Part. 3: Namjoon Kim
Merah.
Warna darah.
Seokjin kurang suka warna darah.
Tidak, dia tidak membenci warna merah, dia hanya tidak menyukai warna darah.
Itu karena banyak hal yang terjadi, dan semuanya melibatkan merahnya darah.
Dan sekarang, dia berdiri di atas tanah berpasir Titan’s Arena, dengan darah yang mengalir dari luka besar akibat pedang seorang anak tunggal Hades.
Rasanya menyakitkan. Pedang itu memberikan rasa terbakar, Seokjin bahkan berani bersumpah dia mendengar suara desisan seperti daging yang terbakar ketika pedang itu menggores lengan atasnya.
Seokjin menunduk, menatap darah yang mengotori tanah berpasir arena dan mulai meresap di sana, meninggalkan warna coklat tua yang semakin melebar. Pedang yang sebelumnya berada di genggaman Seokjin masih tergeletak di tengah arena, sedikit terkena darahnya, namun Seokjin masih bisa melihat pantulan dirinya sendiri di mata pedang itu.
Wajahnya, dan warna merah darah.
Suatu kombinasi yang selalu Seokjin benci.
“Seokjin Kim, kau bisa meninggalkan arena!”
Suara Mr. Krakenshield terdengar bergaung dalam telinga Seokjin, Seokjin mengangkat kepalanya, menatap sosok kepala dari akademi ini sebelum kemudian dia memalingkan pandangannya dan melangkah maju.
Hanya untuk melihat Kim Namjoon yang berdiri di dalam Titan’s Arena, memandangnya, dengan pedang Hades yang masih berada di tangannya.
Seokjin terdiam, dia tidak menghentikan langkahnya ataupun memutus kontak matanya dengan Namjoon.
Dia tetap menatap Namjoon.
Dan pria berambut tembaga itu masih berdiri di sana, menatap Seokjin dengan ekspresi tidak terbaca, sebelum kemudian dia memalingkan pandangan dan pergi dari tempatnya berdiri.
Seokjin menoleh ke arah punggung Namjoon yang semakin menjauh, dan masih tidak bisa menerka kenapa dia melempar Pedang Hades ke udara dan melakukan gerakan menyerah.
*****
Berdasarkan keterangan dari healer, atau perawat, di bangsal perawatan, luka akibat pedang Hades akan bertahan selama beberapa hari dan akan terus terasa seperti terbakar.
Mereka bilang, itu karena pedang Hades memiliki panas dengan taraf panas neraka level awal. Dan jika tergores sedikit saja, maka itu akan menimbulkan luka yang sangat dalam.
Makanya sebenarnya Namjoon tidak diizinkan bertempur di Titan’s Game menggunakan pedangnya.
Tapi sialnya, harga diri seorang Namjoon Kim terlalu tinggi untuk memakai pedang yang disediakan sehingga dia memutuskan untuk tidak memakai pedang sama sekali di Final Game tahun lalu.
Dan hasilnya, Namjoon membuat “Pedang Api” dengan kekuatannya sendiri.
Itu jutaan kali lebih mengerikan. Sungguh.
Mr. Holios sampai kehabisan kata-kata ketika Namjoon muncul dengan api yang menyala di tangannya dan memiliki bentuk seperti pedang.
Banyak Pejuang Titan yang mengatakan Namjoon curang. Tapi pedang api Namjoon berfungsi layaknya pedang biasa sehingga Mr. Krakenshield menyatakan bahwa Namjoon tidak melakukan pelanggaran ataupun kecurangan.
Dan hasilnya, Namjoon benar-benar ditakuti seisi akademi sejak Final Game tahun lalu. Semuanya memilih untuk tidak berurusan dengan Namjoon dan kekuatan lebihnya.
Dan sekarang, Seokjin baru saja mendapatkan tiket ekslusif untuk berurusan dengan Namjoon. Karena Seokjin adalah partner latihannya sekarang.
Seokjin meringis menahan perih ketika healernya meneteskan satu tetes ramuan Elixir ke kulitnya yang terluka.
Lukanya cukup lebar, dan luka itu terbuka, Seokjin bisa melihat warna dagingnya dari lengannya yang digenggam oleh healernya.
“Lukanya dalam, ramuan Elixir hanya akan menghilangkan rasa sakit selama beberapa saat. Aku akan berikan ramuan tambahan untuk menghilangkan rasa sakit.” ujar healer Seokjin seraya memperhatikan luka di lengan Seokjin.
“Jika pedangnya seberbahaya itu, kenapa dia diizinkan memakai pedangnya kali ini?” Seokjin menggumam pelan dengan tangan tertuju pada lengannya. Ramuan Elixir menyerap dengan cepat di luka di tangannya, namun lukanya masih terbuka. Lebar.
“Itu karena Mr. Krakenshield mengizinkannya.” Healer Seokjin mengambil sebuah perban dari kotak peralatan yang ada di dekat mereka. “Mr. Krakenshield bilang, dia berniat menaikkan level dari Titan’s Game tahun ini. Makanya kami, para healer, diminta bersiap untuk menerima banyaknya peserta yang mungkin akan dirawat.”
Seokjin meringis menahan perih ketika lukanya yang masih segar bergesekkan dengan kain perban, “Kapan lenganku bisa digunakan seperti biasa lagi?”
“Kurasa lukamu baru akan kering dua minggu lagi. Tapi jangan khawatir, latihan terbuka selanjutnya masih lama. Minggu depan bukan latihan tempur, hanya latihan biasa.”
“Aku tidak tahu apapun soal itu, aku tidak pernah tertarik untuk tahu soal jadwal latihan Pejuang Titan.” Seokjin mendesah pelan, dia menunduk menatap lengannya yang sekarang terbalut perban tebal.
“Kudengar, ada beberapa jadwal latihan khusus di Titan’s Game tahun ini. Sebaiknya kau mendiskusikan jadwal dengan Pejuang Titan yang menjadi pasanganmu.”
“Setelah dia menghancurkan lenganku? Tidak, terima kasih.”
Healer Seokjin tertawa, “Lenganmu tidak hancur, dia hanya.. koyak?”
Seokjin mendengus dengan wajah cemberut.
“Aku ambilkan dulu ramuan pereda rasa sakit untukmu. Mungkin tidak akan terlalu banyak membantu, tapi setidaknya kau bisa tidur malam ini.”
Seokjin tersenyum, “Terima kasih,”
“Tentu,”
Healer Seokjin berjalan keluar dari ruangan tempat Seokjin berada. Seokjin dirawat di bangsal perawatan di Titan’s Arena karena luka Seokjin sudah mengeluarkan darah terlalu banyak.
Di bangsal ini Seokjin juga menemukan banyak peserta lainnya yang dirawat. Bahkan tadi Seokjin melihat Jungkook duduk di salah satu brankar dan sedang dirawat oleh salah seorang Healer.
Seokjin agak kasihan dengan putra Dewi Aphrodite itu. Dia tidak terlatih untuk berkelahi, bahkan ibunya saja bukanlah tipe dewi petarung.
Lantas bagaimana caranya dia bisa hidup di Titan’s Game kali ini?
Seokjin juga tidak melihat Namjoon dimanapun, kelihatannya dia langsung kembali ke kamarnya di lantai teratas asrama.
Dan asrama itu terlarang untuk dimasuki selain oleh anak dari dewa tertua.
Jadi bagaimana caranya Seokjin bisa menghubungi Namjoon?
Seokjin menghela napas lelah, dia yakin Titan’s Game kali ini akan jauh lebih melelahkan.
*****
Setelah berada di ruang bangsal perawatan selama tiga jam, Seokjin diizinkan untuk kembali ke kamar asramanya.
Dan karena itu di sinilah Seokjin, melangkah dengan langkah perlahan keluar dari Titan’s Arena.
Matahari sudah terbenam dan langit yang tadinya berwarna terang sudah berubah menjadi gelap.
Beberapa peserta akademi yang dirawat bersama Seokjin mulai berjalan menjauhi Titan’s Arena. Sebagian besar langsung pergi menuju Trapezaria karena waktu makan malam baru saja dimulai.
Sedangkan sebagian lagi memilih untuk kembali ke asrama.
Dan Seokjin terjebak diantaranya. Dia tidak tahu apakah dia harus pergi ke Trapezaria ataukah kembali ke kamarnya dan tidur.
Luka di tangannya kelihatannya menguras banyak darahnya dan ini membuat Seokjin merasa lemas dan lapar. Tapi dia tidak yakin dia sanggup membawa sendiri nampan berisi makanannya berkeliling Trapezaria untuk mendapatkan tempat duduk.
Apa yang harus dia lakukan…
Seokjin menghela napas lagi, dengan langkah terseok dia berjalan menuju Trapezaria.
Mungkin saja di sana ada Sandeul dan Seokjin bisa meminta bantuannya untuk mengambilkan makanan.
Ketika Seokjin berjalan menuju Trapezaria, lampu-lampu sudah dinyalakan sehingga jalan setapak yang dilewati Seokjin terlihat jauh lebih terang, bahkan Seokjin juga melihat beberapa kunang-kunang melayang di sekitarnya.
Seokjin tersenyum, dia memang bukan anak Dewi Demeter, Persephone, ataupun Hestia, tapi Seokjin selaku suka melihat tanaman-tanaman dan hewan-hewan mungil seperti lebah dan kumbang yang mengelilinginya.
Untuk pergi ke Trapezaria, Seokjin harus memilih jalan antara melewati Olympians Park ataukah melewati sisi Imity Lake.
Tapi Seokjin kurang suka melewati Olympians Park karena jalur itu selalu ramai oleh anak-anak Dewa Dionysus yang gemar berada di sana dan merusuh. Sebagai anak dari dewa penggemar pesta, tidak heran mereka semua sangat gemar melakukan acara-acara seperti pesta kecil-kecilan di kamar asrama.
Seokjin berbelok untuk berjalan melalui sisi Imity Lake, jalan ini merupakan jalan setapak dengan sisi kiri dan kanan jalan berupa pohon dan semak-semak bunga. Ketika Seokjin berjalan menyusuri jalan setapak itu, dia bisa melihat beberapa kunang-kunang melintas di sekitarnya dan ini memunculkan senyum di bibir Seokjin.
Dia suka keindahan-keindahan kecil seperti kunang-kunang.
Seokjin sudah berjalan semakin dekat dengan Imity Lake, dan dia melihat seseorang sedang duduk di pinggir danau, kunang-kunang mengelilinginya sehingga Seokjin bisa langsung mengenali sosok itu walaupun kondisi sekitar cukup gelap.
“Hoseok?” panggil Seokjin, dan sosok itu, Hoseok, menoleh untuk menatap Seokjin.
“Seokjin Kim.” Hoseok tersenyum padanya, “Hallo,”
Seokjin membalas senyum lembut itu dan berjalan menghampiri Hoseok, “Kenapa di sini? Tidak ikut makan malam?”
Hoseok menggeleng, salah satu jarinya terangkat dan kunang-kunang hinggap di ujung jarinya. “Aku ada janji.”
“Janji? Dengan?”
“Hoseok,”
Seokjin dan Hoseok menoleh ke arah asal suara dan mereka melihat sang putra tunggal Hades berdiri tak jauh dari mereka. Seokjin menunduk, memutus kontak mata mereka sementara Hoseok berdiri.
“Namjoon, kenapa lama sekali?” Hoseok berdiri dan menepuk-nepuk bagian belakang celananya yang kotor karena duduk di rerumputan.
Namjoon berjalan menghampiri Hoseok, “Maaf, aku harus menyimpan pedangku dulu.”
Hoseok mengerjap, “Ah ya, benar juga. Pedangmu tidak bisa disimpan sembarangan.” Hoseok menoleh ke arah Seokjin, “Oh, bukankah Seokjin adalah partner latihanmu? Kalian..”
“Maaf, tapi kurasa aku harus pergi.” Seokjin menyela, dia mengangkat wajahnya untuk menatap Namjoon dan dia melihat pria itu masih berekspresi datar seperti biasanya, kemudian dia memalingkan pandangannya ke arah Hoseok dan melihat putra tunggal Dewi Persephone itu terlihat bingung dan agak terkejut, mungkin karena Seokjin tiba-tiba menyela kalimatnya.
“Selamat malam,” bisik Seokjin kemudian dia berjalan cepat menuju jalan setapak dan nyaris berlari ke arah Trapezaria.
Seokjin tidak tahu apa hubungan diantara Namjoon dan Hoseok. Tapi apakah sepasang teman akan bertemu di tempat seperti Imity Lake di malam hari?
Terlebih lagi, Namjoon adalah anak dari Dewa Hades, dan Hoseok adalah anak dari Dewi Persephone. Fakta yang diketahui seluruh dunia adalah Hades hanya jatuh cinta pada Persephone.
Seokjin menggelengkan kepalanya, untuk apa dia memikirkan ini? Dia tidak ada hubungannya dengan semua ini.
Kakinya berhenti melangkah saat sudah sampai di hadapan gedung Trapezaria, Seokjin menarik napas dan mendorong pintunya agar terbuka, suara gelak tawa dan dengungan percakapan segera memenuhi ruang dengarnya, kepala Seokjin berputar untuk mencari Sandeul dan ketika akhirnya dia menemukannya, Seokjin segera berlari ke arah meja Sandeul dan duduk di sana.
Sandeul sedikit terlonjak saat Seokjin tiba-tiba duduk di hadapannya, “Wow, santai, Seokjin.”
Seokjin tersenyum tipis, “Hei,”
“Lenganmu terluka, kan? Kenapa tidak kembali ke asrama saja?” Sandeul melirik lengan Seokjin yang terbungkus jaket.
Seokjin mengangguk kecil, “Aku ingin makan malam di sini, menunya lebih lengkap.”
Sandeul tertawa, “Oh, kau benar-benar mencintai makanan.” Sandeul berdiri, “Ayo, aku akan membawakan nampan makan malammu, dengan lengan seperti itu, sebaiknya kau menghindari membawa barang berat.”
Seokjin memasang wajah haru penuh terima kasih yang dilebih-lebihkan, “Sandeul, kau penyelamat hidupku.”
Sandeul tertawa lagi, “Si bodoh ini. Ayo, sebelum makanan yang enak dihabiskan oleh yang lainnya.”
*****
Keesokkan harinya, Seokjin kembali mengikuti kelasnya seperti biasa. Yah, lengannya memang masih terluka, bahkan tadi pagi Seokjin harus pergi menemui healer untuk mengganti perbannya karena dia memang tidak bisa menggantinya sendiri.
Seokjin berjalan menuju Athena Sanctuary dan dia melihat Jungkook sedang berdiri di depan Athena Sanctuary seraya menunduk dan memainkan kakinya.
“Jungkook?” panggil Seokjin, dia berlari kecil menghampiri putra tunggal Aphrodite itu.
Jungkook mengangkat kepalanya, “Seokjin? Selamat pagi!” sapanya ceria.
“Hei, sedang apa? Kenapa tidak masuk?” ujar Seokjin ketika sudah tiba di hadapan Jungkook.
“Taehyung ingin bertemu denganku, jadwal latihan hari ini adalah diskusi strategi, kan? Taehyung ingin merundingkan strategi kami terlebih dahulu agar dia tidak diremehkan Pejuang Titan lainnya.”
Mata Seokjin membulat, “Tunggu, ada latihan semacam itu?”
Jungkook mengangguk polos, “Partnermu tidak memberitahu apa-apa soal latihan kalian?”
Seokjin menjatuhkan rahangnya, kemudian setelahnya dia mengacak rambutnya frustasi dan mendesah kasar. “Sialan, kenapa sih aku harus repot seperti ini?”
Jungkook meringis, “Partnermu sulit ya?”
Seokjin berdecak keras, “Sulit sekali! Aku bahkan tidak tahu bagaimana caraku menghubunginya! Sialan!” Seokjin mengumpat lagi seraya menghentakkan kakinya kesal.
Jungkook mengusap-usap bahu Seokjin mencoba menenangkan, “Tidak apa, partnermu adalah anak dewa yang memiliki kemampuan lebih, kau dan dia akan menjadi partner yang hebat.” Jungkook mengangkat bahunya, “Hades dan Athena, kombinasi yang mengerikan, bukan?”
Seokjin memutar bola matanya, “Oh, persetan dengan semua ini, aku benar-benar membenci Titan’s Game.” Seokjin menghela napas pelan dan melangkah masuk ke dalam Athena Sanctuary.
Jungkook menatap punggung Seokjin yang menjauh dengan langkah menghentak kesal, Seokjin benar-benar terlihat marah dan kesal.
Sebenarnya, jika boleh memilih, Jungkook ingin sekali tidak mengikuti Titan’s Game, sebagai anak Aphrodite, dia tidak memiliki kemampuan lebih untuk bertempur. Walaupun Jungkook mendapatkan nilai bagus di kelas latihan fisik dan tempur, banyak teman sekelasnya yang lebih memilih untuk mengabaikannya dan menggodanya karena walaupun dia laki-laki, pesona khas Aphrodite itu masih melekat di tiap sudut tubuhnya.
Dan tiap kali berlatih tempur, bukannya bertempur dengan benar, biasanya lawan Jungkook malah memanfaatkan kesempatan itu menyentuhnya.
Dan Jungkook benci itu. Karena itu dia memilih untuk menarik diri dari kelas semacam itu, lebih baik dia menjadi peserta akademi yang tidak mencolok daripada harus digoda terus-menerus.
“Jungkook!”
Jungkook tersentak, dia menoleh ke arah asal suara dan melihat Taehyung, putra Dewa Hermes sekaligus partner latihannya, sedang berlari ke arahnya.
“Hei, maaf aku agak terlambat. Aku harus memberi makan peliharaanku.” Taehyung tersenyum meminta maaf dan Jungkook menggeleng pelan seraya tersenyum lucu.
“Bukan masalah,” Jungkook tersenyum, “Oya, kau punya peliharaan? Aku juga!”
Taehyung berjalan masuk ke dalam Athena Sanctuary dan Jungkook berjalan mengikutinya, “Oh, kau juga?”
Jungkook mengangguk antusias, “Yap! Namanya Dovey, dia burung merpati yang lucu.” Mata Jungkook berbinar, terlihat jelas dia begitu menyayangi hewan peliharaannya yang sederhana. “Apa peliharaanmu?”
Taehyung menggaruk ujung hidungnya yang tidak gatal, “Well..”
“Apa? Apakah itu kuda?”
Taehyung menggeleng, “Bukan, peliharaanku itu.. ular.” Taehyung tersenyum gugup, “Jenis saw scaled viper, namanya V.”
Dahi Jungkook berkerut, “Saw scaled viper..” Dan setelahnya putra Aphrodite itu meringis ngeri, “Bukankah itu ular paling beracun?”
Taehyung mengangguk ragu-ragu, “Ya, penawar racunnya adalah yang paling sulit ditemukan.”
Dan wajah Jungkook memucat, “Kenapa kau memelihara hewan semacam itu?”
Taehyung mengangkat bahunya, “Terkadang berteman dengan hewan yang berbahaya akan menyelamatkan hidupmu.”
“Aku tidak mau,”
Taehyung melirik ke arah Jungkook yang memasang wajah cemberut dengan dahi berkerut dalam. Taehyung tertawa, “Aku tidak akan mengumpankanmu ke ularku, jangan memasang wajah seperti itu.”
*****
Kelas diskusi strategi akan diadakan di Olympians Hall untuk menjaga privasi strategi mereka agar tidak diketahui oleh para peserta akademi yang menonton Titan’s Game.
Seokjin mendesah pelan dan berjalan masuk ke dalam Olympians Hall, aula besar itu sudah terisi oleh cukup banyak orang, dan Seokjin harus mencari-cari di mana kiranya Namjoon Kim berada.
Dan ketika akhirnya Seokjin melihatnya, Seokjin segera berjalan menghampiri pria itu dan berdiri di sebelahnya, “Kau senang? Tidak memberitahu partnermu soal ini?”
Namjoon menoleh ke arah Seokjin, “Aku sudah menduga kau akan mengetahui soal ini cepat atau lambat. Kau anak Dewi Athena, otakmu adalah kelebihanmu.”
Seokjin terperangah, “Apa kau sedang memperolok diriku?”
Namjoon menatap Seokjin, tatapan matanya terlihat dingin dan kosong. “Tidak juga,” ujarnya kemudian dia berjalan ke salah satu kursi dan duduk di sana.
Olympians Hall sudah disusun seperti ruang kelas dengan tiap meja berisi dua kursi, untuk Pejuang Titan dan partnernya.
Seokjin mendengus kesal dan menghempaskan dirinya di kursi yang berada di sebelah Namjoon. “Kau tahu, aku tidak pernah menyukai Titan’s Game, dan kadar ketidaksukaanku bertambah karena dirimu.”
Namjoom menoleh untuk menatap Seokjin, “Oh,” responnya singkat.
Seokjin menarik napas dengan cepat, menggeram tertahan dan menahan diri sekuatnya untuk tidak memukul Namjoon dengan buku atau mungkin dengan sepatunya. Dia memalingkan pandangannya ke depan dan melihat Yoongi, anak Dewa Apollo yang panahnya hampir mengenainya.
Seokjin melirik Namjoon, “Kenapa kemarin kau menangkis panah Yoongi?”
“Karena kalau kau mati di latihan pertama, itu akan merugikanku.” Namjoon menjawab tanpa menoleh, dia tetap fokus menatap ke depan.
Seokjin mendecih kesal, “Lalu kenapa kau memilih menyerah?”
“Aku tidak suka bertarung dengan orang yang lemah.”
Seokjin menoleh dengan gerakan cepat ke arah Namjoon, “Kau!”
“Seokjin Kim?”
Dan umpatan yang sudah sampai di ujung lidah Seokjin tertelan kembali, dia menoleh, dan melihat Yoongi sedang berdiri di depan mejanya.
“Hei,” sapa Yoongi, rambut birunya terlihat bersinar di mata Seokjin.
Seokjin tersenyum gugup, “Uuh.. hai?”
“Aku ingin minta maaf soal kemarin, panahku tidak sengaja hampir mengenaimu.” Yoongi tersenyum tulus pada Seokjin.
Seokjin mengerjap cepat, “Oh! Bukan masalah.” Seokjin tersenyum lebar, “Aku baik-baik saja kok.”
Yoongi mengangguk, “Hei, bagaimana kalau sebagai permintaan maaf, aku akan memainkanmu sebuah lagu.”
“Lagu?” ujar Seokjin bingung.
“Ya, nanti malam. Kau lebih suka piano atau alat musik lainnya?”
Seokjin mengangkat bahunya, “Aku suka piano.”
“Call! Nanti malam, di living room. Bagaimana?” tawar Yoongi antusias.
Seokjin mengangguk kecil.
Yoongi tersenyum lebar, “Okay, aku pergi dulu kalau begitu.”
Seokjin mengangguk lagi, dia melambai kecil kepada Yoongi. “Sampai nanti.” Seokjin memperhatikan punggung Yoongi yang semakin menjauh dan akhirnya dia melihat sosok Yoongi yang bergerak untuk duduk di sebelah Jimin.
“Nanti malam, naiklah ke Special Living Room.” Namjoon berujar tiba-tiba, “Akan kubukakan kuncinya agar kau bisa masuk, jadi, naiklah ke sana.”
To Be Continued
Reviews
You must be logged in to post a review.
Related Paid Contents
-
🔒 Hidden Chapter 15-0
Author: _baepsae95 -
🔒 Sky Above
Author: _baepsae95 -
🔒 I Feel You pt.2 (NC)
Author: _baepsae95 -
🔒 Muscular Hands
Author: _baepsae95
Miinalee –
test tststts sssst stahnd sjjsbshsj zbsjsjsbbs zhshbsbsn zjsjjsjs sjsjdjjdjd ahahsbnsnd hdjdjsn jsjsjsj sjsuoaksn sjsjsjnsns dhdjdjbd sjsjsnbs