Pick Your Potion

Sebuah ramuan akan membawamu pergi ke masa depan. Kamu akan melihat apa yang terjadi dalam hidupmu 5 tahun ke depan.

Author: Anak itik

Red class saat ini sedang mengerjakan ujian akhir dengan membuat ramuan yang mereka racik sendiri. Bukan hanya itu, mereka juga ditugaskan mencari seseorang untuk menguji coba ramuan tersebut agar menambah nilai akhir sebelum naik kelas ke black class.

Seokjin saat ini masih berada di dalam lab seorang diri. Dia harus benar-benar menyelesaikan ramuan ciptaannya sebelum mencari partner yang mau diajak bekerja sama untuk mencoba ramuannya.

Namjoon selalu menunggu sang kekasih di luar lab sebelum pulang ke asrama karena dia tidak ingin Seokjin kenapa-kenapa jika berada di sekolah sendirian.

“Namjoon, lo belum pulang?” Tanya Seokjin setelah keluar dari dalam lab membawa 2 ramuan berwarna biru dan merah muda.

“Gue juga baru selesai latihan basket. Itu hasil racikan lo sendiri?” Tanya Namjoon ke arah ramuan yang Seokjin bawa.

Seokjin mengangguk. Keduanya berjalan ke arah luar sekolah sambil mengobrol ringan selama perjalanan menuju ke asrama.

“Gue bingung nih harus jadiin siapa sebagai partner yang mau nyoba ramuan gue.”

Saat ini mereka sudah berada di dalam kamar asrama tapi batang hidung Hoseok belum terlihat di sana.

“Kan ada gue,” kata Namjoon membuka seragam sekolahnya, bersiap untuk pergi mandi.

“Nanti lo kenapa-kenapa lagi,” kata Seokjin. 

“Memang lo buat ramuan apa?”

“Yang blue ramuan past, yang pink ramuan future.” Seokjin menjawab sambil membuka kembali buku catatannya.

“Gue mandi dulu, nanti gue mau coba minum yang future.” Namjoon langsung pergi ke kamar mandi.

“Dia serius apa?” Gumam Seokjin melihat ke arah pintu yang Namjoon tutup.

Hoseok baru kembali setelah pulang dari sekolah dengan wajah kuyu. Dia melemparkan kertas ujiannya ke atas tempat tidur dan ikut berbaring di atasnya.

“Kenapa lo?” Tanya Seokjin. 

“Jin, gimana gue bisa naik ke red class kalau nilai ujian gue dibawah rata-rata semua. Gue padahal udah berusaha ngeracik ramuan dan sesuai takaran tapi kenapa hasilnya malah nggak jelas ya, sedangkan teman-teman berhasil semua, kesel gue.”

“Mungkin lo kurang sabar. Biasanya pencampuran antara bahan satu dengan yang lainnya diberi jeda waktu. Itu sih kata guru gue waktu gue di green class.”

“Wah, kayaknya lo bener deh. Soalnya gue emang buru-buru karena takut efek bahannya hilang ketiup angin.”

Seokjin tertawa puas mendengar ucapan Hoseok yang sekejap membuat stresnya hilang. “Hahaha …. Efek itu nggak akan hilang. Coba aja lo diemin lagi selama 1 malam efeknya malah makin kuat. Biasanya para leluhur menyimpan ramuan sampai puluhan tahun.”

Hoseok berdecak kagum lalu bersiap untuk keluar kamar lagi.

“Lo mau kemana lagi?” Tanya Seokjin. 

“Gue mau ke lab lagi. Gue harus bisa lulus ujian akhir.” Hoseok secepat kilat berlari ke arah luar lalu tidak sengaja menabrak Namjoon yang akan masuk kamar setelah mandi.

“Dia kenapa sih kayak dikejar hantu.”

“Dia dikejar nilai ujian” jawab Seokjin terkekeh tanpa melihat lawan bicaranya sebab ia masih fokus dengan catatan pentingnya selama penelitiannya di lab 1 bulan penuh.

*

“Joon lo yakin?” Tanya Hoseok yang akan menyaksikan percobaan ramuan yang diciptakan oleh Seokjin.

“Iya, gue takut lo kenapa-kenapa. Mending gue sendiri aja yang nyoba” kata Seokjin ikut cemas. 

“Lo takut kehilangan gue ya?” Goda Namjoon.

Seokjin berdecak kesal padahal ini saat yang menegangkan untuknya tapi Namjoon masih saja menggoda dia. “Jangan bercanda dulu  bisa?”

“Nggak apa-apa sayang. Gue mau jadi bagian keberhasilan lo juga. Cium dulu deh biar nggak tegang,” ucap Namjoon mencium sejenak pipi bulat kekasihnya itu.

“Iyuh … kenapa gue bisa sekamar sama pasangan aneh ini.” Hoseok selalu mengomel tiap kali dia melihat Namjoon menggoda Seokjin.

“Percaya sama gue ya, karena gue juga percaya sama ramuan lo,” kata Namjoon memegang tangan Seokjin. Dia sangat ingin membantu Seokjin agar bisa lulus ujian tepat waktu dengan nilai yang memuaskan juga.

“Tapi janji ya, lo harus kembali tepat waktu. Kalau nggak lo akan terjebak di masa depan.”

“Iya gue janji.” Namjoon menunjukkan jari kelingkingnya dan disambut dengan jari kelingking Seokjin. 

Ramuan tersebut sudah ada digenggaman Namjoon. Dia melihat sesaat si merah muda yang akan membawanya menuju masa depan.

“Joon, jangan lupa ya cari gue di masa depan, udah jadi orang sukses belum,” ujar Hoseok yang juga ingin melihat reaksi dari ramuan Seokjin. 

Pasangan tersebut saat ini sedang duduk bersebelahan saling menggenggam tangan satu sama lain. Namjoon lantas meminum cairan itu hingga habis dan tak tersisa. Tiba-tiba saja dirinya memejamkan mata dan jatuh ke pelukan Seokjin. 

“Namjoon!” Hoseok yang panik langsung mendekat ke arah Seokjin. 

“Hoseok bantu gue bawa Namjoon ke atas tempat tidur.”

“Berapa lama kesadarannya balik?” Tanya Hoseok. 

“Maksimal 24 jam. Lewat dari itu dia nggak akan bisa balik lagi. Gue kenapa jadi takut sama ramuan gue sendiri,” ucap Seokjin. 

Hoseok sebenarnya lebih takut karena ramuan Seokjin bukan untuk menyembuhkan penyakit tapi membuat orang lain pergi masa depannya.

*

Oktober 2027

 

Namjoon membuka mata saat sinar matahari berhasil masuk ke celah-celah jendela kamarnya. Ia mengusap pelan kelopak matanya yang terasa gatal.

Namjoon!!” 

 Panggilan dari luar kamar membuka lebar mata Namjoon. Dia melihat sekeliling kamar yang ia tiduri itu kemudian melihat kalender hari ini.

“2027 …” gumamnya lalu segera bangkit dari atas tempat tidur untuk membuka pintu kamar.

“Se—Seokjin!”

“Kamu kenapa kayak abis liat hantu? Apa ada yang kamu sembunyiin di dalam?” Tanya Seokjin mencoba mengintip ke dalam kamar Namjoon. 

Namjoon malah mengusap wajahnya dan menyadarkan diri kalau dia saat ini sudah berada di masa depan.

Seokjin melihat meja makan Namjoon penuh dengan botol minuman keras. “Kamu kayaknya masih mabuk. Mandi dulu sana, aku udah buatin kamu sup pereda rasa pengar.”

“Ka—kamu ngapain di sini?” Tanya Namjoon ragu.

“Kamu lupa ya hari ini kita ada janji buat fitting baju?”

“O—oh iya aku ingat. Aku mau mandi dulu.” Namjoon langsung berlari menuju kamar mandi hingga membuat Seokjin heran dia akan segera menikahi pria yang masih kekanakan. Seokjin hanya bisa menggelengkan kepala lalu berjalan menuju dapur untuk menyiapkan sup yang ia bawa dari rumah. 

Setelah beberapa menit kemudian, Namjoon duduk di depan meja makan dan menikmati sup tauge yang sudah Seokjin siapkan.

Melihat Seokjin memegang tempat sampah tanpa menggunakan sarung tangan membuat Namjoon langsung bertanya. “Kamu nggak takut kuman lagi?”

“Kamu lupa? Kan aku udah sembuh 2 tahun lalu karena minum ramuan dari kamu. Sayang, kayaknya kamu terlalu mabuk. Abisin itu sup-nya, aku mau buang sampah dulu.”

Ternyata 5 tahun sudah banyak perubahan yang terjadi. Namjoon harus menyesuaikan dirinya mulai detik ini.

Dirinya yang kini berprofesi sebagai pelatih basket itu membuang napas pelan sambil melihat banyaknya piala yang diperoleh di lemari penghargaan, kemudian melanjutkan sarapannya sesuai perintah Seokjin.

*

Mereka menaiki mobil menuju lokasi butik tempat dimana mereka akan fitting baju pengantin.

Apa masa depan gue sama Seokjin akan bahagia terus? Untung aja, gue gak perlu khawatirin apa pun lagi.

Namjoon merasa lega karena masa depannya tidak mengalami kesulitan. Dia dan Seokjin masih bersama hingga 5 tahun bahkan secepatnya mereka akan melangsungkan pernikahan yang belum pernah Namjoon bayangkan sebelumnya.

Sesampainya di gedung butik, Seokjin menggandeng tangan Namjoon dengan sangat mesra. Mereka bertemu dengan perancang busana yang membuat pakaian pernikahan mereka.

“Pagi,” sapa Seokjin.

“Hoseok!” Namjoon terkejut lantaran perancang busana yang Seokjin maksud adalah teman sekamar mereka saat di asrama.

“Lo kenapa kaget ngeliat gue? Apa muka gue ada yang berubah?” Hoseok langsung berdiri di depan cermin besar miliknya. “Muka gue masih ganteng,” ucapnya.

“Kamu kenapa sih dari tadi pagi kok aneh banget. Kamu berubah pikiran ya?” Tanya Seokjin mendadak.

“Bukan Jin, kepalaku masih pusing. Kayaknya aku minum terlalu banyak semalam. Jangan ngomong gitu lagi ya sayang.” Namjoon memeluk pinggang Seokjin. 

“Udah bucinnya nanti lagi. Sekarang coba dulu bajunya.” Hoseok menggerakkan sihir untuk mengganti pakaian Namjoon dan Seokjin dengan baju pernikahan yang sudah dirancang selama berbulan-bulan. 

Kedua nya berdiri di depan cermin sambil saling berhadapan.

Namjoon tidak melepaskan tatapannya pada Seokjin yang terlihat lebih bersinar dengan baju pengantinnya.

“Gimana, Joon?”

“Cantik,” jawab Namjoon. 

“Beneran cocok sama aku?”

“Iya cocok. Aura kamu bersinar banget. Lo kasih sihir apa di baju pengantin ini?” Namjoon bertanya kepada Hoseok selaku perancang busana.

“Aura pengantin memang gitu,” jawab Hoseok.

Seokjin mendadak merasakan sakit kepala yang tak tertahankan sampai membuat ia jatuh pingsan.

“Seokjin! Kamu kenapa? Bangun sayang!”

“Joon kita bawa Seokjin ke rumah sakit sekarang!” Namjoon dan Hoseok yang sangat panik langsung membawa Seokjin ke dalam mobil. Hoseok menyetir mobil dan Namjoon duduk di belakang sambil terus memeriksa denyut nadi dan napas Seokjin yang tersengal. 

Setibanya di rumah sakit, Seokjin langsung ditangani oleh dokter yang bertugas, “Dok jangan sampai Seokjin kenapa-kenapa!”

“Tenang ya Pak, kita akan melakukan yang terbaik untuk pasien.” Perawat pun menutup pintu ruang pemeriksaan.

“Joon, tenang dulu. Kita serahin semua ke dokter.

Namjoon berjalan mondar-mandir di depan pintu sampai dokter keluar memberikan kabar baik. Namjoon melihat ke arah jam tangan yang ia kenakan. Waktu untuk berada di masa depan tinggal beberapa jam lagi, tapi dia tidak mungkin meninggalkan Seokjin yang sedang sakit, meski sebenarnya di masa sekarang Seokjin masih baik-baik saja.

“Apakah salah satu orang yang di sini ada keluarga pasien?” Tanya sang dokter. 

“Saya calon suaminya, Dok!” Jawab Namjoon.

“Saya ingin memberitahu kalau kebun bunga di dalam paru-paru tuan Seokjin sudah tumbuh dengan tidak terkendali. Jika kita tidak segera melakukan operasi kemungkinan Tuan Seokjin tidak akan selamat.”

“Kebun bunga di paru-paru?!” Hoseok tampak terkejut sekaligus heran kenapa hal itu bisa terjadi pada Seokjin. Apa yang sebenarnya Seokjin rasakan selama ini?

“Tuan Seokjin menderita penyakit Hanahaki. Itu bisa saja terjadi pada orang yang perasaan cintanya bertepuk sebelah tangan” jelas sang Dokter. “Tolong segera ambil keputusan untuk operasi ini, Pak. Paling lambat kami harus bertindak malam nanti. Saya permisi dulu.” Dokter pun pergi dari sana membiarkan Namjoon berpikir dan memberikan keputusan terbaiknya.

“Joon! Apa yang lo lakuin sama temen gue! Lo apain Seokjin, Joon!” Hoseok memegang kerah baju Namjoon dengan sangat erat. Sampai urat lehernya hampir keluar karena menahan emosi.

“Gue nggak tahu, Hose! Lo tau gue cinta banget sama Seokjin!” Namjoon mendorong Hoseok agar menjauhinya. Air matanya pecah kala itu. Tubuhnya lemas sekali. Jika kebun bunga di dalam paru-paru Seokjin diangkat kemungkinan cintanya kepada Namjoon akan ikut hilang.

Namjoon masuk menemui Seokjin yang sudah membuka kedua matanya. Air matanya mengalir begitu saja setelah tidak sengaja mendengar percakapan dokter dan Namjoon di luar sana.

“Seokjin! Apa yang sebenarnya  terjadi? Kenapa kamu bisa kayak gini?!”

“Kamu lupa Namjoon? Kamu udah campakin aku berkali-kali bahkan saat kita sudah merencanakan pernikahan. Jujur hiks …. Hari ini aku bingung sama sikap kamu. Kamu yang biasanya kasar mendadak jadi penyayang kayak dulu lagi.” Seokjin mengungkap hal yang tidak Namjoon sadari.

“Kasar? Aku nggak pernah kasar sama kamu Seokjin ….” Namjoon menangis sambil memegang erat kedua tangan Seokjin. “Aku mau perbaiki semua. Hiks … tolong kamu bertahan.”

Hoseok tidak bisa berkomentar tentang hubungan kedua sahabatnya itu. Seokjin juga tidak pernah bercerita tentang perlakuan Namjoon dan penyakit yang ia derita. Dia kira hubungan Namjoon dan Seokjin adalah hubungan yang akan membuat seluruh makhluk hidup iri, nyatanya banyak penderitaan yang Seokjin pendam hanya karena dia begitu mencintai sosok Namjoon.

“Aku udah nggak akan bisa sembuh lagi Namjoon walaupun kamu berubah. Aku juga nggak akan mau ngelakuin operasi. Aku cuma mau ngerasain cinta sama kamu sampai aku mati.” 

Ucapan Seokjin semakin membuat Namjoon frustasi. “Aku mohon kamu harus sembuh, hiks ….”

Seokjin terbatuk memuntahkan guguran bunga dari dalam paru-parunya. Sebuah akar sudah tumbuh keluar dari dadanya dan membuat Seokjin kembali tak sadarkan diri setelah memuntahkan kelopak bunga yang sudah layu.

“Jin! Aku nggak mau kehilangan kamu ….”

“Seokjin!”

Seokjiiiiiiiin!”

*

Oktober 2022

 

“SEOKJIN!” Namjoon bangun dan langsung membuka matanya. Dia melihat sekeliling kamar asrama, lalu melihat kalender yang berada di atas nakas. Dia sudah kembali dari masa depan.

“Namjoon, gue di sini!”

“Joon lo kenapa nangis?” Tanya Hoseok.

Namjoon bangkit memeluk Seokjin erat. Dia menangis di pelukan sang kekasih yang selama 24 jam menemaninya tanpa beralih sedetik pun.

“Tenang Joon,” ucap Seokjin lirih sambil mengusap punggung Namjoon yang berkeringat.

“Minum dulu Joon, gue tau lo capek habis perjalanan jauh.” Hoseok memberikan segelas air minum kepada Seokjin untuk diberikan ke Namjoon. 

“Lo minum dulu ya biar tenang,” ujar Seokjin. 

Namjoon mencoba mengatur napas dan detak jantungnya yang masih berdegup cepat seperti orang yang habis berlari jarak jauh.

“Kamu istirahat dulu ya. Kita mulai buat laporan besok aja,” kata Seokjin.

“Seokjin, lo tau kan gue sayang banget sama lo. Jangan tinggalin gue.” 

Ucapan Namjoon itu langsung membuat Seokjin terdiam. Apa mungkin itu yang akan terjadi di masa depan?, Pikirnya.

“Gue tau. Sekarang lo istirahat ya, thank you udah jadi bagian terpenting selama ujian akhir gue ini.” Dia mengecup kening Namjoon sesaat lalu pergi ke arah meja belajarnya untuk mulai menganalisis apa yang ia lihat pada Namjoon setelah kekasihnya itu bangun.

*

Sore itu Namjoon dan Seokjin duduk di dalam cafe, menikmati segelas kopi sambil mengerjakan laporan tentang ramuan masa depan Seokjin yang sudah Namjoon coba.

“Oke kita mulai sekarang,” kata Seokjin siap mengetik apa saja yang Namjoon temui di masa depannya.

Namjoon memulai ceritanya dengan berat hati. “Nggak banyak yang aku temui waktu pergi ke masa depan selain menemukan hal indah tentang kita berdua. Waktu itu aku pergi ke tahun 2027. Hubungan kita masih berjalan selama itu. Kamu makin cantik saat itu, kamu juga udah nggak terlalu takut kotor. Ternyata kita pun merencanakan sebuah pernikahan di masa depan. Setelah itu ….” Namjoon tiba-tiba berhenti berbicara dan Seokjin pun berhenti menggerakkan jari yang berselancar di keyboard laptop. Dia melihat wajah sang kekasih yang menyimpan kegelisahan. Kerutan dahi dan air mata yang tergenang cukup membuat Seokjin mengerti masa depan mereka tidak akan semudah itu.

Namjoon berusaha melanjutkan lagi ceritanya. “Setelah itu kita menikah dan hidup bahagia.” Namjoon menahan air matanya agar tidak jatuh dan berhenti menatap mata Seokjin.

Kita hidup bahagia, tapi kenapa kamu kelihatan sedih?, batin Seokjin sambil lanjut mengetik apa yang Namjoon ceritakan.

Thank you, Namjoon,” ucap Seokjin menutup benda elektronik itu dan kembali memasukkannya ke dalam tas.

“Kamu nanti pasti dapat nilai A,” ucap Namjoon. 

“Tunggu, kamu sadar nggak sih dari tadi kita ngomong pakai aku-kamu?”

“Sadar. Bukannya itu wajar ya?” Tanya Namjoon. 

“Iya wajar, cuma agak beda aja lebih keliatan romantis hehe …. Kalau gitu, misal aku dapat nilai A aku akan turuti apa aja yang kamu minta.”

“Aku pegang kata-kata kamu ya,” ucap Namjoon tersenyum dan dibalas senyuman juga oleh Seokjin.

*

Hari pengumpulan ujian akhir telah tiba. Seokjin merasa tegang karena dia khawatir tidak bisa lulus dari red class. Setelah mengumpulkan tugas semua siswa red class harus menunggu nilai mereka keluar sampai jam istirahat. Namjoon yang hendak menuju lapangan basket mengintip dari jendela kelas Seokjin sesaat, hanya ingin memastikan kalau kekasihnya itu baik-baik saja.

Namjoon pun mengirim pesan ke Seokjin.

Namjoon 

“Kamu pasti dapat nilai A.”

Seokjin menoleh ke arah Jendela setelah membuka pesan Namjoon tapi pemuda itu tidak tampak di sana. Seokjin pun membalas pesannya dengan cepat.

Seokjin 

“Makasih udah nenangin aku, love you.”

Namjoon yang saat ini masih berjongkok di bawah jendela kelas Seokjin, tersenyum setelah membaca pesan sang kekasih.

“Lo ngapain, Joon?” Tanya Hoseok yang tak sengaja lewat di depan kelas Seokjin. 

“Nggak ngapa-ngapain,” jawab Namjoon mengelak pergi dari sana.

“Mungkin gue juga harus nyari pacar biar ngerasain apa itu kasmaran.” Setelah mengoceh sendiri, Hoseok melanjutkan langkah kakinya menuju perpustakaan.

*

Sepulang sekolah Namjoon menunggu Seokjin di area parkir mobil. Mereka tidak sempat bertemu saat jam istirahat karena Namjoon harus latihan basket bersama teman-temannya, jadi dia pun belum tahu nilai dari ujian akhir Seokjin. 

Si pemuda cantik itu datang dengan langkah bahagia. Dia berdiri di hadapan Namjoon sambil menyodorkan selembar kertas nilainya.

“A+!” Seru Namjoon.

“Kenapa kamu kaget? Kan kamu sendiri yang bilang aku bakal dapat nilai A.”

“Aku nggak kaget sayang, aku ikut senang kamu dapat nilai sebaik ini. Selamat ya,” kata Namjoon mengusap puncak kepala Seokjin. 

“Sekarang aku mau kabulin semua permintaan kamu. Kamu mau minta apa?” Tanya Seokjin. 

“Ikut aku.” Namjoon menarik tangan Seokjin memintanya untuk masuk ke dalam mobil.

“Kita mau ke mana?” Tanya Seokjin.

“Katanya mau kabulin permintaanku.”

Namjoon mengendarai mobilnya jauh dari pusat kota. Dia mengajak Seokjin pergi ke sebuah pantai yang sangat indah dengan hamparan pasir putih serta air laut yang biru.

Mereka berjalan di sepanjang bibir pantai sambil bergandeng tangan, menikmati suasana sore hari yang teduh.

“Namjoon, aku mau lepas sepatu juga,” kata Seokjin.

“Tapi ini pasir banyak debu lho sayang. Kamu nggak apa-apa?” Tanya Namjoon. 

“Iya, aku mau coba.”

Namjoon berjongkok tanpa disuruh untuk membantu Seokjin melepas alas kakinya. Setelah satu sepatunya dibuka, Namjoon masih memegang telapak kaki Seokjin sebelum dia menurunkan kaki Seokjin bersentuhan dengan pasir pantai. “Kamu yakin?” Tanya Namjoon lagi.

“Iya Namjoon ….”

Setelah yakin mendengar jawaban Seokjin, dia perlahan-lahan menurunkan kaki Seokjin ke atas pasir yang halus, lanjut membantu Seokjin melepas sepatunya yang sebelah lagi.

“Gimana rasanya?” Tanya Namjoon. 

“Geli. Tapi aku bisa jalan kok.” Seokjin melanjutkan langkah kakinya dan dia berhasil berjalan di atas pasir pantai tanpa alas kaki.

Namjoon bertepuk tangan pelan lalu mengikuti langkah kaki Seokjin yang sudah mulai menjauhinya. Kapten basket itu kembali menggandeng tangan si clean boy. Mereka berhenti melangkah lalu memutuskan untuk duduk di tepi pantai sambil melihat matahari yang hampir tenggelam. Warna langit jingga bercampur dengan warna kemerahan terlihat lebih lembut dari waktu sebelumnya.

“Aku udah lama nggak ke pantai.”

“Kenapa?” Tanya Namjoon.

“Terlalu banyak kenangan di pantai yang buat aku nggak bisa datang ke sini sendirian. Tapi sekarang aku di sini sama kamu.”

“Kapanpun kamu mau ke pantai, bilang aku aja,” kata Namjoon tersenyum lebar.

“Oh ya kamu udah ngajak aku ke sini, kamu mau minta apa lagi ke aku?”

Namjoon melihat ke arah Seokjin, menatap kedua mata cantik itu dengan sangat lekat. Namjoon memangkas jaraknya dengan Seokjin yang tidak bisa menghindar karena Namjoon memegangi pinggangnya sangat erat. Namjoon tiba-tiba menempelkan sejenak bibirnya dengan Seokjin untuk pertama kali sejak mereka berpacaran.

Thank you udah kabulin semua permintaanku,” kata Namjoon setelah dirinya berhenti mengecup bibir Seokjin.

“Aku tadi belum siap,” ucap Seokjin lirih.

“Apa?”

“Bisa kita ulangi lagi nggak?” Tanya Seokjin dengan malu-malu. 

“Bisa, asal kamu yang cium aku duluan,” goda Namjoon memajukan bibirnya.

Seokjin menerima tantangan Namjoon. Dia mencium bibir Namjoon lebih dulu dan Namjoon tak segan menarik pinggang Seokjin agar duduk lebih dekat dengannya. Mereka kembali melakukan ciuman dengan lebih baik, memperdalam ciuman di tengah pantai yang tersapu ombak-ombak kecil.

 

Jika disuruh memilih antara masa lalu dan masa depan, ramuan apa yang akan kamu pilih?

 

Selesai 

 

Reviews

There are no reviews yet.

Be the first to review “Pick Your Potion”
Beranda
Cari
Bayar
Order