malam sejuk dan jiwanya (Panacrane/Fanbook Buyer)

Author: saga_project

malam sejuk dan jiwanya.

 

“sudah malam,” sebuah suara menyuar dari balik badannya, membuatnya terenjut kaget.

 

kepalanya ia putar untuk menengok wajah itu. dia tinggi, rambutnya yang biasanya di sisir ke atas menjadi turun dan lepek menyingsing di wajah indahnya. mata pemuda itu menatap ia lurus, hingga menembus bagian dari jiwanya yang ia kira telah hilang.

 

bagian dari jiwa yang selama ini ia tengah cari eksistensinya.

 

bagian dari jiwa itu pula yang membawanya untuk berjalan di tengah gelap malam.

 

“aku tidak mendengar kau datang.” pemuda berperawakan kucing itu pula memindahkan helai rambut basah dari wajahnya, “aku hanya mencari udara segar.”

 

“di tengah hujan?” dia tergelak, menaikkan

 

pipi bulatnya dengan bibir penuh yang tersenyum lembut.

 

“ya,” dia membalas senyum itu, “taktik pembersihan jiwa, aku rasa.”

 

“yoongi,” pemuda yang memiliki bibir sewarna mawar itu melangkahkan kakinya beberapa kali, sebelum menarik jemari panjang itu bersama dalam genggamannya. ia berkata, “ayo kembali ke dalam.”

 

seaneh pemikiran bahwa adanya orang asing yang tengah menggenggam tangan pemuda jenama yoongi itu, seaneh itu pula pemikiran bahwa genggaman itu terasa begitu familier. pun yoongi tertawan keberadaannya beberapa saat sebelum memundurkan tubuh.

 

“aku… harus pulang.” katanya bersama tawa canggung.

 

namun dia menatap yoongi lagi, memiringkan wajahnya lemah sebelum berkata,

 

“kau sudah di rumah.”

 

pendiriannya runtuh mendengar itu. pula yoongi melirik rerumputan yang basah dengan ia yang berdiri di selisih setapak.

 

pagar besi yang terbuka dan halaman yang terjaga bersih membawa yoongi kembali ke sini, menahan dirinya untuk tetap berada di dalam.

 

“tidak.” yoongi berbisik di sebalik rinai hujan, menggeleng pelan kepalanya. “itu terjadi lagi, jungkook?”

 

jenama jungkook itu menelan ludah susah payah sebelum menganggukkan kepalanya. pun ia meraih tangan yoongi, membawa pemuda cendramawa itu melewati gerbang dan memasuki istana itu kembali. semakin jauh ia melangkah masuk, semakin banyak pula yang menyadarkannya.

 

ketika jungkook membuka pintu, jiwa pemuda pucat itu pula merengkuh ia tepat saat telapak menginjak lantai bilik.

 

pula saat itu yoongi membalik tubuhnya, tersenyum simpul, sebelum memberikan pelukan dan menyandarkan wajah pada bahu milik jungkook.

 

“maaf, yoongi.” ia mengeratkan rengkuhan itu, mengisakkan kata “jiwa kita terperangkap di sini.”

 

ini adalah kali kesebelas minggu ini, kemungkinan rasa sakit dan delusi bahwa ia akhirnya bisa menapak kaki keluar dari tembok yang menahannya.

 

ia tahu resiko, namun ibu alam menggiurkan diri untuk menghirup udara kebebasan dan merasa begitu hidup.

 

jika saja jungkook tidak datang, ia mungkin sudah menyatu dengan hampa. namun majik, pemuda berbibir merah itu selalu berhasil untuk membawanya kembali pada jiwanya. yang ironinya pula adalah tempat kematiannya.

 

“aku hanya merindukannya.” itu ucap yoongi demi menghentikan isak pelannya, air matanya yang begitu berharga mengalir turun. membuat mata cantik itu basah dalam sekejap.

 

pun bulu mata yang mengerjap pelan ia kecupi, sebelum pemiliknya berbisik “aku tahu.”

 

“hingga mati memisahkan kita.” yoongi menangkup wajahnya, memberikan senyuman tipis. pun jemarinya merenguh cincin pernikahan yang ada di tangan yoongi. membawa itu turun sebelum memutarnya iseng.

 

“siapa yang tahu bagian itu sebuah kebohongan?” ia terkekeh pelan.

 

jungkook mengantarkan diri pada bahu yoongi, sebelum ia menoleh pada ujung marmer yang mereka duduki.

 

yoongi ingat betul ketika ia bisa melihat bayangannya ketika pertama di sana, sekarang lantai kosong yang mengilap itu hanya menatap balik padanya.

 

yoongi menarik napas dalam-dalam, dan menutup matanya. pun jemarinya berkitar lembut pada surai milik jungkook.

 

mungkin keabadian sehabis mati tidak begitu buruk.

 

mungkin istana ini, jungkook, dan ia bisa hidup dalam matrimoni sempurna hingga akhir waktu.

 

mungkin hingga ibu alam membiarkannya mencium aroma bebuahan. atau sekedar ketika kejahatan menariknya

 

masuk ke dalam tahanan.[]

Reviews

There are no reviews yet.

Be the first to review “malam sejuk dan jiwanya (Panacrane/Fanbook Buyer)”
Beranda
Cari
Bayar
Order