The Concubine – Chapter 15

Author: A Little Bits of Everything

H-hyung-ah? Dia tidak apa-apa kan?”

Jaejoong tersenyum sembari melirik wajah khawatir Taemin.

“Ne,” jawabnya ringan dengan senyum meyakinkan. Sungguh, Jaejoong benar-benar tidak percaya adiknya yang inosen ini berani menipu seorang prajurit Meth. Lebih-lebih meracuninya dengan air kecubung! Oh, satu catatan baru untuk Jaejoong, Taemin tidak boleh sering-sering ditinggal bersama Eunhyuk dan Kibum. Tidak baik!

–Meski di satu sisi Jaejoong merasa bangga pada tindakan Taemin. Ini hal kecil, yang menunjukkan bahwa adik-adiknya memiliki tekad dan keberanian untuk menentang Meth.

Ngomong-ngomong soal Meth…

Jaejoong menunduk, diperhatikannya wajah tampan Meth itu lamat-lamat, lalu tanpa sadar, Jaejoong mengusap kening lebar itu dengan gerakan lembut.

Meth muda ini mengenakan seragam prajurit, namun Jaejoong yakin kalau pemuda ini bukan prajurit atau bawahan Meth. Wajahnya terlalu memancarkan aura ‘Bangsawan’.

Lagipula, entah kenapa, Jaejoong merasa tidak asing dengan wajah ini. Gurat-gurat di wajah ini seolah tengah memanggil-manggil dalam ingatannya.

Bocah ini… Rasanya mirip dengan seseorang yang familiar.

Apa mungkin…

Jaejoong terkesiap. Buru-buru ditampiknya pemikiran barusan. Hampir saja ia sampai pada kesimpulan yang paling mengada-ada. Ia mulai berpikir, mungkin Yunho yang mengutus bocah ini kemari. Karena tidak mungkin ini ada kaitannya dengan Yuuri. Insiden itu sudah terkubur rapi –lima belas tahun yang lalu.

Jaejoong masih sibuk berpikir, sampai hembusan hangat menyapu lengan kirinya dan membuatnya mengerjap kaget.

Kening Meth muda ini mengerut, meski ia tidak menunjukkan tanda-tanda telah sadarkan diri. Mungkin efek dari air kecubung itu masih tersisa.

Jaejoong mengusap kening itu lagi. Menyeka keringat dingin yang membasahi sekujur wajah Meth tampan ini.

Sudah hampir empat jam. Sepertinya air kecubung racikan Kibum benar-benar ampuh. Bangsa Meth besar yang begitu angkuh menyombongkan kekuatan mereka sampai terbaring lemah hanya karena air remasan bunga kecubung. Jaejoong tersenyum, dalam diam merasa bangga pada Kibum. Penemuan ini cukup bermanfaat, suatu saat mereka akan membutuhkannya.

Agak lama Jaejoong memperhatikan wajah Meth muda ini, meski senang karena Meth ini tidak berhasil melakukan apapun itu hal buruk yang ia rencanakan, tetap ada perasaan khawatir menghampiri Jaejoong. Soal racun kecubung itu, tidak berbahaya memang, tapi tindakan ini termasuk kelewatan. Mengingat sudah lama tidak ada Meth yang mengusik mereka, perbuatan yang terhitung lancang ini mungkin tidak mungkin akan membawa akibat buruk.

Jaejoong tidak ingin adiknya yang lain dibawa. Sebelum matang persiapan yang dibuatnya bersama Yunho, tidak boleh ada satupun adiknya dibawa ke Istana atau Karantina Pajak Selir.

“Hyung-ah? Kenapa dia belum bangun juga?”

Jaejoong balas menatap Taemin dengan kening berkerut. Kasihan, adiknya ini pasti merasa bersalah. Jaejoong ingin menggeleng dan meyakinkan Taemin kalau semua baik-baik saja, tapi melihat ekspresi imut itu, rasanya ia tidak tahan ingin tertawa.

“Bagaimana kalau dia mati karena air kecubung itu??” Kali ini Henry, berlagak khawatir meski Jaejoong tahu persis, magnae mereka sedang berusaha memanas-manasi Taemin.

“Ti-tidak mungkin, Henry bodoh!! Itu kan cuma saripati kecubung, bukan kotoran sapi!!”

Jaejoong mengernyit saat Taemin berteriak dengan suara nyaring. Telinganya sakit.

“Memangnya kotoran sapi bisa membunuh Meth ya? Kalau begitu kita serang saja mereka dengan bom kotoran sapi!”

Oh, Tuhan. Jaejoong hampir tersedak, ia menutup mulutnya dengan punggung tangan. Kenapa Ryeowook bisa sepolos (atau bodoh?) ini?

“Tolol!”

Ingatkan Jaejoong untuk menegur Kibum nanti. Kalau sering mendengarnya, kata-kata kasar itu bisa ditiru oleh Taemin dan Henry.

“Huee!! Hyung-ah!!”

Jaejoong baru akan melerai adik-adiknya. Namun gerakan dibawah tangannya membuat ia terkesiap dan refleks menunduk.

Kening Meth muda ini mengernyit tegas. Masih dengan terpejam, ia memalingkan kepalanya. Hembus nafasnya berubah kasar, seolah menunjukkan bahwa ia merasa tidak nyaman sekarang.

“Ah, dia sadar, hyung!”

“Hyukkie, ambilkan segelas teh!” seru Jaejoong cepat. Meski Eunhyuk tidak langsung melaksanakan perintahnya.

“Apa perlu dicampur air kecubung lagi?” tanya Eunhyuk sambil tersenyum lugu. Jaejoong memutar bolamatanya.

“HYUNG!!”

“Haha, aku kan hanya bercanda Taeminnie~”

“Tidak lucu Hyung-ah!”

Jaejoong terkikik melihat tingkah adik-adiknya. Ia baru ingin memijat lengan kanan pemuda Meth itu saat didengarnya seseorang berdecak kesal.

“Bisa diam tidak sih!”

Umpatan itu sontak membuat Jaejoong menarik tangannya mundur.

“Cih, sudah sanggup bicara rupanya,” timpal Kibum sinis.

Pemuda Meth itu mengernyit, ia memijat keningnya untuk yang terakhir kali sebelum perlahan membuka mata. Dengan usahanya sendiri, ia beranjak bangun lalu duduk menyandarkan punggung ke dinding.

Jaejoong sama sekali tidak berniat membantu, karena sempat terkesiap saat manik hazel itu menatap lurus ke depan. Jaejoong bahkan tidak sadar kalau pemuda Meth itu menatap adiknya terlalu lama.

“Wah, sepertinya Meth ini naksir Taeminnie ya? Atau jangan-jangan dia kemari mau melamar Taemin??” Lagi-lagi, Henry menimpali dengan gaya jahilnya. Sama sekali tidak bisa membaca situasi tegang yang tengah melingkupi ruangan sempit ini.

Manik hazel itu bergerak beralih, kini mengarah pada Henry yang berdiri di dekat Taemin, memperhatikannya sesaat, sebelum kembali beralih ke ujung ruangan untuk memperhatikan Ryeowook dan Kibum. Kali ini dengan sedikit pancaran kekesalan pada Kibum.

Jaejoong diam sambil terus mengikuti gerak mata pemuda Meth itu. Ia seperti mengenal gelagat ini, cara pandang mata ini, dan… warna familiar mata ini. Kali ini Jaejoong mulai berani mengada-ada. Sedikit keyakinan bahwa pemuda Meth ini adalah utusan seseorang…

Seseorang yang ada di pihak mereka.

“Apa yang kau lihat, hah?!” sungut Kibum menantang. Pemuda Meth itu membalas dengan menyeringai, setengah mencibir. Jaejoong yakin kalau acara saling memandang ini tidak segera dihentikan, akan terjadi perang di kamar kecilnya ini.

“Key, sudahlah…” Jaejoong memperingati adiknya dengan suara lembut. Ia tersenyum pada Kibum, meminta adiknya untuk mengalah. Setelah itu, ia beralih pada Meth muda yang duduk di atas tempat tidurnya, sekali lagi tersenyum manis, sebelum bertanya lembut, “Kau bukan prajurit, kan? Apa seseorang mengirimmu kemari?”

Pemuda itu terdiam. Ia malah balas menatap Jaejoong dengan ekspresi aneh. Tampak antara terkejut dan berpikir keras.

Merasa diabaikan, Jaejoong bertanya kembali, “Seseorang mengirimmu kemari?”

Kali ini, pemuda itu mengerjap. Sejenak, ia tertegun sambil terus memandangi Jaejoong. Matanya membulat dan berkilat, seolah berusaha memastikan sesuatu. “Boo-hyung?” panggilnya ragu.

Jaejoong mengerjap. Ikut-ikutan kaget, apa ia salah dengar barusan? Rasanya ia pasti salah dengar. Pasti karena ia merindukan Apollo, sampai ia merasa seseorang memanggilnya…

”Boo-hyung?”

“Huh?!” Jaejoong mendelik, terkejut saat Meth asing ini menyebut nama kecilnya. Kali ini ia benar-benar yakin tidak salah dengar. Meth muda ini memanggilnya… Boo!

Seolah mendengar kabar terburuk yang membuat dadanya berdegub kencang, Jaejoong hanya bisa memandang pemuda Meth di hadapannya ini dengan wajah shock.

Darimana prajurit Meth ini tahu tentang nama itu?? Selama ini hanya Yunho, Tiffany, dan Yuuri yang memanggilnya begitu. Setidaknya seperti itulah yang ia ingat selama lima belas tahun terakhir.

Sampai manik hazel ini menatap Jaejoong makin lekat dan membuatnya teringat pada seorang bocah kecil. Keturunan Meth. Putra tunggal seorang Menteri.

“Kau??” Jaejoong menunjuk wajah pemuda itu –shock. Ia benar-benar ingat sekarang! Bukan salahnya kalau ia sempat melupakan eksistensi seorang bocah kecil keturunan Meth. Menteri kecil. Putra kesayangan kakaknya… Choi Minho!

Minho sudah berhasil menenangkan diri. Ia mengerti sekarang, kenapa ayahnya sampai mengirimnya ke distrik kumuh seperti ini. Ternyata disini…

“Boo-hyung? Boo-hyung!”  Minho melambaikan tangannya di depan wajah Jaejoong. “Adikku,” ucapnya ambigu.

“Huh?”

“Dimana adikku? Yang mana adikku??”

“APA??”

“Adikku, mana adikku?” ulang Minho lagi. Kali ini dengan nada lebih tenang.

Jaejoong menatap Minho dan keempat adiknya bergantian. Ryeowook, Taemin, dan Henry hanya melongo bingung, sedangkan Kibum… Kibum melempar pandangan menyelidik ke arahnya, membuat Jaejoong beringsut makin gugup.  Jaejoong menahan nafas, ia hanya tidak ingin adik-adiknya yang lain mendengar kenyataan itu sekarang. Ini belum waktunya, dan ini bukanlah saat yang tepat.

“Boo-hyung? Jawab aku, dimana adikku?!” desis Minho tidak sabar.

Jaejoong menghela nafas.

“Key, bisa tinggalkan aku berdua dengannya disini? Ajak adik-adikmu keluar.”

oOoOoOoOo

“Duduk Min.”

Seohyun bergeming. Suara familiar itu muncul dari sisi kirinya. Ia menahan nafas dan menolak untuk mendongkak. Gadis itu tahu, tanpa mendongkak pun, Kyuhyun sudah datang bersama Sungmin.

Memang samar bagi orang lain, tapi tidak untuk Seohyun. Semua tampak sangat jelas jika dilihat dari sudut pandang perasaannya.

Perhatian yang diberikan Ares untuk Sungmin, cara Ares memandang Sungmin, dan cara Ares bersikap di depan Sungmin seperti bukan dirinya sendiri.

Bagi Seohyun –sebagai orang yang mencintai Ares, tindakan-tindakan kecil nan samar itu bisa tampak begitu jelas dan menyakitkan.

Bersamaan dengan Sungmin menarik kursi di sisinya, Seohyun menarik tangannya turun. Diremasnya erat juntaian gaun indah yang membalut kedua kakinya. Tanpa berpaling, ia melirik Sungmin dari sudut matanya. Sesak rasanya mengingat ia belum mengikhlaskan kursi yang sekarang diduduki Terran rendah itu. Kursi itu miliknya! Harusnya ia yang duduk di sebelah Kyuhyun sekarang!

Seohyun menggigit bibir bawahnya, berusaha menyembunyikan geram dan kekecewaan yang tiba-tiba memuncak. Hal sepele memang. Hal sepele untuk hari ini, bagaimana dengan esok dan hari setelah esok? Hal apa lagi yang akan diberikan Kyuhyun untuk Sungmin? Tahta ratu miliknya?! Oh, jangan harap hal itu terjadi selama ia masih ada di Istana ini!

“Ahem!”

Seohyun terkesiap. Suara deheman itu menyela konsentrasinya, membuatnya melirik Athena yang duduk di sebrang meja, dan sekali lagi… membuatnya makin terkesiap.

Baru kali ini Seohyun melihat ekspresi Athena sebegini cerahnya.

Untuk memastikan, Seohyun melirik Terran mungil disisinya. Dan bertambah yakinlah gadis Meth itu saat ia menemukan Sungmin melakukan hal yang sama.

Athena… dan Selir Muda Kyuhyun tengah bertukar pandang.

Seohyun terus mengamati mereka. Saat perlahan dua orang itu mulai bertukar senyum aneh, bertukar ekspresi, dan saling melirik dengan sinar mata yang berbinar-binar.

Seohyun bukan tidak mendengar desas-desus tentang hubungan terselubung antara Athena dan Sungmin, ia bahkan sempat mendengar kalau Saudara Kembar Kyuhyun inilah yang pertama menandai Sungmin.

Kyuhyun yang memulai pelik masalahnya. Bukan Athena atau Selir Muda itu.

 

Seohyun mendesah getir. Ada kalanya ia merasa kalau seharusnya memang bukan Selir Muda itu yang disalahkan. Seohyun bahkan sempat memergoki beberapa kali. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, Selir Muda itu tampak gelisah saat berada di dekat Ares.

Mungkin memang bukan Sungmin yang merebut Ares darinya. Areslah yang merebut Sungmin dari Athena.

“Maafkan kami, sudah membuat kalian menunggu lama.”

Seohyun mengerjap. Suara Zeus datang memotong lamunannya. Seohyun mendongkak dan sempat melirik wajah Afrodit, meski ia tidak sempat menangkap segaris sendu di sana.

Untuk terakhir kalinya, Seohyun membenahi gaun juga posisi duduknya. Acara akan segera dimulai.

“Sebaiknya kita mulai sekarang.”

Bersamaan dengan kalimat terakhir Zeus, pintu ruangan dari sisi yang lain terbuka. Dari sana, puluhan pelayan Terran keluar sambil membawa nampan-nampan berisi piring masing-masing anggota kerajaan. Dengan sopan dan gerakan penuh kehati-hatian, para pelayan meletakkan piring-piring mewah itu di hadapan masing-masing anggota kerajaan. Mereka bekerja dengan penuh kecermatan, karena sedikit kesalahan mungkin dapat membuat nyawa mereka melayang.

Selesai melaksanakan tugasnya, para pelayan itu keluar dari ruangan.

Zeus berdiri memimpin, diikuti semua orang yang turut berdiri lalu membungkuk sopan, lambang penghormatan untuk Raja dan Etika Mehuselah.

Seohyun melirik dari sudut matanya. Terran disisinya ikut berdiri meski sedikit gemetar. Hanya dengan melihat, Seohyun bisa merasakan gugup yang dirasakan Sungmin. Terran ini pasti merasa canggung sekali. Meski tidak separah saat pertama kali Ares membawanya kemari. Dan diam-diam, Seohyun menyadari, Selir itu tampak tidak suka berada di ruangan ini.

Seohyun menunduk, berusaha mengacuhkan sedikit simpati yang tiba-tiba muncul saat ia melihat sendu di mata Sungmin. Setelah dipersilahkan untuk duduk, ia membalik piringnya dengan gerakan anggun.

Padahal Seohyun sudah mencoba untuk mengabaikannya, tapi ia tidak bisa mengingkari keinginan untuk terus mengawasi Sungmin dari sudut matanya.

Saat Sungmin ikut membalik piringnya dengan gerakan super hati-hati. Saat Kyuhyun –meski dengan wajah datar— memilihkan makanan dan menaruhnya di atas piring Sungmin.

Demi Valar! Bahkan Kyuhyun tidak pernah melakukan itu untuk Seohyun –untuk calon Permaisurinya sendiri, untuk calon Ratu Methuselah setelah generasi ini!

Seohyun menahan suara gemertak giginya yang beradu. Dadanya terasa sesak karena cemburu. Meski ia menyadari sesuatu yang aneh. Entah kenapa, kali ini hatinya tidak bisa menuding dan menyalahkan Sungmin. Terlebih saat Selir Muda itu mengangkat pisau dan garpu di hadapannya dengan gerakan gugup, dengan jelas mengingatkan Seohyun pada apa yang dilakukannya bersama Yoona dan Jessica dua hari yang lalu.

Seohyun ikut merasa gugup saat Sungmin memotong daging di piringnya dengan gugup. Samar, kedua tangan Seohyun ikut gemetar saat tangan Sungmin juga bergetar sembari mendekatkan sepotong daging ke bibirnya.

Kali ini, Seohyun menahan nafas, dan Sungmin menahan gerakan tangannya. Terran itu tampak merenung sebentar, sampai Kyuhyun membisikkan sesuatu padanya dan membuatnya kembali berkonsentrasi pada potongan kecil daging diujung garpunya.

Seohyun meremas tangannya, berusaha mengabaikan suara degub jantungnya yang menggema dan menuding di dalam kepalanya.

Terakhir kali, ia melirik Sungmin yang tengah mengunyah daging itu lamat-lamat, setelah itu, Seohyun tidak berani untuk menyaksikan apapun. Ia buru-buru menunduk, terlalu takut.

Ingin rasanya Seohyun bangun dan kabur dari ruangan ini, terlebih saat ia mendengar Sungmin yang terengah dan tersengal oleh nafasnya sendiri. Seohyun tahu, obat itu mulai bereaksi.

“Min?”

Semua mata memandang ke arah Ares yang sibuk mengguncang lengan Sungmin.

“SUNGMIN!!”

Semua orang tersentak kaget saat tubuh Sungmin limpung ke samping, hampir menyentuh lantai kalau saja Ares tidak sigap memeluk tubuhnya. Seohyun mengerjap horror saat darah mengalir keluar dari hidung mungil Selir Muda itu.

“Sial!” Kyuhyun mengumpat. Dengan satu gerakan penuh, diangkatnya tubuh Sungmin.

Seohyun melangkah mundur. Saat matanya bertemu dengan mata safir Kyuhyun yang berkilat penuh amarah, Seohyun menyadari…

Seharusnya ia tidak melakukan ini sejak awal.

oOoOoOoOo

Kyuhyun berdiri agak jauh, ia melipat tangannya angkuh sambil terus mengawasi seorang dokter yang tengah memeriksa Sungmin.

Tidak ada yang tahu, Kyuhyun berdiri agak jauh agar tidak seorangpun mendengar suara gugup degub jantungnya. Tidak ada yang sadar, di balik wajah stoik itu, mati-matian Kyuhyun menahan perasaannya yang meluap-luap.

Marah, takut, khawatir. Kyuhyun mengawasi Dokter itu dengan fokus penuh, seolah tiap gerak yang dibuat sang Dokter mungkin akan melukai Sungmin.

Sinar safir di mata Kyuhyun meredup saat ia menatap wajah pucat Sungmin. Jantungnya bergemuruh gelisah saat dilihatnya dada Sungmin naik-turun dengan lemah.

Kyuhyun menghela nafas hati-hati, takut kalau-kalau seseorang akan memergokinya tengah khawatir setengah mati.

“Bagaimana keadaannya sekarang?” tanya Kyuhyun datar.

“Sudah stabil. Racun itu tidak berbahaya, hanya mengganggu syaraf dan pernapasan. Beruntung tidak banyak kadar racun yang masuk ke tubuh Selir Min…”

“Itu, racun yang sama dengan yang sering digunakan orang istana, kan?” Kyuhyun melirik Dokter Jung. Ia yakin, meski pertanyaannya sedikit terdengar ambigu, Dokter ini pasti mengerti apa yang ia maksudkan.

Dokter Jung menatap Kyuhyun takut, sebelum menjawab “Ya,” dengan nada ragu.

Kyuhyun berdecak. Ia sudah menduganya.

Bukan berita baru, hal ini sering terjadi dan sudah menjadi rahasia umum di istana ini. Sudah menjadi kebiasaan di istana ini untuk meracuni Selir-Selir yang sedang mengandung. Meski tidak semua kalangan berani melakukannya. Hanya golongan bangsawan dan umumnya bukan laki-laki…

Kyuhyun mendengus. Tidak salah lagi.

Ini ulah gadis-gadis Meth.

“Kyuhyun?”

Kyuhyun menengok kesamping dan entah sejak kapan Zhoumi sudah berdiri disana, dengan senyum aneh yang seolah mengatakan kalau ia bisa membaca isi kepala Kyuhyun.

“Lihat apa?!” tantang Kyuhyun datar.

Zhoumi hanya terkekeh melihat reaksi adiknya, ia menggeleng senang sambil berbisik, “Jangan khawatir secara berlebihan. Sungmin mata hitam, kau lupa?”

“Cerewet!”

Zhoumi terkikik lagi, suara kekehannya menyadarkan Dokter Jung, membuat Dokter setengah baya itu berbalik dan buru-buru membungkuk untuk memberi hormat. “Pangeran.”

“Ne, Dokter Jung, bisa tinggalkan kami sebentar?” Zhoumi tersenyum ramah pada Dokter setengah baya itu. Ia sudah sigap menunggu dengan membuka sebelah pintu, menunjukkan kalau yang ia katakan barusan adalah perintah, bukan permohonan.

“Ah, ne.” Dokter Jung mengangguk patuh. “Saya permisi…”

Tanpa bertanya, Dokter Jung membungkuk sopan dan bergegas keluar. Zhoumi terus mengawasi sampai Dokter itu lenyap dari pandangannya. Setelah yakin tidak ada siapapun di depan kamar Sungmin, ia bergegas menutup pintu dan menguncinya dari dalam.

“Kau bisa menyentuhnya sekarang, Kyu…” Zhoumi mengucapkannya sambil menyeringai.

“Berisik. Aku tahu.” Kyuhyun mendumal meski alih-alih ia tetap melangkah mendekati sosok Sungmin.

“Bagaimana? Kau sudah tahu siapa pelakunya?” Kyuhyun duduk di sisi Sungmin, ia mengusap kening pemuda Terran itu dengan satu sapuan lembut. Betapa leganya ia bisa melakukan ini tanpa harus mengkhawatirkan pandangan orang lain.

“Orang-orang yang sama seperti yang kau curigai.”

“Mereka?”

“Ya.” Zhoumi menghela nafas dan bersandar ke dinding di belakangnya. Mudah sekali menemukan para pelaku insiden ini, ada banyak saksi yang dapat dengan mudah membeberkan informasi untuk Zhoumi. Mudah untuk menemukan pelakunya, namun sulit untuk menghukum mereka.

“Jangan macam-macam Kyuhyun. Kau tahu hal seperti ini sudah biasa terjadi.” Zhoumi mengingatkan adiknya untuk yang kesekian kalinya. Ia benar-benar takut sikap tempramen Kyuhyun justru akan membongkar semua rencana mereka, –termasuk rencananya sendiri.

“Jangan turuti amarahmu. Lakukan dengan perlahan. Abaikan mereka dan fokus saja pada rencana kita.”

Kyuhyun mendengus. Benar. Mau tidak mau, ia harus melupakan kejadian ini.

“Aku hanya mengingatkan, terlalu mengumbar perasaanmu pada Sungmin justru akan membahayakan nyawa anak itu.”

Mengingat ini, ekspresi Kyuhyun berubah sendu. Terdengar aneh memang, tapi dengan mengabaikan Sungmin, sama artinya ia melindungi Sungmin.

“Aku tahu. Berhenti membahas hal ini,” Kyuhyun melenguh, merasa tidak nyaman saat seseorang terus-menerus menasehatinya. Ia tahu apa yang harus dilakukannya, dan tidak seorangpun perlu mengingatkan dirinya.

Kyuhyun mengangkat tangan Sungmin yang jauh lebih kecil dari tangannya, diusapnya perlahan, lalu digenggamnya erat. “Bagaimana dengan rencanamu sendiri, hyung? Sudah sejauh mana persiapanmu?”

Zhoumi menelan ludah getir, beban janji itu kembali menghimpit dadanya. Mengingat masih jauh perjuangannya untuk membalaskan dendam Sang Nana. Sejenak, Zhoumi menggeleng, lalu tertawa hambar. “Aku tidak tahu. Kau saja hampir mati saat bertarung dengannya, kan?”

“Cih, itu pertarungan dadakan. Kau beruntung, masih ada waktu sampai putraku lahir. Kalau saja dulu aku diberi waktu untuk berlatih tanpa sepengetahuannya, tahta raja itu pasti sudah turun padaku sejak dua tahun yang lalu.” Kyuhyun tersenyum sinis, digenggamnya tangan Sungmin makin erat. Tentu ia tidak bersungguh-sungguh mengatakannya, mengalahkan Zeus bukan perkara mudah, siapapun tahu itu.

Kyuhyun meraba wajahnya dengan sebelah tangan. Rasanya baru kemarin. Luka harga diri itu masih terasa membekas di sekujur tubuh dan wajahnya. Meski pada kenyataannya tidak tersisa lagi bekas luka apapun saat Kyuhyun menatap pantulan dirinya di cermin, Kyuhyun tetap dapat melihatnya…

Karena luka itu sudah terukir didadanya sejak Hades terlahir dan merusak segalanya.

oOoOoOoOo

“Jadi selir muda itu… adikku?” Minho terkekeh hambar. “Dia tidak mirip Nany,” imbuhnya lagi. Hanya beberapa kali Minho bertemu dengan Selir muda itu, bukan salahnya kalau ia tidak mengenali adiknya sendiri. Lagipula, wajah feminim nan porselen itu sama sekali tidak identik dengan ciri fisik ibunya. Ini bukan salahnya, kan? Tapi kenapa Minho merasakan sesak di dadanya?

“Dia memang tidak mirip ibumu. Sungmin adalah duplikat ayahnya, Kwon Ji Young…”

oOoOoOoOo

TBC

oOoOoOoOo

Reviews

There are no reviews yet.

Be the first to review “The Concubine – Chapter 15”
Beranda
Cari
Bayar
Order