Sugar, Baby – 9

Author: Narkive94

Tiga minggu sejak absennya Namjoon dari kantor tiba-tiba, Seokjin merasakan sedikit jarak antara mereka. Namjoon lebih banyak diam akhir-akhir ini, jarang sekali terdengar ucapan manis yang selalu ia lontarkan setiap kali mereka berdua. Belum lagi Namjoon lebih sering pulang lebih larut dari biasanya, membuat intensitas bertemu mereka semakin berkurang. Seokjin bahkan sampai sengaja menginap di rumah Namjoon setiap hari agar jika Taejoon kembali memutuskan untuk menghajar Namjoon lagi, ia dapat berada disana. Namjoon dengan mulut manisnya terkadang menyebalkan, namun Seokjin lebih memilih versi Namjoon yang seperti itu dibanding Namjoon yang selalu diam dan tenggelam dalam pikirannya.

Termasuk malam ini, mereka baru menyelesaikan makan malam yang singkat dan berpindah ke kamar saat Namjoon mengungkapkan bahwa ia merindukan Seokjin, membuatnya berada di atas paha Namjoon sekarang. Seokjin menciumi rahang tegas Namjoon, namun Namjoon tak ada disana. Ia bahkan tak menyadari saat Seokjin menjauhkan wajahnya. Seokjin lalu menarik dagu Namjoon agar dapat menatap matanya.

“Hey, kenapa?” Tanya Seokjin menangkup kedua pipi Namjoon di tangannya.

Namjoon memejamkan matanya dan menggeleng, “Sorry.” Ucapnya. “Let’s continue.” Namjoon lalu berusaha untuk mencium Seokjin, namun Seokjin menjauhkan wajahnya. Bukan seks yang mereka butuhkan sekarang, pikir Seokjin.

“Kamu ga disini, Namjoon. Kamu tahu kamu bisa cerita apa aja ke aku, kan?”

Namjoon tak menjawab, ia menundukkan kepalanya agar tak menatap Seokjin. Namjoon bergumam pelan, “Maaf.”

“It’s okay. Kamu mau aku ambilkan susu coklat?” Ucap Seokjin yang membuat Namjoon menatapnya dengan mata berbinar lalu mengangguk. Seokjin tersenyum, Namjoon terkadang terlihat seperti anak kecil, seperti adik-adiknya di panti. Ia lalu pergi ke dapur dan mengambil dua kotak susu coklat dan kembali ke kamar. Seokjin melirik Namjoon yang sedang asyik meminum susu coklatnya, sedikit lega karena setidaknya Namjoon dapat terlihat lebih tenang daripada beberapa menit yang lalu.

Mereka lalu berbaring berhadapan di kasur setelah minumannya habis. Seokjin membelai kepala Namjoon pelan, dan Namjoon memainkan jari Seokjin yang bebas.

“Petal, aku takut.” Ucap Namjoon tiba-tiba, pandangannya terpaku pada jari mereka yang bertaut.

“Kenapa?”

“Aku tahu Kak Taejoon pasti ga bakal puas cuma dengan mukul aku, dia pasti punya rencana lain. Beberapa hari ini aku cemas, aku takut dia manipulasi sesuatu sampai aku nantinya mau ga mau harus nyerahin perusahaan ke dia.” Namjoon lalu menatap Seokjin, “Kalau nanti ada apa-apa, kamu jangan tinggalin aku, ya?”

Seokjin terdiam. Namjoon terlihat begitu rapuh. Namjoon yang biasanya selalu ceria, Namjoon yang selalu dengan tepat dan cepat mencari solusi atas segala masalah, Namjoon selalu terlihat tenang, juga dapat terlihat sangat rapuh. Seokjin lalu mengangguk, berjanji juga pada dirinya sendiri untuk tak meninggalkan Namjoon.

“Thank you. Good night, Seokjin.” Namjoon tersenyum lalu mengecup dahi Seokjin sebelum ia memejamkan matanya.

 

Seokjin biasanya berangkat ke kantor terlebih dahulu atau Namjoon akan mengantarkannya ke stasiun terdekat agar tak ada orang di kantor yang mendapati mereka keluar dari mobil yang sama. Namun hari ini, Namjoon memintanya untuk berangkat bersama, Seokjin setuju asalkan ia keluar lebih dulu dari mobil Namjoon sehingga mereka tak terlihat bersama.

Sepanjang perjalanan, Namjoon menggenggam tangan Seokjin namun ia menatap jendela di sebelahnya. Pandangannya kosong, seakan tengah memikirkan sesuatu. Seokjin hendak bertanya namun enggan, ia tak ingin memaksa Namjoon untuk berbagi pikirannya. Seokjin harus mencari cara untuk dapat menenangkan Namjoon.

Sesampainya di kantor, sesuai perjanjian, Seokjin keluar dari mobil terlebih dahulu. Beruntung mobil Namjoon terparkir di parkiran khusus dan tak ada orang lain yang lewat sehingga Seokjin dapat dengan aman menaiki lift menuju lantainya. Saat ia memasuki ruangan, semua rekan setimnya berkumpul di dekat meja Hara, tak seperti biasanya. Seokjin lalu menuju kursinya, melihat Jimin yang sedang membaca sesuatu dari layar laptopnya.

“Jim, orang-orang kenapa deh? Tumben banget pagi-pagi udah rumpi.” Tanyanya.

Jimin menoleh pada Seokjin dan menunjuk layar laptopnya, membiarkan Seokjin membaca artikel yang sedang ia baca. Seokjin membelalakkan matanya saat membaca judul artikel itu; ‘Viral! Supermarket K Terindikasi Menjual Daging Busuk dengan Mengganti Stiker Tanggal Kemas’. Seokjin menatap Jimin, ia butuh penjelasan.

“Tadi malam ada thread di twitter, dia bilang abis beli daging di supermarket kita tapi setelah dibuka ternyata sudah ga layak konsumsi. Setelah dia periksa, stiker tanggal kemasnya sudah diganti, dan stiker sebelumnya itu tanggalnya sebulan yang lalu. Lo ga ngecek twitter emang?”

Seokjin menggeleng, “Gue tidur cepat tadi malam.”

“Yang bikin ramai itu ternyata bukan cuma satu orang yang punya kejadian begitu. Ternyata udah kejadian berkali-kali, tapi baru viral yang tadi malam.”

“Kak Seokjin.” Panggil Hara dari mejanya. “Tolong disable semua comment di sosial media, ya. Kita lay low dulu.”

Seokjin mengangguk, “Okay.” Ia lalu membuka laptopnya dan langsung menuju sosial media mereka untuk mematikan fitur komen. Ia meringis setelah membaca beberapa komen negatif yang diutarakan pada seluruh sosial media.

Saat Namjoon memasuki ruangan beberapa saat kemudian, ia sempat bingung melihat seluruh stafnya terlihat panik sampai Hara menghampirinya dan memperlihatkan layar handphone miliknya pada Namjoon. Dari kursinya, Seokjin dapat melihat kerutan di alis Namjoon dan rahangnya mengeras. Ia lalu mengucapkan terima kasih pada Hara dan segera menuju ruangannya dengan langkah cepat.

“Semua yang bertemu saya hari ini harus sudah ada janji sebelumnya, kecuali Min Yoongi.” Ucap Namjoon pada sekretarisnya yang terdengar samar-samar oleh Seokjin. Ia lalu masuk ke dalam ruangannya, menutup pintunya rapat-rapat. Seokjin menggigit bibirnya, yang Namjoon takutkan telah terjadi. Ia hanya dapat berharap Namjoon baik-baik saja.

 

Reviews

There are no reviews yet.

Be the first to review “Sugar, Baby – 9”
Beranda
Cari
Bayar
Order