Suasana kantor tak seperti biasanya; semua orang lebih memilih diam daripada saling sapa, dengan cemas selalu mengecek berita dan sosial media. Boikot terhadap seluruh cabang supermarket telah berjalan semenjak berita pertama tentang daging tak layak konsumsi menyebar lewat media, membuat semua karyawan sedikit putus asa tentang keberlangsungan pekerjaan mereka.
Jungkook menyandarkan kepalanya pada dua tangannya yang terlipat di atas meja, wajah menghadap ke Jimin dan Seokjin yang juga tak melakukan apa-apa. Semenjak supermarket mereka menjadi serangan warga internet, tak ada pekerjaan yang dapat mereka lakukan sebagai bagian dari sosial media.
Jungkook menghela nafasnya berat, membuat Jimin menoleh padanya. “Kenapa, Kook?”
“Tadi malam gue baca thread di twitter soal prediksi bisnis gitu. Katanya kalau boikot terus dilakukan, kemungkinan besar perusahaan bakal pailit dan ga menutup kemungkinan dalam waktu dekat akan ada pengurangan karyawan besar-besaran.” Jungkook lalu menegakkan kepalanya, “Kalau gue dipecat gimana, ya. Gue kan baru disini, belum punya value yang lebih ke perusahaan.” Jungkook menatap lurus ke depan, tatapannya kosong dan wajahnya sedikit pucat.
Seokjin menggigit bibirnya. Ia tahu bahwa Jungkook adalah satu-satunya harapan keluarganya, jika ia kehilangan pekerjaannya, keluarganya di rumah tak dapat makan. Ia juga baru saja menolak tawaran kerja di tempat lain demi bekerja di perusahaan ini. Tidak, Seokjin tidak bisa membuat siapapun dipecat karena masalah ini. Ia lalu berdiri dari kursinya, membuat Jimin dan Jungkook menatapnya heran.
“Mau kemana?” Tanya Jimin.
“Nyari solusi biar lo berdua tetap kerja disini.” Jawab Seokjin sebelum beranjak dari meja kerjanya.
Seokjin berjalan mengitari lantai kantornya, mencari seseorang yang tak ada di meja kerjanya saat dihampirinya tadi. Matanya berbinar saat melihat orang yang ia cari tengah duduk di ruang meeting kecil bersama satu orang pria lainnya. Seokjin lalu mengetuk pintu ruang kaca tersebut dan masuk saat Hoseok dan Taehyung mengangguk padanya.
“Hai, Hoseok, Taehyung, gue Seokjin dari marketing. Gue dengar lo berdua lagi review semua data penjualan beberapa bulan ke belakang, ya? Gue boleh bantu, ga?”
Hoseok menatap pria di sebelahnya sebelum berkata, “Iya, benar. Kerjaan lo gimana tapi kalau bantuin gue?”
“Social media ga ada kerjaan selagi situasi kayak sekarang. Daripada gue ga punya kerjaan, gue bantuin lo aja boleh, ga? Ada dua orang lagi selain gue yang bisa bantuin.”
Hoseok terlihat berpikir sebentar sebelum mengangguk. “Okay. Gue kirimin data beserta caranya ke email lo, gimana?”
Seokjin mengangguk dan tersenyum. “Boleh.”
“Okay, sebentar ya gue susun dulu dokumennya. Thank you banget ya, Seokjin!” Hoseok tersenyum lebar sebelum Seokjin keluar dari ruangan, bersyukur dalam hatinya karena ada seseorang yang mau membantu mereka.
Seokjin kembali ke mejanya, menunggu kiriman email dari Hoseok dan langsung menugaskan Jimin dan Jungkook setelah pesan dari pria itu masuk. Seokjin menarik nafas saat membuka puluhan dokumen yang dilampirkan Hoseok, tampaknya hari-harinya ke depan akan berlangsung sangat panjang.
Namjoon selalu berusaha untuk pulang ke rumah meski pekerjaannya menumpuk di kantor, meski ia akan lanjut bekerja di ruang kerjanya sesudah makan malam dan hanya akan kembali ke atas kasur setelah jam menunjukkan pukul tiga. Seokjin sering kali tak tega, belum lagi melihat lingkar mata Namjoon yang sedikit menggelap. Karena itu, Seokjin yang tak dapat tidur akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan Namjoon di ruang kerja di sebelah kamar mereka.
Seokjin menyeduh dua gelas kopi sebelum mengetuk ruangan Namjoon dan meletakkan gelas kopi di atas meja. Namjoon tampaknya tak sadar bahwa Seokjin membawakan dua, ia hanya bergumam terima kasih sebelum kembali ke layar laptop di depannya. Namjoon baru menoleh ke arah Seokjin setelah pria itu duduk di depannya dengan layar laptopnya yang terbuka.
“Kamu ga tidur?” Tanya Namjoon.
Seokjin menggeleng. “Ga bisa tidur.”
“Ngerjain apa?”
“Aku bantuin timnya Hoseok buat review penjualan.”
Namjoon mengangguk lalu menatap Seokjin, “Petal, I’m sorry.”
“Buat apa?” Seokjin memiringkan kepalanya bingung.
“Kamu jadi ikutan overtime karena aku.”
“Hey, kalau kamu lupa, kalau ada apa-apa sama perusahaan ini aku jadi pengangguran, tahu.”
Namjoon tersenyum tipis. “Seokjin, sini sebentar deh.”
“Hm? Kenapa?” Seokjin bangun dari kursinya dan berjalan mengitari meja untuk dapat berdiri di sebelah Namjoon. Tanpa ia duga, Namjoon memeluk dan menyandarkan kepalanya di perutnya. “Namjoon?” Panggilnya bingung.
“Shhh let me recharge.”
Seokjin lalu tersenyum. Tangannya secara otomatis membelai surai Namjoon pelan. Ia tetap berdiri di sana sampai Namjoon melepaskan pelukannya beberapa menit kemudian.
Seokjin merenggangkan tubuhnya dan memejamkan matanya yang lelah, berurusan dengan banyak data dan angka membuat kepalanya sedikit pusing. Ia lalu melirik Namjoon yang matanya tak lepas dari layar dan sesekali mengetik sesuatu di laptopnya.
“Namjoon, mau nanya boleh?” Ucap Seokjin.
Namjoon menegakkan kepalanya untuk menatap Seokjin dan mengangguk, “Iya, kenapa?”
“Hm kita tahu kan kalau ini kemungkinan besar ulah Kakakmu? Maksudku, kenapa kita ga confront dia aja?”
Namjoon menyandarkan tubuhnya di kursi yang ia duduki, mencoba mencari posisi senyaman mungkin. “Kak Taejoon ga sebodoh itu, Seokjin. Dia pasti pakai kaki tangannya buat ngelancarin ini semua, jadi kita ga bisa tiba-tiba tuntut dia karena rencananya pasti sudah matang sebelumnya. Makanya kita harus nyari kejanggalan penjualan pertama kali terjadi kapan dan dimana, biar bisa tracking store mana yang data penjualannya ga benar. Dari sana kita bisa tahu pihak mana yang dibayar sama orangnya Kak Taejoon.”
“Oh, gitu.” Seokjin mengangguk mengerti. “Terus kamu gimana di pengadilan?” Tanya Seokjin. Beberapa hari ini Namjoon selain harus memeriksa cabang supermarket, ia juga harus ke pengadilan untuk memenuhi panggilan atas laporan higienitas supermarketnya.
“Kalau kita ga cepat dapat bukti sabotase, supermarket kita harus ditutup semuanya.” Ucap Namjoon sambil tersenyum getir.
“Kamu ga minta bantuan ke Tuan Kim?”
Namjoon menggeleng. “Aku dulu pernah bilang ke Ayah buat ga bantuin apapun selain mindahin beberapa karyawannya untuk kerja di kantorku. Ayah will be my last resort kalau aku ga bisa menyelesaikan semuanya sendiri.”
“Dasar keras kepala.”
“I am.”
Seokjin memutar matanya dan Namjoon tersenyum. Mereka lalu kembali ke layar laptop masing-masing, masih banyak pekerjaan yang harus selesai sesegera mungkin.
Baru saja Seokjin menutup pintu dan membalikkan badannya, ia melihat Namjoon setengah berlari ke arahnya dan memeluknya erat dengan senyum mengembang di wajahnya. Sudah sangat lama sejak terakhir kali Seokjin melihat senyum itu, senyum yang sangat lebar yang selalu mencapai mata.
“Happy banget ketemu aku?” Goda Seokjin tersenyum.
Namjoon mengangguk. “Aku kan bilang mau peluk kamu.” Gumamnya pelan.
“Akhirnya ya, Namjoon. You’ve worked hard.”
Namjoon lalu melepas pelukannya, matanya menatap Seokjin. “Karena kamu.” Bibirnya lalu menemui bibir Seokjin, mengecupnya sebentar lalu kembali menatapnya sambil tersenyum.
Deg. Deg.
Seokjin terdiam. Debar di dadanya barusan tak seperti biasanya. Ia mengerjapkan matanya, menatap pria di depannya yang menatapnya bingung.
“Kenapa?” Tanya Namjoon.
Seokjin menggeleng. “Ga papa.” Jawabnya mencoba tersenyum, menghilangkan perasaan yang baru dirasakannya.
Namjoon mengangkat satu alisnya namun tak ingin bertanya lebih dalam, ia terlalu senang sekarang. “Well, kita rayakan, yuk! Aku udah pesan table ke Yoongi.”
“Sekarang?”
Namjoon mengangguk dan menarik tangan Seokjin untuk keluar dari rumah.
“Tapi aku baru sampai rumah, belum mandi.”
“You look more than fine.” Ucap Namjoon setelah melihat Seokjin dari ujung kaki sampai ujung kepala. “Yuk.”
Seokjin membuka mulutnya lalu menutupnya kembali. Namjoon sangat bersemangat dan ia tak mungkin menolak. Tak apalah sesekali merayakan sesuatu sambil menenggak beberapa gelas alkohol di hari kerja, lagipula mereka berdua pantas mendapatkannya.
You must be logged in to post a review.
Related Paid Contents
-
🔒 Braven – 29. Fractured
Author: Miinalee -
🔒 I Feel You pt.2 (NC)
Author: _baepsae95 -
🔒 Braven – 15. Bestow
Author: Miinalee -
🔒 Sky Above
Author: _baepsae95
Reviews
There are no reviews yet.