The Concubine – Chapter 5

Author: A Little Bits of Everything

“Eros, aku sudah menyerahkan tugas mengawasi perbatasan timur padamu kemarin. Jadi tugas ini akan kuserahkan pada Poseidon.”

Mendengar itu, Eros mundur sembari bergumam kecewa.

Poseidon; pangeran bermata putih itu memandang Zeus shock sambil menunjuk dirinya sendiri. Mulutnya terbuka meskipun tidak ada kata yang keluar. Raut tampan itu seolah mengatakan ‘Kenapa-harus-aku?’ dengan ekspresi enggan. Bertolak belakang dengan sikap Eros sebelumnya.

“Biarkan selir itu tidur di kamarmu, Poseidon..” ucap Zeus tegas. “Kau pasti mengerti apa artinya ‘menjaga’, kan?” Zeus mendongkak, menatap balik Poseidon dengan pandangan tajam. Tidak peduli putra keduanya itu akan enggan dan tidak terima karena seorang Zeus tidak menerima penolakan. Semua mutlak berada di bawah kuasanya.

“Aku mengerti, Ada..” Pangeran bermata putih membungkuk hormat. Tidak berniat untuk memprotes lebih jauh.

Ares bergeming, tidak merasa risih dengan keputusan ayahnya. Setidaknya Sungmin berada di bawah penjagaan Poseidon. Bukan Eros atau Athena..

Athena melempar pandangan sendu kearah Sungmin. Ia tetap akan menjaga Sungmin mulai sekarang, meskipun dari jauh. Athena hanya bisa berdoa pada Valar, semoga Sungmin tidak menampung benih Ares. Atau keadaan akan semakin memburuk bagi pemuda Terran itu.

“Helios, Eros, kalian ikut aku dan yang lain boleh pergi sekarang.” Itu yang terakhir, sebelum Zeus menghilang ke balik pintu besar di sisi singgasana, diikuti Helios dan Eros di belakangnya.

oOoOoOoOo

“Kenapa harus tidur di kamarku, sih? Aish!” keluh Poseidon sambil terus melangkah menyusuri lorong besar dengan dinding-dinding emas di kanan-kiri. Beberapa orang yang berpapasan dengan Poseidon tetap menunduk memberi hormat padanya meskipun tidak dipedulikan.

Sungmin menunduk gugup. Merasa tidak enak hati dengan Meth muda yang sedang menggendongnya kini. Sejak tadi pangeran bermata putih ini mendumal kesal, membuat Sungmin semakin merasa bersalah. Apa ia sebegitu merepotkan, ya? Apa Athena juga berpikiran sama dengan pangeran Meth bernama –eh, siapa tadi? Posedon? Poseidon?

“Maaf..” Sungmin berbisik lirih. Ia benar-benar tulus merasa bersalah. Bukan karena takut atau apa. Tapi sungguh, Sungmin bisa merasakannya.. Aura yang menyeruak dari pemuda ini berbeda dengan Ares. Seolah ada yang meyakinkan Sungmin dari dalam hatinya kalau pangeran tampan ini tidak akan melakukan sesuatu yang jahat, dan itu membuat Sungmin merasa tidak enak hati karena ia sudah merepotkan pemuda ini.

Poseidon melirik pemuda dalam rengkuhannya sekilas lalu bergumam pelan, “Bukan salahmu..”

Mendengar itu, mata Sungmin membulat. Kalimat barusan terdengar asing namun menenangkan.

Apa barusan pemuda ini membelanya?

Suaranya datar, tapi terdengar jujur.

“Ares yang bersalah. Aish! Awas saja anak itu! Dia yang buat masalah dan lagi-lagi aku yang direpotkan!” desis Poseidon kesal.

Sungmin hanya bisa diam dan menerima semua luapan kekesalan Poseidon.

Entah kenapa lama-kelamaan logat bicara pemuda ini terdengar lucu. Sungmin nyaris tersenyum setiap kali pemuda Meth ini mendengus kesal atau mengeluh dengan gayanya yang –kekanakan.

Langkah Poseidon terhenti di depan sebuah ruangan besar dengan pintu penuh ukiran abstrak. Ditendangnya pintu kamar itu hingga membanting terbuka.

Tentu saja gerakan tanpa aba-aba itu membuat Sungmin berjengit kaget. Cengkramannya di baju Poseidon  spontan mengerat karena suara bantingan pintu itu nyaris membuat Sungmin terjatuh saking kagetnya.

Begitu mereka masuk ke dalam kamar, tanpa sadar Poseidon membanting tubuh kecil dalam gendongannya ke atas tempat tidur.

“Aaaah!” Sungmin berjengit, kesakitan. Tangan kirinya refleks meremas pinggul dan sebelah tangan yang lain mencengkeram seprai. Hentakan yang tiba-tiba itu membuat pinggulnya dan bagian privatenya berdenyut semakin nyeri.

Melihat pemuda Terran itu kesakitan di atas tempat tidurnya, Poseidon melotot panik. Tapi ia menahan uluran tangannya dan tidak mengatakan apapun. Sungguh, ia tidak bermaksud untuk bersikap kasar –Mungkin karena ia terlalu kesal hingga tangannya bergerak refleks.

“Akan kupanggilkan dokter.” Gumam Poseidon pelan –yang tentu saja tidak terdengar oleh Sungmin karena pemuda Terran itu masih sibuk meladeni rasa sakit yang menjalar di tubuhnya.

“Arrrhh..”

Mendengar rintihan terus-menerus dari Sungmin, Poseidon bergegas membuka pintu. Seumur-umur baru kali ini ia benar-benar merasa ngeri mendengar suara rintihan. Padahal bukan sekali dua kali ia ikut turun ke medan perang, tapi kali ini..

“Lihat saja bocah, akan kuberi pelajaran kau nanti! Gara-gara kau aku jadi ikutan repot!” desis Poseidon pada dirinya sendiri.

Pemuda Meth itu membuka pintu sambil merancang rencana di dalam kepalanya. Lebih bagus menendang bokong putra mahkota atau menempeleng kepalanya?

“Hyung?”

Poseidon berjengit kaget. Ia nyaris terjengkang kebelakang karena wajah Athena muncul tepat di depan wajahnya setelah ia membuka pintu.

“Sedang apa kau di depan kamarku, hah??” seru Poseidon marah. Sekarang ia malah ingin menghajar Athena.

“Hyung, aku ingin bicara dengan Sungmin. Sebentar saja..”

“No! Tidak boleh!” tolak Poseidon mentah-mentah.

“Hyung, lima menit saja. Kumohon..” pinta Athena memelas sembari berusaha mengintip ke dalam kamar. Dadanya berdegup khawatir saat ia mendengar suara rintihan Sungmin dari dalam.

“Kubilang tidak boleh ya tidak boleh! Kau dengar sendiri apa yang dikatakan Ada tadi! Jangan menambahkan masalah di pundakku!” sahut Poseidon kesal sembari berusaha menutupi isi kamarnya dari pandangan Athena.

“Donghae-hyung~ Please,”

“T-I-D-A-K B-O-L-E-H!!”

“Hae-hyung, aku adik yang baik kan?” Siwon memasang raut memelas karena biasanya dengan cara ini akan berhasil.

Donghae melotot kesal melihat gelagat Siwon. Bocah ini bermaksud merayunya, eh? Tapi sayang sekali.. Kali ini Donghae tidak akan luluh.

“Tidak usah merayuku, atau kutampar kau nanti! Pergi sana!” Hardik Donghae kejam.

Siwon mendengus kecewa. Tapi ia masih belum menyerah. Suara rintihan Sungmin terdengar makin jelas, dan itu membuat Siwon ingin cepat-cepat masuk ke dalam kamar Donghae dan memeluk pemuda Terran yang dicintainya itu.

“Hyung—“

“Wonnie, sudahlah.” Suara lain muncul dan menyela ucapan Siwon. Dua pangeran itu beralih ke arah sang pemilik suara.

Sang Pangeran Bermata Ruby, Apollo, melangkah mendekati mereka.

“Jangan menyusahkan kakakmu, Wonnie. Dua minggu lagi kau bisa bicara sepuasnya dengan Sungmin..” Apollo berkata bijak. Memang dari ketujuh Meth muda penerus Zeus, pangeran bermata ruby inilah yang paling mewarisi sikap bijak dan jiwa kepemimpinan ayah mereka.

“Tapi hyung,” Siwon ingin memprotes lebih jauh, namun mata merah tajam Apollo menyuruhnya bungkam saat itu juga. Kakaknya sedang serius sekarang, itu tandanya ia tidak bisa merajuk lagi.

“Ikut denganku, ada yang ingin kubicarakan.” Apollo merangkul Athena dan menariknya pergi, tidak peduli adiknya akan berkenan atau tidak.

“Bawa dia pergi yang jauh, hyung!” seru Poseidon sinis lalu membanting pintu kamarnya.

Begitu Poseidon berbalik dan melihat Sungmin gemetar di atas tempat tidurnya, ia jadi ingat sesuatu..

“Haish! Aku kan mau memanggil dokter! Bodoh!” Donghae menepuk keningnya dan kembali berbalik menghadap pintu.

Tangan Donghae bergerak sigap, membuka daun pintu berwarna coklat itu dan..

“Hoya!!” sosok kecil dari luar kamar melompat ke arah Donghae tanpa aba-aba. Dan tentu saja, kali ini.. Donghae benar-benar terjungkal kebelakang.

“Arrrgggghhh! For the Valaaaar!!” seru Donghae frustasi sambil memegangi punggung dan pinggangnya yang ngilu karena membentur lantai.

Sosok gadis kecil berusia 7-8 tahun masih duduk tanpa dosa diatas perut Donghae. Ia malah tertawa senang dan bertepuk tangan melihat Donghae yang kesakitan di bawahnya.

“Aku mau lihat selir Ares! Aku mau lihat selir Ares!” gadis kecil itu berteriak excited.  Rambut pirangnya yang dikucir dua berayun kesana-kemari seiring ia berjingkrak-jingkrak di atas perut Poseidon.

“Az! Kau ini apa-apaan, hah??!” seru Donghae kalap.

Pertama Ares, lalu Athena, dan sekarang bocah pendek ini!! Kesabaran Poseidon benar-benar sudah terkuras habis.

Poseidon mengangkat gadis kecil yang duduk di atas tubuhnya dengan mudah. Lalu –tanpa memikirkan perihal akan terluka atau tidak— ia melempar gadis kecil itu keluar kamar dan langsung mengunci pintu dari dalam.

“Hae-Hae! Buka pintunyaaa! Aku mau lihat selir bermata hitam itu!! Hiks!” gadis kecil itu menggedor-gedor pintu kamar Donghae sambil meraung kesetanan.

“Az! Kau berisik! Pergi sana! Main sama Helios saja!” teriak Donghae dari dalam dengan nada kesal.

“Tidak mau! Tidak mau! Aku mau lihat mata hitam, Hae-Hae! Mata hitam! Mata hitam!” balas Az keras kepala sambil terus memukul dan menendang pintu kamar. Entah bocah macam apa yang tidak lelah menggedor pintu dari kayu jati hanya dengan dua tangan mungilnya.

“Dia masih sakit, Az! Aish!” seru Donghae kesal. Ia berniat untuk membalas semua teriakan Az sampai bocah nakal itu pergi, tapi Donghae buru-buru mengatup mulutnya saat Sungmin merintih makin keras. Tentu saja suara berisik akan mengganggu pemuda Terran ini, keadaannya masih belum stabil.

“Ugghhh—“ Sungmin menelungkup, ia memeluk tubuhnya sendiri. Suara berisik dari dalam dan dari luar itu terus berdengung di kepalanya dan membuat rasa sakit di tubuhnya bertambah dua kali lipat.

“Hae-Hae nakal, hiks! Buka pintunya atau kau akan kuadukan pada Zeus!” ancam Az semena-mena.

Mau tidak mau, Donghae membukakan pintu kamarnya untuk gadis kecil itu. Bukan karena takut pada ancaman Az, tapi semakin gadis itu menjerit dan meraung, Sungmin pasti akan semakin terganggu.

“Begitu dong daritadi!” sungut Az sambil memandang Donghae dengan senyum penuh kemenangan.

Donghae membalasnya dengan dengusan sebal. Setelah ini ia tidak akan bisa melarang Az. Termasuk saat gadis blonde ini melompat riang ke atas tempat tidurnya dan membuat Sungmin berjengit –makin kesakitan.

“Az! Hati-hati! Dia masih sakit, dasar boncel!” Donghae melotot marah.

“Aish! Aku tahu, ikan! Sudah sana pergi! Katanya mau memanggil dokter? Sudah tahu dia kesakitan tapi kau malah berdiri tenang-tenang disini!” balas Az dengan wajah memerintah dan raut sok dewasa.

Donghae mendengus lagi. Percuma meladeni omongan Az. Tanpa ruang penghalang, ia pasti kalah telak kalau beradu debat dengan gadis indigo ini.

“Oke-oke, aku akan memanggil dokter,” Donghae mengalah, ia melangkah keluar kamar. “Jangan nakal, ya! Dan lain kali jangan membaca pikiran orang, Az! Tidak sopan tahu!” Pesan Donghae sebelum ia menutup pintu dari luar.

Az menjulurkan lidahnya ke arah Donghae yang menghilang keluar kamar. Poseidon juga anak nakal! Yang paling pengertian dengannya memang hanya Athena dan Helios.

“Ugh..”

Az menunduk saat Sungmin menggeliat kesakitan. Ia memiringkan kepalanya dengan kening mengerut. Pemuda Terran ini benar-benar sedang kesakitan, Az bahkan tidak membaca apapun dari dalam kepalanya. Kosong. Mungkin semua kesadarannya sudah terfokus pada rasa sakit.

Az mengangkat tangan kanan Sungmin lalu didekapnya dengan kedua tangan. Padahal tangan pemuda ini masih jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan tangan Helios atau Athena, tapi kalau dibandingkan lagi dengan tangannya sendiri.. Tetap saja, Az harus menggunakan dua tangan untuk mendekapnya.

Az menunduk dan mendekatkan bibirnya ke telinga Sungmin.

“Hei, mana yang terasa sakit?” bisik Az lembut. Kali ini suara yang keluar dari bibir mungilnya bukan logat kekanakan seorang gadis berusia 7 tahun, tapi lebih terdengar dewasa dan keibuan.

Sungmin tidak menjawab. Az sudah tahu kalau pemuda Terran ini tidak akan menjawabnya. Jadi, ia hanya mengulurkan sebelah tangannya untuk mengusap kening Sungmin. Az merapikan poni-poni Sungmin yang berantakan dengan gerakan perlahan, lalu diusapnya keringat dingin di kening Sungmin dengan telapak tangan mungilnya.

“Sayang sekali, nak.. Kau harus bertahan demi revolusi kaum Terran..”

oOoOoOoOo

“Boo..”

Jaejoong berhenti memupuk tanah saat ia mendengar suara seseorang yang familiar. Pemuda cantik bermata coklat itu berbalik, matanya membulat kaget saat ia menemukan seorang pemuda Meth dengan seragam prajurit dan topi besar  bertetengger rapi di atas kepalanya.

Penyamaran yang sempurna, tapi tidak cukup sempurna untuk menipu hati Jaejoong.

“Yun!” seru Jaejoong senang. Segera dipeluknya pemuda Meth itu erat-erat.

Yunho membalas pelukan Jaejoong. Ia menunduk dan mengecup kening kekasihnya.

Hampir setengah bulan Yunho tidak mengunjungi Jaejoong, dan ia baru menyadarinya sekarang.. Setengah bulan berjauhan dari Jaejoong itu sangat menyiksa.

“Kau membawa kabar tentang Sungmin?” tanya Jaejoong tidak sabar. Senyum manis tidak luput dari wajahnya. Tentu saja Jaejoong sangat bersemangat, sudah setengah bulan ia belum mendengar kabar tentang keadaan adiknya.

Yunho tidak menjawab. Ia melirik waspada ke sekitar pekarangan kebun. Berusaha mencari kemungkinan terburuk kalau-kalau ada seseorang yang mengenali wajahnya.

Merasa keadaan cukup aman, Yunho tersenyum puas lalu mengecup bibir Jaejoong sekilas.

“Adik-adikmu ada di rumah? Bisa kita bicara di rumahmu saja?”

“Tidak ada orang di rumah.” Jaejoong menggeleng. “Oke, ayo!” lalu ia menggandeng lengan Yunho dan mereka melangkah bersama.

“Yun, kau tampan dengan seragam prajurit ini,” puji Jaejoong meski dengan nada mengejek.

Kening Yunho mengerut.

“Aku lebih tampan dengan jubah pangeran. Kau belum lihat saja..” balas Yunho sembari menyeringai.

“Pernah kok! Dulu saat kita pertama bertemu! Tapi sama saja.. Tetap jelek, Yun!” ejek Jaejoong sembari tertawa renyah.

“Aish! Pangeran Apollo 15 tahun yang lalu dengan Pangeran Apollo yang sekarang berbeda, Boo~” balas Yunho tidak mau kalah.

oOoOoOoOo

TBC

Reviews

There are no reviews yet.

Be the first to review “The Concubine – Chapter 5”
Beranda
Cari
Bayar
Order