AKSATA

Ta,

Kanada hari ini dingin. Hujan seharian mengguyur kota selama dua belas jam penuh. Suhu semakin menurun, tapi aku masih tahan sambil menyalanan AC 18 derajat di kamar.

Aku kesepian. Sudah dua tahun berlalu semenjak perpisahan, rasanya masih menyakitkan. Aku nggak akan pernah bisa lupain kamu, Ta. Aku masih betah menyendiri di sini sambil menunggu kapan aku berani datang kembali untuk bertemu.

Air mataku luruh tiada henti. Dada semakin sesak tak ada akhir. Serpihan kenangan seperti kaset rusak itu terus menghantuiku sampai detik ini. Seumur hidupku, aku nggak pernah merasa sehancur ini, Ta.

Tahun 2023, aku masih terus menulis rangkaian kata yang nggak akan pernah bisa kamu baca. Aku hanya berani menorehkan tinta hitam di atas kertas. Nyaliku ciut, aku nggak mau kamu mengingatku lagi hanya karena aku mengirimkan kabar lewat surat kertas. Maaf, Ta. Tapi nggak apa-apa, mungkin nanti tulisan ini bisa kamu baca. Entah kapan, entah posisi aku yang memberikan tulisan ini secara langsung, atau sampai padamu dengan cara yang nggak pernah diduga-duga.

Chernova

Nanta mana pernah berpikir bahwa hidupnya berotasi dengan kecepatan yang tak masuk akal. Kehidupannya menukik tajam, terjun bebas ke dalam kegelapan tak terbayangkan. Hanya dalam semalam, ia kehilangan segalanya tanpa sebuah peringatan. Ibunya pergi. Keluarganya membuangnya. Kekayaannya lenyap. Arya, sahabat sekaligus pelindungnya, kehilangan nyawa untuk menyelamatkannya. Dunia Nanta runtuh. Ia seolah mati, namun raganya dipaksa untuk hidup di dunia yang tak dimengerti. Hingga sampai di satu titik, ketika dia sudah nyaman menjalani gilanya hidup selama satu dekade penuh, sebuah kejadian memaksanya untuk pergi melancong ke Latvia, ke negeri yang bahkan namanya baru ia dengar di hari itu. Di bawah penyamaran, demi menolong sebuah jiwa, ia bertemu lagi dengannya, orang yang seharusnya sudah merenggang nyawa.

Item added to cart.
0 items - Rp 0
Beranda
Cari
Bayar
Order