“Kau menginginkan pemuda itu tetap hidup atau tidak?” suara lembut Ratu Agung terdengar jelas karena suasana senyap menyelimuti balai pertemuan. “Jawab sekarang, Az…” bisik Ratu Agung lagi, dengan suaranya yang lembut menenangkan.
“Aku…” Az menggantung kalimatnya, ia menghela nafas sebentar lalu mendongkak menatap wajah Ratu Agung lekat-lekat.
Semua penghuni ruangan menahan nafas, menunggu kata-kata Az.
“Aku mau Selir Minmin tetap hidup, Augusta.” jawab Az yakin. Suaranya yang setengah berbisik tetap jelas terdengar oleh semua orang di dalam ruang tertutup ini.
Permaisuri Afrodit mendelik shock, sedangkan beberapa mentri bergerak gusar –kurang berkenan dengan apa yang mereka dengar.
Peramaisuri Afrodit melempar pandangan protes ke arah Zeus, berusaha mencari dukungan. Namun Raja Methuselah itu hanya bergeming, tidak bermaksud menentang keputusan Az atau keputusan Ratu Agung.
Sungmin. Tetap hidup. Ini adalah keputusan yang mutlak, Ratu Agung sudah mengatakannya. Tidak ada yang bisa menolak –Zeus sekalipun.
“Dengar, kan? Itulah keputusannya,” tegas Ratu Agung sembari mendongkak, mengawasi ekspresi setiap orang di dalam ruangan ini dari balik tirai putihnya.
Yunho tersenyum, ia menghela nafas lega lalu bersandar tenang ke punggung kursi. Memang tidak secara langsung, tapi tetap saja –Yunho merasa kalau Ratu Agung memang benar-benar ada di pihak mereka.
“Mulai sekarang aku tidak ingin mendengar satu orang pun membicarakan perihal pembunuhan atau rencana untuk mencelakakan pemuda Terran itu,” ulang Ratu Agung dengan nada tegas –bermaksud menekan desis-desis protes dari Permaisuri dan para Mentri.
oOoOoOoOoOo
“Dia milikku, Ada.”
Suara Ares yang menyambut Zeus saat Raja itu melangkah keluar dari ruang pertemuan.
Zeus berhenti tiga langkah di depan pintu. Tanpa berbalik pun, Raja berperawakan besar itu tahu kalau Putra Mahkotanya sedang berdiri sambil bersandar ke dinding di sisi pintu.
Dari wajah tegang dan gerak gugup dua prajurit yang menjaga pintu ruang pertemuan, Zeus bisa menebak kalau putranya sudah berdiri menunggu di sini sejak tadi.
“Sungmin milikku. Tidak ada seorangpun yang boleh menyentuhnya. Tidak seorangpun, tidak siapapun!” desis Kyuhyun menekan kalimatnya.
Zeus bergeming. Ia tahu kalau sepasang mata biru safir Ares tengah memandang tajam ke arahnya.
“Dan kalaupun ia harus mati… Pemuda itu akan mati di tanganku sendiri.” Kyuhyun beranjak lalu berdiri tepat di belakang punggung ayahnya.
“Ini yang terakhir, Ada. Jangan ikut campur lagi.”
oOoOoOoOoOo
Sungmin memandang jauh ke ujung barisan bunga-bunga dan tumbuhan indah yang tersusun rapi di hadapannya. Namun ujung taman ini tidak pernah tampak. Rasanya sejauh apapun ia memandang, hanya bunga dan tumbuhan hijau yang mengisi pandangannya –seolah menunjukkan pada Sungmin betapa megahnya taman utama istana Methuselah ini.
Sungmin merunduk lalu mengusap kelopak mawar di hadapannya dengan ujung jari –ia menghayati kelembutan kelopak merah jambu itu sambil mendengarkan celotehan panjang lebar yang meluncur beruntun dari bibir mungil Az.
Sudah delapan kali Sungmin mengunjungi taman besar ini bersama Az (ditemani Helios dan kadang diawasi Poseidon). Az hampir tidak pernah absen untuk mengajak Sungmin berkeliling setiap harinya, karena itu, Sungmin sudah cukup mengenali seluk beluk istana –bagian belakang— Methuselah.
Sungmin juga sudah memperkirakan; hari ini adalah hari ke-sepuluh sejak ia bertemu Az, –ditambah tiga hari semasa ia tertidur panjang— jadi sudah dua minggu ia berada di istana ini –hanya perkiraan sih.
“Ah, Elios dan aku yang menanam bunga itu!” Az spontan berseru dan ikut berjongkok di sisi Sungmin –saat pemuda Terran itu beralih ke kerumunan bunga mawar yang berwarna putih.
“Benarkah? Memangnya Az bisa menanam?” sahut Sungmin dengan wajah pura-pura tidak percaya –bermaksud menggoda Az.
Az menggembungkan pipinya sambil memasang wajah sebal. “Tentu saja! Tanya Elios kalau tidak percaya! Aku yang menanam semuuuuuuua mawar putih di taman ini! Uh, dibantu Elios sih~ Ah, dan Apollo juga! Terkadang dengan Eros, tapi Eros sering dimarahi Elios. Jadi deh… Aku, Apollo, dan Elios yang menanamnya. Athena kurang suka tanam-menanam begini, dia lebih suka berburu atau menunggang kuda. Tapi kadang-kadang Hades kok! Tapi-tapi, Hades hanya memperhatikan dari jauh sih, tidak membantu sama sekali. Dan Poseidon… Huh! Apalagi dia! Mata ikan tidak bisa diharapkan!” Az berceloteh dengan semangat –kelewat semangat sampai tidak peduli kalau kata-katanya mulai melenceng dari topik utama.
Sungmin meringis. Tawa kecilnya terdengar seperti angin yang berhembus lembut, merdu.
Az memang bocah dengan semangat ekstra, tenaga ekstra, dan emosi ekstra. Atau singkatnya –hyper. Sungmin tahu itu, dan sekarang ia sudah terbiasa dengan hal itu.
Melihat ekspresi cerah Sungmin, sadar atau tidak, seulas senyum stoik terukir samar di wajah Az.
“Aaah~ Capek!” desah Az sambil mengangkat-angkat gaunnya. “Sekarang giliran Selir Minmin deh!” sambung gadis kecil itu sembari duduk berselonjor di atas rumput, tidak peduli Helios akan meneriakinya karena tindakannya itu sudah mengotori gaun kuning yang ia kenakan. “Ayo, mau tanya soal apa lagi??”
Sungmin berpaling menatap Az saat gadis kecil itu kembali menawarkan padanya untuk bertanya. Secara spontan, satu pertanyaan meluncur cepat dari bibir Sungmin,
“Athena suka menunggang kuda, ya?”
Lagi-lagi, yang terlintas di hati Sungmin hanya pertanyaan demi pertanyaan tentang Athena. Sungmin mencintai pemuda bermata zamrud itu, karena itu nalurinya selalu membisikkan hasrat untuk mengetahui segalanya tentang Athena.
Az mengangguk antusias, pura-pura tidak mengerti arah pembicaraan Sungmin dan menyibukkan diri dengan mengutak-atik bunga mawar putih di hadapan mereka.
“Apa aku masih bisa bertemu Athena?” Sungmin bertanya lirih. Matanya menerawang jauh, berusaha memberanikan diri untuk memimpikan sesuatu yang indah –yang mungkin sekarang sudah tidak mungkin.
“Tentu,” jawab Az cepat tanpa berpikir dua kali.
Mendengar itu, dua mata Sungmin spontan membulat kaget.
“B-benarkah?” tanya Sungmin gugup, setengah ragu setengah berharap. Sungguh, Sungmin cukup tahu diri kalau ia tidak diizinkan untuk bertemu Athena lagi. Sungmin bahkan sudah mempersiapkan diri, kalau-kalau Athena sudah tidak menginginkannya lagi. Tapi jawaban spontan Az membuat harapan demi harapan kecil dalam hatinya kembali menyala.
“Selir Minmin tidak dengar keputusan Zeus waktu itu? Zeus kan bilang pada Ares dan Athena untuk tidak saling mengusik siapapun yang mendapatkan dirimu. Dan bertemu tidak berarti akan mengusik kan?” ucap Az rasional.
Sungmin tersenyum sembari mengangguk, mengiyakan penjelasan Az.
Benar juga… Sungmin masih bisa bertemu Athena. Mengingat kemungkinan terburuk kalau ia benar-benar mengandung putra Ares, setidaknya ia masih bisa bertemu dan menatap mata zamrud Athena. Meskipun menyakitkan, tapi Sungmin cukup tahu diri dan bersedia menerima semua takdir yang sudah digariskan untuknya.
Dan itu kalau ia benar-benar mengandung putra Ares. Bagaimana kalau nasib baik berpihak padanya? Sungmin tidak berani berharap banyak, tapi mungkin saja kan??
Sungmin menggigit bibir, lalu tanpa sadar tangannya sudah melayang dan meremas perutnya erat.
Sungmin tahu dari Jaejoong… Semua tanda-tanda awal kehamilan; morning sickness, pusing, mual, badan pegal-pegal, dan lain-lain. Sungmin tidak berani berharap banyak. Tapi kalau hanya sedikit bermimpi, boleh kan?
Karena Sungmin tidak merasa mengalami satupun hal di atas. Tidak ada mual, pusing, morning sickness, atau apapun itu yang pernah dijelaskan Jaejoong.
Setelah terbangun di kamar Poseidon dua minggu yang lalu, Sungmin melalui hari-harinya di istana tanpa sedikitpun keanehan terjadi pada fisiknya. Semua berjalan normal. Sungmin bisa bernafas dan bergerak bebas seperti sebelum ia bertemu Ares. Hal ini yang perlahan membangunkan kembali harapan-harapan pudar dalam hati Sungmin.
Sungmin memandangi Az, tampak berpikir sebentar sebelum mengatakan, “K-kalau aku tidak mengandung keturunan Putra Mahkota. Apa Athena… uhm,” Sungmin menggigit bibir, tidak berani melanjutkan kata-katanya.
Namun hanya mendengar kalimat ambigu itu, Az sudah mengerti. Gadis kecil itu mendongkak, balas menatap kedalam bola mata Sungmin yang bergerak-gerak gugup. “Tentu saja. Kalau kau tidak mengandung putra Ares, kau boleh membuatnya lagi –dengan Athena.” sahut Az dengan tampang polos, meski sesekali gadis kecil itu melirik ke belakang –takut kalau-kalau Helios mendengar ucapannya barusan.
“Membuatnya lagi? Ma-maksudnya?” Sungmin bertanya kebingungan, entah mengapa merasa gugup saat mendengar kalimat itu terlontar dari bibir Az.
“Membuatnya lagi!” desis Az menekan suaranya, cukup untuk Sungmin saja dan Helios tidak perlu ikut mendengar perbincangan mereka. “Kau boleh membuat anak dengan Athena. Di manapun dan kapanpun! Mau di taman ini, di kamar Athena, di dapur, di koridor!” Well, Az hanya menyalin semua kata-kata Eros, bocah ini tidak sepenuhnya bersalah. Namun tetap saja, kalimat-kalimat kelewat nista itu berhasil membuat Sungmin merona heboh.
Sungmin menunduk makin gugup. Ucapan Az barusan terus berputar-putar di dalam kepalanya. Ia tidak bermaksud membayangkannya! Sungguh! Tapi khayalan-khayalan tentang dirinya dengan Athena muncul satu persatu seperti sebuah gambaran mimpi yang nyata.
Di taman ini… Di kamar Athena… Di dapur… Di koridor… Berdua, dengan Athena… Membuat anak…
Sungmin memegangi kepalanya. Entah kenapa merasa pusing dengan bayangan-bayangan barusan. Namun, meskipun begitu, bibir merahnya tetap menarik seulas senyum bahagia. Hanya dengan membayangkan dirinya bersama Athena, sebersit ketenangan menelusup ke dalam hatinya.
Sungmin tersentak kaget dan terbangun dari lamunannya saat satu cubitan cukup menyakitkan mendarat di pipinya. Sungmin tertawa gugup saat Az memandangnya curiga.
“Kau sedang membayangkan apa hayooo~” Az berbisik menggoda sambil menyeringai ke arah Sungmin, sesekali mencuri kesempatan untuk mencubit pipi mulus pemuda Terran di hadapannya ini.
Sungmin menggeleng buru-buru dan memaksakan sebuah senyum untuk menutupi rasa gugupnya. Sungmin baru akan balas mencubit pipi gembul Az saat suara deheman seorang wanita menyela mereka.
Az dan Sungmin mendongkak berbarengan, mereka berpaling ke sumber suara.
Tidak jauh dari mereka, berdiri dua orang gadis cantik keturunan Meth yang berkacak pinggang sambil melempar pandangan merendahkan ke arah Sungmin.
“Jadi dia inang pertama Ares? Ckck! Kukira setampan apa dia sampai membuat Soehyun menangis semalaman. Ternyata hanya warna matanya yang berbeda dari inang lain~ Cih, apa bagusnya?” salah satu dari dua gadis itu –yang berambut pirang— berdecak mengejek.
Az mendesah. Ia tidak menjawab tapi bibir kecilnya bergerak-gerik tanpa suara –mencibir dua wanita yang masih berdiri pongah di dekat mereka, dua wanita yang masuk daftar orang-orang paling dibenci Az sedunia…
Putri Jessica dan Yoona. Kandidat istri Poseidon dan Athena.
Az sudah bisa menebak, mereka datang untuk mengganggu. Dan karena itu pula gadis jahil itu memutuskan satu cara paling menyenangkan untuk membalas orang-orang macam mereka.
“Apa yang kau lihat, huh?! Terran lancang!” umpat Yoona kesal saat tidak didapatnya reaksi dari Sungmin atau Az.
Tatapan Putri jangkung berambut hitam sebahu itu penuh dengan kebencian, membuat Sungmin segera menunduk gugup. Terran memang istilah yang kurang enak didengar, dan saat kata itu meluncur dari bibir wanita ini, rasanya status Sungmin sebagai seorang ‘Terran’ terasa semakin kotor.
Sungmin menunduk gugup, lidahnya kelu. Suara-suara tenor itu terdengar memekakkan di telinganya.
“Jadi kau menggunakan Az, untuk mendapatkan Ares?”
Az memutar bolamatanya mendengar kalimat menyebalkan itu meluncur dari bibir Jessica, tapi ia masih bisa bersabar –sebentar lagi. Gadis berambut blonde itu melirik ayah angkatnya yang berdiri sambil bersandar di pintu taman, Helios mengawasi mereka –dari jauh— tanpa bergeming sedikitpun dari sana. Az menyeringai, ia tahu kalau Helios sudah bisa menebak hal buruk apa yang akan terjadi. Tapi Helios tetap berdiri tenang di sana, sama artinya Helios mendukung dirinya –atau apapun yang akan dilakukannya.
Az mengalihkan pandangannya kembali pada Sungmin, “Selir Minmin, kalungmu indah ya~” puji Az sembari meraih bandul zamrud yang melingkar di leher Sungmin. Az mengusap bandul itu sesekali, meyakinkan kalau dua wanita di dekatnya benar-benar melihat kalung itu. Lalu dengan ekspresi yang dibuat-buat, gadis kecil itu pura-pura terkejut. Ia mengatup mulutnya dengan gaya dramatis.
“Aaah! Aku kenal kalung ini! Ini kan kalung Mate Athena! Ini milik Athena kan, Selir Minmin??!” Az berseru sambil memasang wajah shock.
Sungmin mengangguk sambil tersenyum senang. “Athena memberikannya padaku, dua bulan yang lalu.”
Dan seperti yang sudah diperhitungkan dalam otak kecil Az, dua Putri itu melotot kaget. Wajah mereka merah padam. Mungkin kesal, malu, iri, dan benci sudah bercampur aduk di sana. Dan wajah kesal mereka membuat hati Az berbunga-bunga. Orang jahat harus dibalas dengan cara yang jahat –cara yang kekanakan memang.
‘Tapi aku kan memang masih anak-anak.’ Bela Az dalam hati sembari menyeringai.
“Kau!!” Yoona menunjuk wajah Sungmin murka, membuat pemuda Terran itu sedikit merangkak mundur karena takut.
Sungmin benar-benar tidak tahu kalau jawabannya tadi akan membuat dua orang Putri keturunan Meth semarah ini. Ia baru akan mundur, menjauh –namun Putri berambut pirang itu bergerak lebih cepat, menyambar tubuhnya dan mencengkeram kerah kausnya murka.
“Dasar Terran jalang!” umpat Jessica tepat di depan wajah Sungmin. Karena tubuh Meth wanita sama besarnya dengan Meth pria, dada Sungmin sedikit terangkat saat Jessica mengerat kausnya ke atas. “Setelah Ares, Athena, lalu siapa lagi yang akan kau goda, hah?!”
Sungmin menggeleng ketakutan sambil lirih membisikkan kata ‘maaf’ berkali-kali. Meski tidak mengetahui apa salahnya, cukup dengan melihat wajah merah wanita dihadapannya ini, Sungmin merasa ia memang harus meminta maaf.
“Jalang! Mati saja kau!” Yoona berseru marah lalu mengangkat tangannya.
“Lepaskan dia bodoh!” Az ikut-ikutan berteriak. Sebelum tangan Yoona mendarat di pipi Sungmin, ia melompat cepat ke arah Jessica. Membuat Putri itu menabrak Yoona dan jatuh bersamanya.
Az bergerak cepat, sebelum Jessica mengambil kesempatan untuk bangkit, ia sudah menyambar wanita itu lagi dan duduk di atas perutnya.
“E-eh! Az!” Helios segera mendekat saat keadaan bertambah keruh dan rawan bahaya.
Sungmin tidak tahu lagi harus berbuat apa, ia bahkan tidak tahu hal macam apa yang terjadi di depannya kini.
Suara teriakan wanita dan anak-anak bercampur memekakkan telinga. Pemandangan Az yang duduk di atas perut seorang wanita sambil menjambaki rambut wanita itu, membuat Sungmin kebingungan bercampur ngeri.
Az masih menyerang Jessica tanpa ampun, Jessica berusaha melindungi dirinya, Helios berusaha memisahkan mereka, dan Yoona berusaha melindungi Jessica.
Sungmin memegangi kepalanya, pusing dan kebingungan.
“L-loh? A-ada apa ini?”
Tidak ada satu orangpun yang menyadari kehadiran Poseidon. Pangeran bermata putih itu mucul sambil memasang tampang bingung. Ia hanya memandangi perkelahian sengit –berat sebelah— antara Az dan Jessica, tidak sedikitpun berniat melerai.
“Hyung! Tolong aku!” Helios meratap hopeless. Namun Donghae hanya mengedikkan bahu dan memasang tampang ngeri, ia sendiri tidak berani mengganggu Az yang sedang dalam monster mode.
“Masa bodo! Itu urusanmu, urusanku hanya Sungmin!” elak Poseidon sembari buru-buru menggiring Sungmin keluar taman. “Maaf ya, Mi. Ada sudah menunggu kami.” Donghae melambai berduka ke arah Helios.
Sungmin yang masih kebingungan hanya bisa melongo memandangi sengketa di tanah taman sembari berjalan menjauh, membiarkan Poseidon membawanya pergi.
oOoOoOoOoOo
Sungmin tahu hari ini akan datang.
Ia melangkah masuk ke dalam kamar Poseidon dan menemukan orang-orang penting kerajaan sudah berkumpul di sana.
Ares, Zeus, ratu Afrodit, tiga orang dokter, dan bahkan Athena ada di sana.
Sungmin menunduk gugup. Ini adalah saat dimana takdirnya akan diputuskan…
You must be logged in to post a review.
Related Paid Contents
-
🔒 Muscular Hands
Author: _baepsae95 -
🔒 Braven – 25. Bonding
Author: Miinalee -
🔒 Braven – 9. Synthesis
Author: Miinalee -
🔒 One Love 15-0 | 11
Author: _baepsae95
Reviews
There are no reviews yet.