon. “Aaaaaaa!!!! Lepas!!!”
“Nggak mau.” Kata Namjoon sambil menjulurkan lidahnya.
“Enyah lo!” Seokjin menggunakan cairan senjatanya untuk melindungi diri dari dewa kuman.
“Jin! Gue gak sekotor itu!” Namjoon memegangi kedua tangan Seokjin dengan erat.
“Please lepasin gue, gue beneran takut sama kuman, hikss ….” Seokjin pura-pura menangis agar Namjoon mau melepaskannya, karena dia benar-benar benci dipegang oleh orang lain.
Melihat Seokjin terisak seperti itu membuat Namjoon merasa bersalah dan secara perlahan melepaskan tangan Seokjin dan berjaga jarak dengannya.
“Hiks … Hiks ….” Disaat pura-pura juga, dia tidak lupa untuk menyemprot tangannya dengan desinfektan.
“Maafin gue. Lo jangan nangis gini, gue jadi ngerasa bersalah.”
“Kalau mau deket-deket gue minimal mandi dulu yang bersih, hiks ….”
“Iya, iya gue bakal mandi 4 kali sehari kalau perlu, biar bisa deketin lo.”
“Hah?” Tangis Seokjin langsung berhenti.
“Minggir gue mau mandi. Nanti kita ke sekolah bareng ya.”
Seokjin berlari keluar kamar dan mencari keberadaan Hoseok yang menghilang tanpa pamit.
“Gue ditinggal lagi! Awas ya lo hose!” Jarak asrama dan sekolah sebenarnya sangat dekat, tapi mengingat jalanan yang amat becek dan penuh kuman, Seokjin mau tidak mau harus menerima tawaran Namjoon.
*
Di parkiran sekolah, keduanya langsung mendapat sorotan saat melihat sang kapten basket sangat mudah meluluhkan hati si clean boy.
“Kenapa pada ngeliatin gue sih,” gumam Seokjin. Namjoon yang berjalan di sampingnya hanya pura-pura tenang, padahal di dalam hati ia merasa sangat senang.
“Cie, pacarnya ya Joon?” Goda salah seorang siswa yang mereka lewati di koridor sekolah.
“Masih proses,” jawab Namjoon.
Seokjin mempercepat langkah kakinya menuju red class dan entah kenapa Namjoon masih membuntuti sampai ke dalam kelas.
“Ini bukan black class, kenapa lo masuk sini?” Tanya Seokjin.
“Gue kan cuma mau mastiin, lo selamat sampai kelas. Kalau ada kuman kasih tau gue ya.”
“Gue udah punya ini.” Seokjin menunjukkan cairan anti kumannya.
“Kalau ditambah lo punya gue ‘kan jadi makin terlindungi,” canda Namjoon.
“Namjoon bucin juga lo!” Seru teman sekelas Seokjin yang duduk di sudut ruang.
“Namanya juga sayang bro. Titip calon pacar gue ya, kalau ada apa-apa langsung lapor gue aja.” Namjoon melirik Seokjin sejenak sebelum dia keluar dari ruang kelas Seokjin.
Dia pikir bercandanya lucu. Nggak lucu sama sekali. Seokjin menggerutu sambil membersihkan meja dan kursinya sebelum di duduki.
*
Saat istirahat, pulang sekolah, bahkan di asrama pun Namjoon tidak pernah berhenti untuk mendekati Seokjin sampai ia benar-benar bisa meluluhkan hati si clean boy.
Sudah 1 bulan lamanya mereka terlihat dekat seperti pasangan kekasih. Bahkan banyak yang menyematkan panggilan ‘Couple Goals’ sewaktu mereka melewati Seokjin dan Namjoon yang sedang duduk di kantin.
“Si paling couple goals tapi nggak jadian-jadian” ledek Hoseok yang juga duduk di satu meja yang sama dengan Seokjin.
“Memang kita secocok itu ya?” Tanya Namjoon.
“Tuh shipper lo berdua pasti bahagia kalau ngeliat kalian jadian,” ucap Hoseok menunjuk sekumpulan siswa yang selalu menatap ke arah Namjoon dan Seokjin.
“Jin, lo mau jadi pacar gue?” Tanya Namjoon spontan membuat Seokjin tersedak air minum.
“Uhuk … uhuk ….”
“Maaf, maaf.” Namjoon mengusap punggung Seokjin, anehnya sudah tidak ada penolakan dari Seokjin yang biasanya tidak suka dipegang.
“Nggak usah grogi gitu Jin,” kata Hoseok.
“Siapa yang grogi sih, gue cuma kaget,” elak Seokjin sambil menyemprot udara sekitarnya dengan desinfektan.
“Jadi gimana, Jin? Lo tahu gue udah suka sama lo dari awal ngeliat lo. Gue juga orangnya gak pinter nutupin perasaan gue.” Namjoon harap hati Seokjin bisa ia luluhkan.
Tapi Seokjin lebih memilih menghindari pertanyaan sulit itu. “Gue mau ke kelas duluan, ada tugas yang harus gue kumpulin.” Seokjin pergi begitu saja.
“Hari ini gue ada pertandingan basket!” Seru Namjoon. “Kalau gue menang, lo harus jadi pacar gue!” Dia melanjutkan ucapannya dan berhasil membuat Seokjin menoleh.
“Good luck!” Kata Seokjin. Dia kembali melangkahkan kakinya menuju kelas.
“Semangat Joon!” Ucapan semangat dari teman-teman membuat semangat Namjoon semakin terbakar.
*
Pertandingan basket antar sekolah begitu sengit. Mereka tidak diperbolehkan menggunakan sihir selama pertandingan berlangsung, jika ada yang ketahuan menggunakan sihir akan otomatis dinobatkan sebagai tim yang kalah.
Seokjin diam-diam menonton Namjoon bertanding. Padahal saat diajak Hoseok ia pura-pura tidak mau menonton dan banyak alasan yang dia katakan.
Seokjin juga tidak lupa untuk mengenakan masker dan sanitizer karena dia akan berada di antara banyak orang.
Skor dari kedua tim seri. Kapten Namjoon dan kapten Yoongi dari sekolah lawan saling berhadapan di tengah-tengah lapangan. Mata mereka sama-sama memancarkan cahaya saat bertatapan. Namjoon langsung melemparkan bola ke dalam ring lawan, namun Yoongi berhasil menghalangi bola dengan cepat mengambil alih bola yang sudah melayang di udara.
“Namjoon lo pasti bisa!” Teriak Seokjin.
Suara Seokjin mengalihkan atensi penonton yang langsung ikut menyemangati Namjoon. “Namjoon! Namjoon! Namjoon!”
Namjoon menoleh ke sumber suara dan tersenyum simpul. Setelah mendapat kata semangat dari sang pujaan hati, Namjoon lantas merebut bola dari lawan lalu melemparkannya ke dalam ring dari jarak yang sangat jauh.
“Yeeeaaayyyy!!!!!”
“Namjoon! Lo keren!”
Seokjin tersenyum di balik maskernya. Dia juga bertepuk tangan sambil melihat ke arah Namjoon dan tim yang saling memeluk.
“SEOKJIN, LO JADI PACAR GUE SEKARANG!” Namjoon berteriak tanpa malu. Dia berlari ke arah Seokjin yang masih berdiri di antara banyak orang.
“Kita pacaran sekarang?” Tanya Namjoon dengan napas yang terengah-engah.
Seokjin mengangguk, “iya .…” jawabnya.
“Pengen gue peluk, tapi gue belum mandi,” canda Namjoon seraya tertawa kecil tapi candaan itu malah membuat Seokjin berusaha memeluk Namjoon lebih dulu.
“Jin—”
“Lo nggak mau bales pelukan gue?” Tanya Seokjin.
Namjoon dengan senang hati membalas pelukan pacar barunya itu. Momen tersebut disaksikan oleh banyak orang bahkan sang pelatih. Tapi mereka tidak peduli, karena hari ini adalah hari bahagia untuk mereka berdua.
Selesai.
You must be logged in to post a review.
Related Paid Contents
-
🔒 Borahamnida 4 – Two Become One
Author: _baepsae95 -
🔒 Doctor’s Koala
Author: _baepsae95 -
🔒 Sky Above
Author: _baepsae95 -
🔒 Kamu & Aku: Satu
Author: Ipul RS
Reviews
There are no reviews yet.