Filter

Author: A Little Bits of Everything

Malam Copacabana ramai sepanjang waktu, lorong-lorong jalanan selalu dipenuhi insan yang berlalu-lalang. Disinilah Taehyung berada membawa kopernya baru saja tiba dari bandara menarik bawaannya menuju hotel yang sudah dia pesan beberapa hari sebelumnya.

Setelah menempati kamar, Taehyung belum rela jika langsung beristirahat maka dia memancing ponsel dan mencari bar terdekat. Ternyata cukup dekat dengan lokasi hotel maka Taehyung segera membersihkan badan dan melangkahkan kaki ke tempat ramai tujuannya.

Memesan cocktail pada bartender dan saat menoleh ke kanan, terpindai olehnya seorang berkebangsaan yang sama. Sedikit memincingkan mata untuk melihat lebih jelas sosok yang berada cukup jauh darinya, sepertinya cukup familier. Ah, benar. Taehyung meraih pesanannya dan mendekati sosok yang menikmati kesendiriannya.

“Hai, Jeon,” sapa Taehyung ramah.

Sosok itu sedikit terkejut kala disapa, tidak menyangka ada yang mengenali dirinya di tempat pelarian. Mata tajamnya memindai sosok yang menempati kursi bar disebelahnya, sepertinya pernah bertemu, namun kapan dan dimana.

“Ah, Kim! Kim Taehyung benar?” pemuda Jeon menyapa balik setelah dapat menggali memorinya.

“Tugas?” tanya Taehyung setelah mengangguk.

“Nope, liburan. Kamu?” ujar Jungkook.

“Untuk artikel baru. Sendirian Jeon?”

“Iya, panggil aja Jungkook.”

“Eh..? Panggil aku nama juga, oke,” balas Taehyung ramah.

Keduanya menyesap minuman masing-masing. Jungkook teringat beberapa kali melihat Taehyung saat keduanya meliput berita beberapa tahun silam. Dia tidak menyangka sang fotografer masih mengingat dirinya karena mereka tidak pernah berkenalan secara formal. Saat ini mereka sudah tidak bertemu kembali karena sudah berbeda aliran, Taehyung sudah tidak lagi menjadi wartawan berita dan beralih menjadi fotografer penulis bebas.

“Baru datang?” tanya Jungkook membuka percakapan.

“Iya.”

“Lho aku juga, tapi aku tidak melihatmu di bandara,” ucap Jungkook menimpali.

“Dari state, sudah tiga minggu aku disini,” jawab Taehyung.

“Oh ya..” hening melingkupi mereka setelahnya diantara kebisingan bar malam ini.

“Jeon..”

“Jungkook saja,” balasnya cepat.

“Tapi kamu kan lebih tua dari aku,” ujar Taehyung.

“Hyung kalau begitu,” Jungkook tidak terlalu suka dengan formalitas, apalagi ini saat dia sedang berlibur.

“Hyung, berapa lama disini?” tanya yang lebih muda.

“Entahlah, aku cuti dua minggu, tapi belum beli tiket pulang. Mau bebas aja disini,” jawab Jungkook.

“Wah, mau kemana aja Hyung?”

“Belum tau. Liat nanti se-kakiku melangkah.”

“Mau bareng?” tawar Taehyung dan kemudian terkejut dengan ucapannya sendiri.

“Ah, maksudku, aku sudah punya list tujuan untuk artikel. Kupikir tempat-tempat itu luar biasa. Mungkin bisa jadi tujuan Hyung juga,” cepat-cepat Taehyung membuka ponselnya dan menunjukkan daftar tujuan.

Sounds good, aku save nomorku nanti kamu hubungi aku,” jawab Jungkook setelah memperhatikan beberapa lama kemudian mengetuk layar kembali ke halaman depan.

Taehyung hanya memperhatikan tindakan yang lebih tua. Mereka memang tidak dekat sebelumnya, namun dengan kondisi sama-sama terdampar di luar negeri tampaknya hal ini menjadi wajar dilakukan.

Keduanya kembali bercakap-cakap setelah Jungkook mengembalikan ponselnya. Keduanya bersepakat bertemu besok untuk makan siang bersama dan akan mengunjungi beberapa destinasi. Jungkook untuk mengisi liburannya dan Taehyung untuk materi artikel.

Menjelang tengah malam keduanya kembali ke hotel masing-masing yang ternyata bersebrangan. Taehyung yang masih lelah akibat perjalanan dibantu dengan alkohol dapat tidur nyenyak sepanjang malam.


Destinasi pertama adalah Parque Lage, Taehyung memilih wisata gedung yang tidak jauh lokasinya. Mereka menggunakan sepeda motor sewaan dan berboncengan menuju destinasi. Sesampainya disana Sang Fotografer tidak membuang waktu, mulai membidik sasaran dan mengabadikan pemandangan indah sembari mencatat beberapa informasi yang didapat dari berbagai sumber. Jungkook sedang tidak ingin memotret, hanya berbekal camera mirrorless ke Brazil dirinya memilih menikmati pemandangan dan berjalan sendiri.

Taehyung sibuk dengan kegiatannya hingga jendela rana menangkap sosok indah yang memperkuat pemandangan. Sang fotografer tertegun sesaat dan mengamati hasilnya baik-baik, dirinya tersenyum sebelum kembali mengambil gambar lainnya.

Setelah puas di Parque Lage, mereka beranjak ke destinasi selanjutnya, namun berhenti untuk mengisi perut terlebih dahulu. Tujuan berikutnya masih di kota, yaitu di Municipal Theater. Taehyung kembali memotret sekitar dan mengumpulkan informasi meninggalkan Jungkook pada dunianya sendiri. Beberapa saat kemudian Taehyung duduk disamping Jungkook yang terlihat melamun memandang ke depan.

“Hyung maaf, aku mengajakmu kesini tapi aku sibuk sendiri,” ujar Taehyung yang merasa tidak enak.

“Gapapa Tae, daripada aku sendirian ga jelas kemana, mending bareng kamu.
Beneran, sana ambil foto lagi, aku enjoy disini,” jawab Jungkook tersenyum.

“Oke Hyung.”

Setelah dari Theater keduanya kembali ke Copacabana karena langit mulai gelap. Mereka makan malam di tepi pantai pada salah satu restauran yang memang akan diulas oleh Taehyung. Setelah makan mereka kembali ke hotel masing-masing, sebenarnya masih ada yang ingin dilakukan Taehyung namun karena Jungkook terlihat lelah, maka dia menggeser agendanya menjadi esok hari.

Setelah mandi, Taehyung membuka laptop dan memindahkan hasil tangkapan kameranya hari ini. Mata tajam memperhatikan seluruh fotonya dan mengetik narasi untuk setiap spotnya.

Dua jam kemudian, Taehyung membuka foto-foto yang dia ambil tidak untuk pekerjaannya. Foto-foto Jungkook yang dia ambil diam-diam dari berbagai sudut. Pada hasil fotonya, Jungkook terlihat lebih banyak merenung dan bermuka sedih. Hanya sedikit foto saat dia tersenyum cerah, yaitu saat ada kupu-kupu yang menghampirinya. Foto ini Taehyung klaim sebagai hasil terbaiknya sepanjang hari, namun sayangnya tidak cocok untuk artikel majalah yang memintanya.

.

Esok harinya setelah sarapan mereka bertemu dan kembali mengikuti jadwal yang dibuat Taehyung. Hari ini mereka mengunjungi musium seni, Taehyung kembali sibuk dengan aktifitas dan Jungkook mengikuti dengan setia dibelakangnya.

Jungkook sedang beristirahat di taman, matanya memandang kosong kearah keindahan didepannya. Taehyung sedang memperhatikan hasil tangkapannya lalu mengeluarkan ponsel dan memotret persis seperti fotonya tadi dan berjalan mendekati Jungkook.

“Hasilku tak pernah bohong,” ujar Taehyung sembari duduk di kursi taman sebelah Jungkook.

“Eh?” Jungkook tersentak dari lamunannya dan mengambil ponsel yang dijulurkan padanya. Obsidian bulat menatap bingung ke fotonya sendiri.

“Kenapa foto aku?” tanya yang lebih tua.

“Bahkan pemandangan pun menunduk malu karena kalah indah darimu,” jawab Taehyung tersenyum.

“Gombal !
Terus tadi maksudnya apa?” sambung Jungkook.

“Aku siap mendengarkan jika dapat mengurangi kesedihanmu.. janji ga kan bocor,” ucap Taehyung bahkan memberikan kelilingkingnya sebagai pinky promise.

Jungkook terlihat ragu-ragu sejenak sebelum mengaitkan kelingkingnya dan menghela napas panjang sebelum memulai.

“Adikku paling kecil baru saja punya anak dan itu membuat orang tua semakin mendesakku untuk segera menikah. Mereka bahkan mencoba menjodohkanku dengan gadis dari tempat asalku,” Jungkook menuangkan beban pikirannya sedang Taehyung diam mendengarkan baik-baik.

“Kau tau.. dengan pekerjaanku seperti ini akan sulit mencari pasangan,” lanjut Jungkook.

“Ya.. aku pun berhenti dari bagian berita karena tidak punya waktu untuk pasangan,” Taehyung menjeda dan melanjutkan dengan sinis “tapi ternyata tidak ada waktu bersama bukanlah akar masalahnya dan tetap saja berakhir. Lalu bagaimana gadismu itu?”

“Bukan gadisku! Aku tak menerima perjodohan itu,” sangkal Jungkook keras.

Chill dude,” balas Taehyung cepat-cepat.

“Ya.. ada sesuatu. Bukan salah gadis itu. Tapi aku nya yang ga bisa,” ujar Jungkook lirih.

Taehyung menatap sosok disebelahnya baik-baik sebelum membalas perkataannya.

“Maaf jika aku salah bicara, apa kau tidak puas dengan wanita?” tanya Taehyung perlahan dan sontak membuat Jungkook melihat lurus kearahnya.

“Ah.. ya itu. Kau benar.”

“Aku dapat mengerti, kau tidak sendiri!” balas Taehyung tersenyum lebar.

“Kau juga Tae?” tanya Jungkook dengan mata lebar.

“Aku tidak masalah dengan keduanya,” jawaban Taehyung ditanggapi dengan anggukan.

“Aku merasa tidak puas jika tidak terisi penuh di dalam. Keluargaku bahkan sama sekali tidak pernah mencoba untuk mengerti diriku,” Jungkook menghela napas berat. Taehyung menunggu kelanjutan cerita namun Jungkook tidak melanjutkan ceritanya.

“Hyung, malam ini kita harus banget ke dance party! Yuk sekarang isi perut dulu sebelum lanjut,” ajak Taehyung sembari bangkit berdiri.

Setelah makan mereka mengunjungi satu lokasi wisata lagi dan mengakhiri hari di sebuah klub samba malam.

Keduanya duduk di meja kecil yang telah dipenuhi snack dan minuman, alunan lagu tiada henti memenuhi ruangan besar dimana pada bagian depan ruangan banyak pasangan yang menari. Jungkook terlihat mulai dapat menikmati suasana, Taehyung berdiri di depannya dengan tangan terjulur mengajak Jungkook turun ke dance floor namun yang lebih tua berkali-kali menggeleng.

Come on Hyung, this will be fun, believe me!” Taehyung tersenyum hangat membuat Jungkook tidak dapat menolak lagi.

“Kamu bisa samba?” tanya Jungkook.

“Kita ikutin aja yang lain Hyung,” jawab Taehyung dengan boxy smile.

Jungkook mulai ragu, kenapa juga dia harus mempercayai ucapan Taehyung barusan dan sekarang mereka bahkan sudah berada ditengah kerumunan.

“Tae..” panggil Jungkook khawatir.

Easy Hyung, let me show you.”

Taehyung mulai menggerakkan tubuhnya mengikuti sekitar, sedangkan Jungkook masih bergeming memperhatikan. Tiba-tiba kedua tangan Jungkook ditarik oleh Taehyung, yang lebih muda memandu untuk bergerak mengikuti irama. Jungkook mencoba menikmati musik dan membiarkan tubuhnya dibimbing oleh pemuda didepannya.

Perlahan senyum Jungkook terukir di wajahnya, rasanya begitu bebas mengekspresikan diri di tempat yang tidak ada mengenali dirinya. Tawa Jungkook pecah saat kakinya tidak sengaja diinjak Taehyung menyebabkan yang lebih muda berkali-kali meminta maaf. Taehyung bergembira malam itu, rasanya kebahagiaan yang sederhana ini terasa berkali-kali lipat dari moment istimewa lainnya.


Setelah tiga hari puas mengitari Kota Rio, mereka berdua beranjak ke pelosok mencari spot alam yang kaya akan canyon. Ternyata hotel yang dipesan Teahyung sudah penuh hanya menyisakan kamarnya saja, beruntung tipe kamar double sehingga Jungkook menyetujui untuk menginap bersama.

Dua hari mereka menjelajah alam bebas. Mendaki tebing, mengambil spot cantik dan kali ini bahkan beberapa kali mereka selca berdua, mereka ternyata memiliki kegemaran yang sama. Namun tidak sedikit juga dalam perjalanan itu mereka berbeda pendapat terutama saat memilih tempat makan. Taehyung termasuk tipe pemilih, sedangkan Jungkook sudah terbiasa hidup sendiri tidak mau semudah itu mengikuti kemauan yang lebih muda.

Setelah mengeksplor alam, mereka pindah ke Salvador sebelum Taehyung akan kembali ke Korea tiga hari mendatang. Mereka menempati kamar yang bersebelahan sama-sama menghadap ke laut lepas. Keduanya memasuki kamar ketika hari masih sore dan bersepakat untuk menghabiskan waktu di bar dekat sana.

Suasana Bar itu cukup lengang, mereka duduk di meja bulat kecil dan bercakap-cakap ringan. Jungkook dan Taehyung sudah cukup terbuka satu sama lain, telah banyak yang mereka bicarakan. Malam ini Jungkook menantang bermain kartu dan yang kalah harus minum alkohol. Taehyung menyetujui walaupun tidak kuat dengan minuman keras, dia menganggap akan selalu memenangkan permainan. Siapa sangka Taehyung malah kalah tiga kali berturut dari Jungkook membuat Taehyung mau tidak mau menjalani hukumannya berkali-kali.

Gelas itu belum juga habis ditegak saat kepala Taehyung jatuh dan membentur meja dengan keras. Secepat mungkin Jungkook bangkit dan mengguncang tubuh terkulai. Kala mengetahui Taehyung sudah kehilangan kesadaran, Jungkook memapahnya kembali ke hotel. Sesampainya di kamar Taehyung, yang lebih tua membantu membuka sepatu dan ikat pinggang.

“Hei, kalau tidak kuat minum kenapa menyetujui tantanganku?” ujar Jungkook yang praktis bermonolog.

Taehyung sepertinya sudah tertidur, Jungkook perlahan mendekati Taehyung dan mencium kening pemuda itu. Jungkook terkekeh sebelum lanjut mencium pipi Taehyung, namun tiba-tiba yang lebih muda bergerak membuat kedua belah bibir bertemu. Jungkook membeku sesaat sebelum mengangkat tubuh namun justru pergerakannya tertahan tangan Taehyung pada bahunya.

Jungkook dapat merasakan bibir sintal melumatnya perlahan, rasanya lembut dan menyenangkan. Jungkook akhirnya menutup mata dan membalas ciuman Taehyung.

 

Menjelang siang Taehyung terbangun, saat mendudukkan badan, kepalanya terasa berat, perutnya pun mual. Dia berusaha bangkit ke kamar mandi namun urung saat melihat segelas air putih dan advil diatas nakas. Taehyung segera minum obat tersebut untuk membantu meredakan pusing yang melandanya.

Setelah merasa badannya cukup baik, Taehyung bebersih diri dan memesan makanan ke kamarnya. Sembari makan dia memeriksa pesan di ponsel dan mendapatkan beberapa pesan dari Jungkook.

 

Jeon Jungkook

09.00 Sudah bangun Tae?

09.20 Kurasa kau masih tumbang, aku pergi duluan ke museum sejarah.

11.00 Hei ?

11.05 waky waky

11.46 Kalau mau nyusul kabari ya.

12.50 Sudah bangun?

13.00 Okay, aku lanjut cari souvenir kalau gitu

14.08 Tae?

14.10 kamu separah itu ga bisa minum ya? Kenapa semalam terima tantangan?

14.10 Kuharap kau baik-baik saja

14.11 Kabari jika sudah bangun, buat aku khawatir saja

14.45 akhirnya di read juga!

Baris baru masuk saat Taehyung masih juga membaca pesan diatasnya, tanpa ragu Taehyung mendial nomor Jungkook.

“Tae, kamu baik-baik saja?”

“Iya Hyung, udah enakan ini. Makasi ya sudah disediakan advil.”

“Makanya jangan gegayaan,” ujar Jungkook tertawa.

“Hyung dimana?”

“Di aula kota, aku balik hotel ya?”

“Nggak usah Hyung, aku sudah baikan. Abis ini Hyung mau kemana, aku susul.”

“Ponta do Humaita.”

“Oke, kita ketemu disana. Aku masih makan sekarang. See you.”


Taehyung baru saja turun dari taxi, sembari berjalan tidak lupa mengabadikan moment yang tersaji. Matahari sudah bersinar orange kemerahan membuat perasaan menjadi hangat begitu saja. Kaki jenjang terus melangkah menuju light house yang berada di ujung.

Sepasang insan yang sedang bersenda gurau sembari berjalan menjadi fokus perhatian Taehyung. Dengan sigap pemuda tampan membidik ke arah pasangan dengan latar belakang langit orange, banyak foto yang diambil hingga kedua objek menghilang. Namun sesuatu yang lebih indah justru muncul di jendela rana, berjalan ke arahnya menatap matahari di sebelah kanan dengan pandangan kosong.

Biru… sendu seperti dirinya.

Sosok dengan kemeja putih dan celana bahan senada menyibak rambutnya yang tertiup angin, tak lama ia mengulas senyum saat menyadari indahnya matahari terbenam.

Kuning… cerah bagai senyumannya.

Obsidian bulat menangkap sosok yang berdiri tak jauh darinya, mata itu segera mengenali siapa dibalik kamera besar yang membidik kearah dirinya.

Merah muda… cocok sekali dengan tawa kelinci dan mata yang bersinar.

Jungkook berjalan menerpa hembusan angin sembari tertawa menuju Taehyung, sebelah tangannya terjulur kedepan menutup sempurna lensa kamera saat keduanya berhadapan. Taehyung melepas telunjuknya dari shutter dan suara klik yang sedari tadi memenuhi pendengarannya segera terhenti. Menurunkan kamera dan menatap lurus kearah Jungkook.

“Kenapa motret aku lagi?” tanya yang lebih tua.

“Kapan lagi bisa foto malaikat turun dari langit,” jawabnya tersenyum kotak.

Jungkook membalas dengan senyuman, dia sudah cukup kebal dengan ucapan cheezy Taehyung, kemudian keduanya duduk di tepi dermaga menikmati langit merah dengan belaian angin dan deburan ombak. Taehyung menatap pemuda di sebelahnya, ungu… seperti perasaannya saat ini.

Taehyung mengambil ponsel dan mencari sebuah gambar pallete dan menunjukkannya pada Jungkook.

“Hyung, pilih filter yang kau inginkan. Aku bisa menjadi warna yang berbeda setiap hari untukmu.

Aku adalah filter baru yang belum pernah kamu lihat sebelumnya,
Untuk melihat lebih banyak hal yang mendebarkan, pilih filtermu yang hanya berisi diriku.

Aku akan mewarnai setiap rasa yang kamu miliki.”

Jungkook balas menatap Taehyung, pandangan matanya lembut dan tak lama kemudian seulas senyuman bahagia terukir pada wajah manis. Dengan latar belakang langit yang semakin gelap, keduanya merasakan kelembutan satu sama lain dalam ciuman hangat.


Taehyung duduk di lantai dan bersandar pada ranjang dibelakangnya tatkala merasakan jemari yang merambat dari tengkuk keatas bermain dengan helaian rambut. Taehyung tersenyum sebelum menoleh kebelakang mendapati Jungkook tiduran menghadap dirinya. Jemari yang lebih tua berada di leher dan dagu Taehyung, menariknya semakin ke belakang dan memberikan ciuman hangat dari posisinya.

“Ga tidur Tae? Sebentar lagi kan kamu balik,” tanya Jungkook melihat ke arah laptop Taehyung yang menyala.

“Bikin draft artikel sekalian reschedule tiket, mau liburan sama Hyung,” jawab yang lebih muda.

Jungkook mencium pipi kekasihnya dan meletakkan dagu pada ceruk leher yang menguarkan wangi maskulin.

“Hei itu apa?” jemari Jungkook dengan cepat mengarahkan kursor di layar laptop dan memunculkan window tersembunyi yang Jungkook sempat melihat thumbnail fotonya.

“Banyak sekali kamu curi foto aku,” Jungkook berkata tajam.

“Hyung juga curi ciuman dari aku,” balas Taehyung.

“Itu kamu yang cium aku duluan, kan aku mau cium pipi aja,” jelas Jungkook.

Taehyung tertawa lalu menoleh dan menduselkan hidung mancung di belakang telinga sang kekasih. Menutup laptop dan merangkak keatas kasur lalu meraih tubuh hangat dalam rengkungan dan memberikan ciuman kupu-kupu di wajah manisnya.

“Kenapa terbangun Hyung?”

“Mau ke toilet tapi perih,” jawab Jungkook malu-malu.

Taehyung bangkit dan menghadapkan punggungnya kepada Jungkook, “Aku gendong Hyung.”

Setelah membantu Jungkook mereka kembali berangkulan diatas ranjang.

“Hyung maaf, tadi aku terlalu kasar ya?” ujar Taehyung penuh penyesalan.

“Nggak sayang, kamu luar biasa. Aku nya aja yang…” Jungkook tidak melanjutkan ucapannya, dia malu.

Semalam Taehyung memperlakukannya dengan lembut, namun justru Jungkook yang mengambil alih. Yang lebih tua bergerak kasar dari atas, hasil dari olahraga yang selama ini dia lakukan dengan rutin.

 

-tbc to Mature Scene-


Pertama kali publish 23 Feb 2020

Note : Inspired by Filter by Park Jimin, Encounter and The Tharn Type the Series.

Reviews

There are no reviews yet.

Be the first to review “Filter”
Beranda
Cari
Bayar
Order